Share

08. Escape (3)

Author: Asia July
last update Last Updated: 2021-03-16 21:22:50

Alicia tidak pernah merasa setakut ini seumur hidupnya.

Dia merasakan dadanya sakit akibat jantungnya yang berdetak begitu cepat serta napasnya yang berat. Dia menatap ke sekelilingnya, benar-benar gelap, namun dari suara-suara lain yang ia dengar di sana, Alicia jelas mengetahui bahwa bukan hanya mereka berempat yang ada di dalam ruangan itu. Siapa yang tahu apa yang ada di balik kegelapan?

"Selamat malam, hadirin sekalian." Suara seorang pria dengan microfon.

Alicia meneguk ludahnya susah payah. "Ca-calla..."

"Hm."

"A-aku... aku benar-benar takut."

"Damn, who wasn't."

Alicia semakin merasa takut. dua perempuan lainnya yang Alicia tidak tahu nama mereka siapa, juga pasti merasa ketakutan, terdengar jelas dari suara rengekan mereka yang seolah hendak menangis.

Alicia tahu... bahwa inilah saatnya.

"Terima kasih sudah datang dalam acara pelelangan malam ini. Tanpa berbasa-basi lagi, kami akan menawarkan beberapa barang yang sangat menggiurkan, siap untuk penawaran tertinggi pada malam ini. Kalian semua tentu tidak akan mau melewatkannya. Are you ready to see what's inside this box?" terdengar suara teriakan pentuh antusias yang menggema di ruangan tersebut.

Alicia tidak mengerti. Apa yang terjadi?!

Dan tepat setelah itu, tirai yang membungkus jeruji besi disingkap sampai terlepas, bertepatan dengan lampu terang yang menyorotnya ke bawah.

Empat perempuan di dalam sana menutup mata mereka dari silau lampu tersebut.

Lalu perlahan, Alicia membuka matanya, menatap linglung pada sekitarnya yang ternyata masih tampak gelap. Pencahayaannya hanya difokuskan pada empat perempuan itu, juga lampu yang lebih redup pada pria si pembawa acara.

Suara riuh tepuk tangan dan siulan membuat Alicia semakin gemetaran.

Pelelangan itupun berlangsung. Alicia dikeluarkan dari jeruji besi dan berdiri di bawah sorotan lampu yang lain. Tampilannya telah diubah. Dia diberi bikini seksi berwarna hitam yang menutup sedikit sekali bagian dari tubuhnya, serta bandu telinga kelinci berwarna putih di kepalanya. Wajahnya pun telah diriasi make up tebal yang membuatnya tampak benar-benar cantik, manis, seksi, sekaligus menggiurkan, jika saja raut takut di wajahnya itu hilang.

"Yang satu ini benar-benar spesial." Pria itu mulai mengitari tubuh Alicia, wajahnya tertutup topeng sehingga Alicia tidak tahu rupanya seperti apa.

"Kulitnya benar-benar mulus," katanya sambil mengelus lengan Alicia.

"Aromanya harum." Kemudian dia mengendus leher Alicia, membuat Alicia bergidik jijik dan mendengus kasar. Baik, sekarang rasa takutnya berubah menjadi amarah. Dia menatap pria itu tajam.

"Dan wow! Tatapannya benar-benar menantang," kata pria itu lagi, alih-alih takut malah tertawa terbahak-bahak. "This is type of your doll, ladies and gentleman."

Boneka?!!!

"Kita akan mulai pada tawaran terendah, 20 ribu dolar!"

Tawaran terus berlanjut. Harga yang ditetapkan semakin tinggi dan tinggi. Sampai kemudian, tawaran untuk Alicia mencapai 500 ribu dolar. Mendengarnya, membuat Alicia tercekat sendiri, memang itu bukanlah jumlah uang yang sedikit, namun bukan itu juga yang membuat Alicia terperangah, melainkan karena dirinya sudah berhasil dijual dan sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.

