Maloma memasuki kamar Alicia membawa nampan berisi bubur, segelas air, dan sebutir aspirin. Alicia tengah duduk di ranjang sambil memegangi kepalanya yang pening. Dunia seolah berputar di sekitarnya dan Alicia bahkan tidak bisa melihat Maloma dengan jelas.
"Minumlah ini, Nona Alicia, setelahnya Anda akan merasa baik-baik saja."
Alicia mengangguk, kemudian meminum obat yang diberikan Maloma dengan segelas air. "Terima kasih," ucap Alicia dengan suara lemah.
Maloma kemudian meletakkan nampan kayu itu ke atas ranjang dan menatap Alicia lama.
Alicia yang merasa diperhatikan pun mendongak membalas tatapan Maloma. "Apa ada sesuatu?" tanya Alicia.
Maloma menggeleng, menyematkan senyum tipis. "Tidak ada. Habiskan sarapan Anda dan beristirahatlah. Semoga lekas sembuh."
Setelah Maloma pergi, Alicia membaringkan kembali punggungnya ke ranjang dan menatap langit-langit yang berwarna p
"Apa yang kau lakukan di sini, Landon?" Lucius bertanya pada lelaki yang saat ini berdiri di samping Alicia dengan tatapan terkejut, bukan karena kehadiran Lucius, tapi karena tatapan yang lelaki itu berikan padanya. Landon sontak saja melepas tangan Alicia dari genggamannya.Alicia menyadari suasana tegang di antara mereka karena kehadiran si tuan rumah, dan Alicia pun tidak siap melihat Lucius secepat ini. Dia berharap melihatnya besok atau lusa, seperti biasa. Maka Alicia pun mengundurkan diri dan pergi, Lucius tidak mencegahnya, Alicia pun melangkah semakin cepat."Kau pulang sedikit telat. Kakek menghubungimu, Luc.""Apa yang kau lakukan di sini, Landon?" Lucius mengulang pertanyaannya dengan nada yang lebih gelap, membuat Landon merinding seketika."Tenanglah, Sepupu, aku tadinya hanya datang untuk melaporkan sesuatu," Landon menjawab, dia kemudian terkekeh canggung, "tapi wanitamu membuatku penasara
"Ada apa, Alicia? Apa kau baik-baik saja? Pagi ini kau tampak sedikit pucat." Alicia hanya membalas pertanyaan Landon dengan senyuman tipis. Pagi ini, Landon menyadari ada yang sedikit tidak beres dengan kelakuan Alicia. Gadis itu menjadi lebih pendiam dan jarang tersenyum, dia bahkan tidak mau membalas tatapan Landon. Semalam, Landon tahu bahwa Lucius pulang, apa lelaki itu melakukan sesuatu pada Alicia? Rasa untuk ingin menjaga itu muncul pada diri Landon. Dia baru mengenal Alicia kemarin, namun rasa-rasanya sudah lama sekali. Dan sekarang Landon khawatir Lucius akan melakukan seperti yang sudah-sudah pria itu lakukan pada wanita-wanitanya. Atau mungkin Alicia tidaklah seperti yang Landon kira. Landon pun menghabiskan sarapannya pagi itu dalam kebisuan yang terasa menyesakkan. Tidak sampai di sana, ketika Landon mengajak Alicia untuk berbincang-bincang di ruang keluarga sembari meng
Setelah kepergian mereka, Alicia sontak merasakan kesedihan yang aneh menderanya, rasa sepi yang tiba-tiba terasa begitu pekat. Dan ketika Lucius berbalik, Alicia semakin merasakannya.Lucius menatap Alicia beberapa saat, rahangnya mengencang, dan Alicia bisa melihat bayangan gelap dari janggutnya yang belum dicukur."Ikut aku!" kata Lucius dingin.Alicia tahu lebih baik untuk tidak membantah jadi dia mengikuti langkah Lucius yang ternyata mengajaknya ke garasi. Maloma mendekat bersama dua orang pelayan yang sama-sama membawa mantel tebal untuknya dan Lucius. Alicia diam saja ketika Lucius memakaikan mantel itu ke tubuhnya dan sepatu bepergian.Garasi Lucius dipenuhi oleh mobil-mobil mengilap yang Alicia duga harganya pasti sangat mahal. Tidak seperti sebelum-sebelumnya di mana mereka akan diantar oleh sopir, Lucius menggunakan mobil lamborghini hitamnya dan menyetir sendiri. Alicia sempat terdiam beberapa
