Share

02. It's You

Author: Asia July
last update Huling Na-update: 2021-03-16 19:04:13

Napas Alicia memburu ketika dia memacu kakinya untuk terus berlari dan memasuki area hutan yang ditumbuhi oleh pepohonan pinus. Dia berhenti, dan menyandarkan tubuhnya di salah satu batang pohon dengan napas setengah-setengah.

"Aku tidak mau bertemu dengannya," gumam Alicia dengan suara tercekat.

Dia mengintip dari balik pohon, memang mustahil bahwa pria itu akan mengikutinya sampai ke sini, jadi Alicia melanjutnya langkahnya dengan berjalan, sampai ia keluar dari rimbun pohon ke sebuah sungai yang airnya sangat jernih.

Untuk beberapa saat, sambil mengatur napasnya, Alicia duduk di salah satu batu yang menjadi tempat favoritnya di sana. Dia berniat untuk menunggu pria itu pergi, barulah Alicia akan kembali ke rumah, bahkan jika dia harus menunggu sampai malam sekalipun.

***

Matahari hampir tenggelam ke peraduannya, Alicia jatuh tertidur dengan bersandar pada batu yang didudukinya tadi. Namun, untuk satu menit belakangan, dia merasa terusik karena terus merasakan tatapan seseorang yang tengah menatapnya. Dan Alicia pun membuka mata.

Sayup-sayup penglihatannya menangkap siluet seseorang di depannya. Alicia menyipitkan matanya, akan tetapi kepalanya terasa berat sekali.

Menarik napas pendek, Alicia pun kembali tertidur, dia tidak tahu apakah yang dilihatnya barusan adalah nyata atau mimpi.

Sedangkan Lucius Denovan, masih menatapnya dengan tajam. Dan ketika menyadari bahwa Alicia benar-benar tertidur, dia menggelengkan kepala, kemudian memutuskan untuk menggendong gadis itu dan membawanya kembali ke rumah.

***

"Apa kalian akan kembali?" Alicia kecil bertanya pada seorang wanita paruh baya.

Wanita itu menggeleng, tersenyum simpul, dan pria di sampingnya hanya terdiam. Kemudian wanita itu mendekati Alicia, berbisik di telinganya:

"You've been bad, Alicia. Kami tidak akan kembali. Kau sendirian saat ini. Tidak akan ada orang yang menginginkanmu karena kau bukan gadis baik-baik. Kau akan sendiri dan kami tidak akan kembali padamu."

Kedua mata hijau gadis kecil itu berkaca-kaca.

"Kenapa?" tanyanya dengan suara bergetar.

Wanita paruh baya itu tidak menjawab, alih-alih dia malah tertawa lepas dengan suara yang membuat Alicia takut.

"Mama!"

Alicia terbangun.

Dia mengerjapkan kedua matanya yang basah akan air mata. Menatap dinding di depannya yang berwarna putih bersih dengan furnitur mahal, juga alat elektronik canggih berupa teve layar lebar yang melekat di dinding.

Perasaan Alicia, kamarnya tidak tampak seperti ini.

Alicia mengedarkan pandangannya sekali lagi, dan di saat itulah, matanya bertemu dengan sepasang mata yang saat ini tengah menatapnya tajam.

Pria itu, dia terduduk di sofa di ujung kamar, di mana lampu kamar saat ini hanya dinyalakan sebagiannya saja.

Pria itu mengenakan kemeja hitam yang lengannya digulung sampai siku. Duduk dengan menyilang kaki dan bersandar pada punggung sofa, memberinya kesan berkuasa sekaligus kejam pada figurnya yang dibangun sempurna.

"Alicia," panggilnya, yang membuat sekujur tubuh Alicia merinding oleh bagaimana pria itu menyebut namanya. Nadanya pelan, tegas dengan suara yang berat.

Tapi Alicia memilih untuk mengabaikan semua itu sejenak dan bertanya; "Kenapa aku di sini?"

Lucius menatapnya dingin dan tajam, seolah menegaskan kelancangan mulut Alicia karena telah bertanya. "Karena di sinilah tempatmu yang seharusnya," jawab Lucius dengan suara beratnya.

Alicia menunduk, memainkan kuku-kuku jarinya. Demi apapun, dia takut pada pria di hadapannya ini, sikap dan suara pria itu benar-benar menegaskan pada Alicia bahwa seharusnya dia tidak mendekat. Seharusnya dia menghindar karena pria itu berbahaya. Dan Alicia tidak bisa berkutik di bawah tatapannya.

"A-aku... aku ingin pulang," lirih Alicia setengah merengek dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Lucius kemudian bangkit dari sofa dan berjalan mendekatinya, sedangkan Alicia beringsut mundur. Gadis itu menatap Lucius penuh awas ketika lelaki itu duduk di pinggir ranjang.