Tawaran itu hendak disahkan, si pembawa acara menghitung dari tiga ke bawah. Dan pada hitungan kedua selesai disebutkan, muncul sebuah angka-angka baru melalui layar monitor di depan mereka, yang menampilkan jumlah uangnya.

Terdengar suara kesiap dari setiap orang. "WOW! 5 JUTA DOLAR, SOLD!"

Alicia berdoa, siapapun orang yang membelinya itu, semoga dia memiliki belas kasih dan jiwa kemanusiaan yang tinggi. Walaupun terdengar sangat mustahil, Alicia masih terus berharap.

Dan dia benci mengakui bahwa dirinya benar-benar menyesal telah kabur dari Lucius. Setidaknya, Lucius memperlakukannya dengan baik walaupun tidak sepenuhnya seperti itu. Sekarang Alicia sama sekali tidak punya petunjuk apapun akan bagaimana nasibnya ke depan.

*

Hal ini terjadi lagi.

Alicia kabur dari cengkraman pada bodyguard yang hendak mengantarkannya ke dalam mobil si tuan barunya.

Alicia tidak mungkin diam dan pasrah. Dia memutar otak untuk untuk mencari celah agar dirinya bisa kabur, dan setelah Alicia mendapatkannya dengan meminta izin ke toilet dan ditemani oleh seorang bodyguard yang begitu mudah tergoda dengan jalang di sana, Alicia berhasil kabur dan berlari sekuat tenaga. Pakaiannya masih sama seperti tadi. Orang-orang yang melihatnya di jalan pasti menganggapnya orang gila atau jelas menatapnya sebagai jalang dan melihatnya dengan tatapan jijik.

Alicia jelas masih memiliki rasa malu. Sehingga dia memilih untuk berlari memasuki gang-gang sepi yang gelap yang tidak ada satupun orang di sana. Gang demi gang yang diapit oleh bangunan-bangunan tinggi dia lewati.

Ketika berbelok memasuki gang lainnya, Alicia mendengar suara sorakan. Langkah Alicia langsung terhenti. Matanya membulat melihat beberapa pria berdiri di hadapannya. Mata mereka menatap tubuh Alicia sama terkejut, lalu berubah penuh nafsu.

Oh tidak! Setelah terbebas dari kandang singa, sekarang ia malah masuk ke kandang buaya.

"Wow, kita memiliki santapan baru. Cepat tangkap dia, ayo kita nikmati sama-sama."

Alicia hendak berbalik untuk berlari pergi. Sialan memang pada pakaiannya yang membuatnya nyaris telanjang. Oh, bukan pakaian, melainkan hanya bra dan celana dalam, serta bandu kelinci di kepala.

Tangan Alicia ditarik sehingga dia terjerembab ke belakang. Alicia memekik sangat kencang ketika pria itu memeluknya dan menggerayangi perutnya. Sedangkan pria-pria yang lain tertawa terbahak-bahak.

Air mata Alicia meluncur bebas. Dia memberontak dengan sekuat tenaga, berteriak sampai merasakan tenggorokannya sakit, tubuhnya merespon di alam bawah sadarnya, sehingga Alicia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi.

Dia merasakan pelukan pria tadi terlepas. Alicia yang lemas berlutut di tanah sambil memeluk dadanya yang tidak lagi dibalut bra. Ketika mendengar suara nyaring tembakan yang menggema, Alicia mendongak, napasnya masih tersendat dan tangisannya belum berhenti, menyebabkan penglihatannya menjadi kabur.

Suara tembakan itu terdengar lagi dan suara-suara teriakan sakit menyusul. Alicia mengerjapkan matanya. Melihat lebih jelas pada seorang lelaki dengan pakaian serba hitam memukul preman-preman yang hampir memperkosa Alicia itu.