Alicia terisak-isak di dalam mobil dengan Lucius yang duduk di sampingnya. Mobil itu melaju dengan cepat di jalan raya yang lenggang, Lucius mengemudi dalam diam, begitu tenang dan leluasa, seolah Alicia tidak ada di sana.Alicia benci rasa diabaikan itu, terlebih di dalam kondisi di mana dia begitu butuh dukungan seperti iniSelama bertahun-tahun lamanya, Alicia mengharapkan pertemuan dengan kedua orangtuanya, tapi tidak pernah sekalipun Alicia membayangkan akan seperti ini. Alicia membayangkan air mata kebahagiaan, pelukan hangat, dan kata-kata penuh cinta yang membantah semua pemikiran negatif dari pikiran Alicia selama ini, bahwa mereka meninggalkannya karena tidak menyayangi Alicia lagi. Itu adalah ketakutan terbesar Alicia. Dan dia tidak menyangka bahwa hal yang ditakutkannya itu akan benar-benar terjadi.Lamborghini hitam itu menderu pelan, lalu berhenti di depan teras mansion. Lucius keluar lebih dulu, lalu melempa
Lucius menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya dengan pelan. "Bukan apa-apa, ini hanya penyakit lama," jawabnya singkat.Tapi Alicia sudah tahu bahwa Lucius tidak akan berinisiatif untuk menjelaskan banyak hal, kecuali Alicia menanyakan lebih banyak."Penyakit apa?" tanya Alicia, lalu bergerak untuk menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang dan duduk bersila dengan nyaman, jemarinya masih bergerak di pelipis Lucius. Karena tidak kunjung menjawab, Alicia bertanya lagi. "Apakah penyakitnya parah?""Tidak," jawab Lucius pada akhirnya. "Aku sudah hidup dengannya selama bertahun-tahun, tapi setiap kali penyakit itu datang, aku selalu kerepotan seperti ini."Alicia tidak bisa membayangkan saat-saat sepi di malam hari yang dingin, Lucius kesakitan seorang diri."Kenapa bisa seperti itu?""Kau benar-benar ingin tahu."Alicia terdiam, kemudian mengangguk
Dingin yang Alicia rasakan semakin membekukan. Perutnya mual dan kepalanya berdentum dengan keras. Dia meringkuk di atas ranjang dengan mata terpejam, namun pikirannya tidak serta merta ikut diam. Alicia tidak tertidur, dia berharap bisa melakukannya."Kumohon..." rintih Alicia dengan kening berkerut-kerut menahan sakit. Dia masih tidak melupakan ucapan Lucius di taman, Alicia yakin kepalanya sakit pasti karena terlalu banyak berpikir.Seorang pelayan mengetuk pintu dan Alicia membalasnya dengan gumaman lemah. Tidak beberapa lama kemudian, Maloma masuk mendorong troli makanan yang ditutup dengan tudung besi."Makan siang Anda, Miss." Maloma mengganti piring sarapan Alicia-yang sama sekali tampak belum tersentuh-dengan piring berisi makan siangnya.Alicia sama sekali tidak menjawab ataupun bergerak sedikitpun. Seluruh tubuhnya ditutupi selimut dan dia meringkuk di dalamnya.Maloma menghela
Semenjak hari itu, Alicia dilanda kekhawatiran yang semakin mendalam. Dia sudah tidak mual-mual lagi seperti di awal. Hanya pusing dan lemas hampir setiap saat. Alicia juga semakin tidak nafsu makan dan susah tidur. Ketika mengecek kalender pada hari itu, Alicia menyadari bahwa siklus haidnya telat selama dua bulang, awalnya Alicia pikir itu adalah hal yang lumrah karena dia masih menganggap dirinya remaja, dulu juga Alicia sering kali mengalami gangguan siklus haid sehingga dia tidak curiga sama sekali.Namun di kondisinya yang sekarang, Alicia tidak lagi bisa menganggap hal itu lumrah. Lucius telah bersamanya beberapa kali, dan selama itu Alicia tidak terlalu memikirkan konsekuensi atas perbuatan lelaki itu padanya.Alicia yakin bahwa dirinya hamil. Namun Lucius pasti membencinya sekarang. Alicia telah mencoba untuk berbicara padanya, tapi lelaki itu tidak pernah memberinya kesempatan. Makanan kini selalu diantarkan ke kamar Alicia, pada
Alicia siuman dan hal pertama yang dilakukannya setelah membuka mata adalah menyentuh perutnya dan merabanya pelan lalu mengedarkan pandang. Tatapannya langsung tertuju pada Lucius yang berdiri dengan santai di ujung ranjang, menatap Alicia dengan tajam. Hal itu langsung mengingatkan Alicia pada kejadian sebelumnya."Nona Alicia?"Alicia menoleh ke samping, pada Dokter Hank yang tengah berdiri di sampingnya dan kini tengah tersenyum hangat padanya."A-apa yang terjadi?" tanya Alicia."Anda pingsan selama tiga belas jam lebih."Alicia membulatkan mata. "Selama itu?" ucapnya tidak percaya."Ya. Anda kekurangan sel darah merah. Sepertinya disebabkan oleh stress dan juga kelelahan. Apa Anda juga sulit tidur saat malam? Itu bisa jadi penyebabnya juga. Tapi tenang saja, Anda akan baik-baik saja setelah beberapa hari istirahat dan perawatan.""Aku... baik-baik sa