Lucius setengah menyeringai. "Kau takut padaku?" tanyanya.

Alicia mengangguk tanpa ragu.

Seringaian Lucius semakin lebar. "Apa kau tahu siapa aku?"

Alicia menggeleng. Peluh mulai membanjiri pelipis dan punggungnya, padahal ruangan ini cukup dingin dan dilengkapi dengan AC, tapi entah karena udara atau memang kehadiran Lucius yang membuatnya begitu.

"Siapa kau?"

Lucius tidak melepas tatapannya dari manik hijau milik Alicia, sekalipun gadis itu tidak sedikitpun menatap matanya. Dia mengulurkan tangan, bukan untuk menyentuh Alicia melainkan untuk sekedar menakutinya. Dan ketika Alicia mundur, ada senyum puas di bibir Lucius karena berhasil membuat gadis itu takut padanya.

"Jangan mendekat!" desis Alicia.

Lucius tidak menanggapi, dia malah menganggap hal itu lucu dan sebuah tantangan tersendiri untuknya. Lucius menaiki ranjang dan meraih tangan Alicia sebelum gadis itu sempat merespon apapun dia sudah mendapati dirinya sendiri berada di bawah pria itu.

Seringaiannya. Alicia bergetar ketakutan.

"Bagaimana kau bisa takut padaku sedangkan kau tidak tahu aku siapa," bisik Lucius rendah.

Alicia mencoba meronta, namun kedua tangan Lucius menahan lengannya begitu kuat.

"Lepaskan aku!" pinta Alicia, kali ini benar-benar menangis, bahkan napasnya menjadi tersendat-sendat oleh rasa sesak yang saat ini dia rasakan di dada.

"Tidak semudah itu, sweetheart. Kau pikir kenapa aku perlu repot-repot menebusmu di paman gilamu itu, dan memberimu kehidupan yang layak di desa, sampai kau tumbuh menjadi gadis cantik seperti sekarang. Kau pikir untuk apa?"

Alicia menelan ludah dengan susah payah. "A-aku tidak tahu," jawabnya.

Lucius menyeringai lagi. "Exactly, you don't know, dan aku tidak akan pernah memberitahumu."

Dan di detik itu pula, Lucius bangkit dari atas tubuhnya. Iris mata gelap milik Lucius menatap Alicia seolah lelaki itu memendam kebencian yang begitu dalam padanya. Dia melihat Alicia turut bangun dan mengusap pergelangan tangannya sambil menangis penuh takut.

Di detik selanjutnya, seringaian Lucius kembali muncul. "Kau membuatku semakin ingin menyakitimu," gumamnya sebelum dia keluar dari kamar itu, meninggalkan Alicia seorang diri.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   47. Epilogue

    Ignite: EpilogueNapas Alicia memburu saat merasakan kecupan basah di lehernya. Dia meraih seprai dan meremasnya sangat kencang, menahan suara desahannya lolos dari bibir. Wajahnya bersemu merah dengan mata yang terpejam erat.“Alice,” bisik suara serak di telinganya, terdengar sangat sensual sehingga mengirimkan getaran bagai tersengat listrik ke seluruh tubuh Alicia.“Hm,” gumam Alicia sebagai balasan.“Sebut namaku!”Alicia membuka mata, menatap tidak fokus pada objek di hadapannya. Karena bukan hanya bibir pria itu yang bergerak menyiksanya dengan memberikan kecupan-kecupan panas sampai meninggalkan bekas kemerahan di lehernya, tapi juga tangan pria itu yang terasa kasar, menyusup masuk dari balik baju tidur yang ia kenakan, meremas dadanya dan tanpa tahu malu pria itu menjetikkan jari pada puncak dadanya yang telah mengeras.“Ahh, Lucius!” Alicia sontak mendesahkan nama pria itu dalam ekstasi yang ia rasakan dari rangsangan yang diberikan. Tubuh Alicia tidak bisa berkutik di bawa

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   46. You're All That Matters

    "Dokter, kalau Tuan Lucius terus bersamaku setiap waktu, aku mungkin akan sembuh lebih cepat," ucap Alicia pada Dokter Hank yang tengah memeriksa keadaannya. Lelaki paruh baya itu tersenyum kecil. "Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?" tanyanya. Sudah beberapa hari Alicia dirawat dan harus istirahat total untuk kesembuhannya. Dokter Hank adalah satu-satunya dokter yang datang untuk merawatnya. Namun, hanya untuk memeriksa keadaan Alicia secara umum, seperti mengecek suhu tubuhnya, memeriksa gejala-gejala tertentu yang bisa menimbulkan penyakit bawaan dari lukanya, memberinya obat yang akan membantu kesembuhan dan meningkatkan kesehatannya. Namun, khusus untuk mengganti perban di lukanya, hanya Lucius yang dapat melakukan itu. Bukan, Dokter Hank pun bisa melakukannya, tapi hanya Lucius seorang yang boleh. Dokter Hank sangat mengerti akan sikap Lucius yang seperti itu, namun dia tidak mengatakan apap