Dada pria yang tadi memeluk Alicia sudah bolong. Kepalanya hancur tidak terbentuk lagi. Tiga pria lainnya tampak ketakutan dan mencoba untuk kabur. Namun lelaki berpakaian serba hitam itu mengejar mereka dan menembak kaki mereka satu-persatu.

Kepala Alicia langsung pening ketika mencium aroma anyir darah yang menguar di udara. Tetes demi tetes salju yang mulai turun dari langit membekukan genangan darah di tanah. Alicia tidak lagi merasakan syaraf-syaraf di kaki atau tangannya sehingga dia jatuh tergeletak di tanah, dengan mata yang sayup-sayup terbuka.

Hal terakhir yang ia sadari adalah keheningan, kecuali langkah kaki yang perlahan mendekat, lalu suara berat seseorang yang membisikkan namanya, mengangkatnya ke dalam gendongan, dan memberikannya kehangatan yang ia cari.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
sofaarsogood
kak asiaaa , ini nanti update ga ya ?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   47. Epilogue

    Ignite: EpilogueNapas Alicia memburu saat merasakan kecupan basah di lehernya. Dia meraih seprai dan meremasnya sangat kencang, menahan suara desahannya lolos dari bibir. Wajahnya bersemu merah dengan mata yang terpejam erat.“Alice,” bisik suara serak di telinganya, terdengar sangat sensual sehingga mengirimkan getaran bagai tersengat listrik ke seluruh tubuh Alicia.“Hm,” gumam Alicia sebagai balasan.“Sebut namaku!”Alicia membuka mata, menatap tidak fokus pada objek di hadapannya. Karena bukan hanya bibir pria itu yang bergerak menyiksanya dengan memberikan kecupan-kecupan panas sampai meninggalkan bekas kemerahan di lehernya, tapi juga tangan pria itu yang terasa kasar, menyusup masuk dari balik baju tidur yang ia kenakan, meremas dadanya dan tanpa tahu malu pria itu menjetikkan jari pada puncak dadanya yang telah mengeras.“Ahh, Lucius!” Alicia sontak mendesahkan nama pria itu dalam ekstasi yang ia rasakan dari rangsangan yang diberikan. Tubuh Alicia tidak bisa berkutik di bawa

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   46. You're All That Matters

    "Dokter, kalau Tuan Lucius terus bersamaku setiap waktu, aku mungkin akan sembuh lebih cepat," ucap Alicia pada Dokter Hank yang tengah memeriksa keadaannya. Lelaki paruh baya itu tersenyum kecil. "Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?" tanyanya. Sudah beberapa hari Alicia dirawat dan harus istirahat total untuk kesembuhannya. Dokter Hank adalah satu-satunya dokter yang datang untuk merawatnya. Namun, hanya untuk memeriksa keadaan Alicia secara umum, seperti mengecek suhu tubuhnya, memeriksa gejala-gejala tertentu yang bisa menimbulkan penyakit bawaan dari lukanya, memberinya obat yang akan membantu kesembuhan dan meningkatkan kesehatannya. Namun, khusus untuk mengganti perban di lukanya, hanya Lucius yang dapat melakukan itu. Bukan, Dokter Hank pun bisa melakukannya, tapi hanya Lucius seorang yang boleh. Dokter Hank sangat mengerti akan sikap Lucius yang seperti itu, namun dia tidak mengatakan apap

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   45. Relieve

    Landon tidak bisa merasa tenang sampai dia memasuki kamar Lucius dan melihat sosok yang dikhawatirkannya terbaring di atas ranjang. Landon duduk di dekatnya, memperhatikan wajah pucat gadis itu."Ini adalah salah satu yang aku maksud saat aku bilang berada di sisinya adalah pilihan yang salah, Alicia," ucap Landon lirih. Namun Alicia tidak bergeming, masih di bawah pengaruh obat bius. "Tapi melihat sepupuku begitu mengkhawatirkanmu kurasa hal ini sepadan untuknya," lanjut Landon, kemudian membelai pelan rambut gadis itu.Tidak beberapa lama kemudian Dokter Hank datang membawa obat dari rumah sakit. Hank bertanya kepada Landon di mana Lucius. Landon hanya menjawab, "Dia pergi untuk mengurus sesuatu."Hank belum tahu pasti bagaimana kejadiannya kenapa Alicia sampai seperti ini dan bertanya langsung pada Lucius adalah hal yang sia-sia."Ayah, apa Alicia akan baik-baik saja?" tanya Landon.Han