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   45. Relieve

    Landon tidak bisa merasa tenang sampai dia memasuki kamar Lucius dan melihat sosok yang dikhawatirkannya terbaring di atas ranjang. Landon duduk di dekatnya, memperhatikan wajah pucat gadis itu."Ini adalah salah satu yang aku maksud saat aku bilang berada di sisinya adalah pilihan yang salah, Alicia," ucap Landon lirih. Namun Alicia tidak bergeming, masih di bawah pengaruh obat bius. "Tapi melihat sepupuku begitu mengkhawatirkanmu kurasa hal ini sepadan untuknya," lanjut Landon, kemudian membelai pelan rambut gadis itu.Tidak beberapa lama kemudian Dokter Hank datang membawa obat dari rumah sakit. Hank bertanya kepada Landon di mana Lucius. Landon hanya menjawab, "Dia pergi untuk mengurus sesuatu."Hank belum tahu pasti bagaimana kejadiannya kenapa Alicia sampai seperti ini dan bertanya langsung pada Lucius adalah hal yang sia-sia."Ayah, apa Alicia akan baik-baik saja?" tanya Landon.Han

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   44. Chilling Night

    Sebelum ke luar, Lucius menatap Alicia sekali lagi, memperbaiki selimutnya, dan mengatur suhu ruangan agar lebih hangat."Ben, temui aku di ruangan, sekarang!" ucapnya, berbicara pada alat interkom yang masih terpasang di telinganya.Lucius pergi menuju ruang kerjanya dengan langkah lebar. Landon tiba-tiba saja muncul dari arah tangga, menghalangi jalan Lucius. Lucius menatapnya sesaat, mencoba mempertahankan kesabarannya yang tidak dia miliki banyak."Aku ikut," kata Landon.Lucius mendengus, kemudian melanjutkan langkahnya melewati Landon, menabrak bahu lelaki itu."Lucius, aku serius!" ucap Landon keras kepala, mengikuti Lucius di belakang."Apa kau tahu yang hendak aku lakukan?""Aku tahu," jawab Landon.Lucius langsung berhenti dan menoleh menatapnya.Mendapat tatapan menyeramkan seperti itu, Landon langsung melanjutk

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   43. The Fear of Losing

    Suara klakson mobil terdengar nyaring saling bersahutan di tengah jalan raya yang ramai dilalui kendaraan. Hanya satu mobil yang bergerak cepat dan tidak beraturan di antara mobil yang lain."Ben, kalau kau berhasil sampai dalam waktu lima menit, aku akan menaikkan gajimu sepuluh kali lipat," Lucius berkata dengan datar di kursi penumpang pada mobil yang dikendarai oleh Tangan Kanan-nya, Benjamin.Benjamin mendengus. "Kau tidak perlu mengatakan itu, kita akan sampai dalam waktu tiga menit."Normalnya, mereka akan sampai dalam setengah jam, lima belas menit jika mengebut. Sedangkan lima menit terdengar mustahil, terlebih tiga menit.Namun tidak bagi Benjamin. Selama bekerja dengan keluarga Denovan, dia sudah dilatih untuk hal-hal seperti ini. Dia benar-benar akan sampai di rumah dalam waktu tiga menit.Sesekali Ben melirik tuannya yang duduk di kursi belakang, memeluk seorang perempuan di d

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   42. Ignite The Fire (2)

    Alicia duduk dengan gelisah di dalam mobil yang melaju sedang menuju suatu tempat. Alarick berada di sampingnya, diam dengan ekspresi keras di wajah. Semakin Alicia memikirkan kemana dia akan dibawa, jantungnya berdetak semakin kencang penuh antisipasi. Alicia memikirkan ucapan kepala pelayan itu yang mengatakan bahwa malam ini Lucius akan datang bersama Marie dan Adrian.Benarkah pria itu akan datang? Untuk apa? Apa rencananya? Alicia menolak untuk percaya bahwa Lucius benar-benar datang untuknya. Pria itu pasti memiliki agenda lain di otaknya yang licik dan penuh perhitungan. Apakah ini harinya? Pembalasan dendam itu? Apa yang akan Lucius lakukan? Membunuh Marie dan Adrian?Alicia membayangkan dua buah peti mati yang telah menanti di sana dan tiba-tiba saja tubuhnya mulai menggigil. Sekalipun Marie bukan ibu kandungnya, tapi kenangan terbaiknya semasa kecil selalu dihadiri oleh perempuan itu. Walaupun Alicia me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status