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   44. Chilling Night

    Sebelum ke luar, Lucius menatap Alicia sekali lagi, memperbaiki selimutnya, dan mengatur suhu ruangan agar lebih hangat."Ben, temui aku di ruangan, sekarang!" ucapnya, berbicara pada alat interkom yang masih terpasang di telinganya.Lucius pergi menuju ruang kerjanya dengan langkah lebar. Landon tiba-tiba saja muncul dari arah tangga, menghalangi jalan Lucius. Lucius menatapnya sesaat, mencoba mempertahankan kesabarannya yang tidak dia miliki banyak."Aku ikut," kata Landon.Lucius mendengus, kemudian melanjutkan langkahnya melewati Landon, menabrak bahu lelaki itu."Lucius, aku serius!" ucap Landon keras kepala, mengikuti Lucius di belakang."Apa kau tahu yang hendak aku lakukan?""Aku tahu," jawab Landon.Lucius langsung berhenti dan menoleh menatapnya.Mendapat tatapan menyeramkan seperti itu, Landon langsung melanjutk

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   43. The Fear of Losing

    Suara klakson mobil terdengar nyaring saling bersahutan di tengah jalan raya yang ramai dilalui kendaraan. Hanya satu mobil yang bergerak cepat dan tidak beraturan di antara mobil yang lain."Ben, kalau kau berhasil sampai dalam waktu lima menit, aku akan menaikkan gajimu sepuluh kali lipat," Lucius berkata dengan datar di kursi penumpang pada mobil yang dikendarai oleh Tangan Kanan-nya, Benjamin.Benjamin mendengus. "Kau tidak perlu mengatakan itu, kita akan sampai dalam waktu tiga menit."Normalnya, mereka akan sampai dalam setengah jam, lima belas menit jika mengebut. Sedangkan lima menit terdengar mustahil, terlebih tiga menit.Namun tidak bagi Benjamin. Selama bekerja dengan keluarga Denovan, dia sudah dilatih untuk hal-hal seperti ini. Dia benar-benar akan sampai di rumah dalam waktu tiga menit.Sesekali Ben melirik tuannya yang duduk di kursi belakang, memeluk seorang perempuan di d

  • LIVING WITH THE DEVIL : ignite   42. Ignite The Fire (2)

    Alicia duduk dengan gelisah di dalam mobil yang melaju sedang menuju suatu tempat. Alarick berada di sampingnya, diam dengan ekspresi keras di wajah. Semakin Alicia memikirkan kemana dia akan dibawa, jantungnya berdetak semakin kencang penuh antisipasi. Alicia memikirkan ucapan kepala pelayan itu yang mengatakan bahwa malam ini Lucius akan datang bersama Marie dan Adrian.Benarkah pria itu akan datang? Untuk apa? Apa rencananya? Alicia menolak untuk percaya bahwa Lucius benar-benar datang untuknya. Pria itu pasti memiliki agenda lain di otaknya yang licik dan penuh perhitungan. Apakah ini harinya? Pembalasan dendam itu? Apa yang akan Lucius lakukan? Membunuh Marie dan Adrian?Alicia membayangkan dua buah peti mati yang telah menanti di sana dan tiba-tiba saja tubuhnya mulai menggigil. Sekalipun Marie bukan ibu kandungnya, tapi kenangan terbaiknya semasa kecil selalu dihadiri oleh perempuan itu. Walaupun Alicia me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status