Share

LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA
LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA
Author: Ria Abdullah

1. log panggilan ponsel.

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2024-07-30 07:36:38

"Nomor siapa ini?" gumamku sambil memperhatikan deretan nomor yang tidak tersimpan di kontak tapi punya dua puluh lebih panggilan dari rentang jam tujuh pagi sampai delapan malam di ponsel Mas Arga, suamiku.

Banyak sekali!

"Mungkin ada keperluan penting, tapi apa ya?" Aku masih bersenandika, sementara pemilik ponsel terdengar bersiul di kamar mandi, baru ingin membersihkan dirinya.

Kuperhatikan sekali lagi, durasi panggilan tercatat beragam, ada yang semenit di jam tujuh pagi, ada yang lima menit, ada yang dua puluh menit, dan ada yang durasinya satu jam penuh yakni di jam makan siang.

"Oh, jadi dia habiskan waktu istirahat kantor untuk menelpon? tidakkah dia tersedak jika makan sambil bicara?" batinku lagi.

Kutelaah lagi, dan mengambil kesimpulan bahwa nomor tersebut melakukan panggilan ke ponsel Mas Arga tiap satu jam sekali.

Pertanyaannya, siapa yang bisa melakukannya? mengapa sesering itu, apa ada masalah? aku kenal nomor mertua dan ipar-iparku, lantas ini nomor siapa?!

Rasa-rasanya mengapa hati ini berdebar kencang dan mendadak curiga ya?

"Astaghfirullah, nauzubillah ... jangan sampai dugaan dan syak-wasangka ini membuat hubungan kami renggang," batinku sambil berdoa.

Aku bertekad untuk menanyakan itu pada pegawai Departemen Kesehatan itu setelah dia keluar dari kamar mandi. Tapi, semakin ditunggu, mengapa dia semakin lama saja? aku makin resah dan tubuh ini seakan didudukkan di atas bara api.

Tap!

Pintu kamar mandi berbunyi, suamiku yang terlihat segar, keluar dari sana sambil mengusap-usap handuk di rambut lurusnya yang basah.

"Sayang, kenapa ngeliatin begitu?"

"Engg ...." Sebenarnya aku ragu antara bertanya atau tidaknya. Aku takut menyinggung dia yang sudah bekerja dari pagi sampai petang demi aku dan putra pertamanya. Aku sungguh, berdebar dan gemetar.

"Kayaknya mau ngomong sesuatu ya? ngomong aja," ucapnya sambil mendekatiku.

Jika aku bertanya sekarang sementara dia tidak mau menjawab jujur dalam menyembunyikan sesuatu, tentu lain kali suamiku akan berhati-hati. Tapi jika aku tak bertanya, rasa penasaran yang membuncah akan membuatku gelisah. Aku harus begaimana?

Aku bimbang, bingung dan gerah jadinya.

"Irma kamu kenapa?"

"Ma-makan malam sudah siap, Mas," jawabku gugup.

"Kalo gitu, ayo makan," ajaknya.

"Aku mau menidurkan Hafiz dulu," tampikku segera.

Sebenarnya aku lebih ingin memeriksa lebih jauh ke gadget miliknya.

"Baik, kalau gitu, nanti kalau udah tidur temani Mas Nonton ya," ucapnya lembut.

Sekilas pria yang punya hidung mancung dan kulit hitam manis itu berkedip manja padaku, ia memberi tatapan cinta lalu menjauh dari kamar kami.

*

Tak mau buang waktu aku segera menyalin nomor tersebut, saking takut dan buru-buru tanganku sampai gemetar dan mengeluarkan keringat dingin. Tubuhku panas dingin karena takut ketahuan mengobrak-abrik pribavi suami, suatu hal yang sudah kami sepakati dari awal, bahwa akan kami jalani rumah tangga tanpa curiga dan berpegang teguh pada komitmen setia. Lalu, apa lagi sebenarnya yang membuatku gelisah?

Seakan ada perasaan yang mendorong, entah kenapa aku begitu ingin tahu.

Kuintip Mas Arga, dia baru mulai menyendokkan nasi ke piringnya, artinya aku masih punya waktu.

Kutelepon nomor itu dari ponsel suamiku dan tak lama kemudian suara seorang wanita menyapa dengan lembut.

"Halo, Mas, Alhamdulillah akhirnya ditelpon juga ... dari tadi Gita nungguin Mas ...."

Gita? perasaan tidak ada yang bernama Gita dari anggota keluarga kami.

"Kok diam aja, ada istrinya ya?"

Hah, mengapa wanita itu berkata demikian, memangnya kalau ada aku, apa aja terjadi sesuatu? Perasaan kesal dan curigaku makin menjadi jadi.

"Mas ...?"

Belum sempat kumatikan ponsel tiba tiba Mas Arga datang, dia membuka pintu dan refleks saja ponsel itu kulempar ke belakangku.

"Gawat, dia akan tahu ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
dasar suami gk setia
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   56

    Prang!Prak!Suara sepatuku memukul helm Mas Arga dengan kencang. Pria itu nyaris terjatuh dari motornya andai tidak menahan keseimbangan. "Astaga ... kamu kenapa Irma.""Kamu yang kenapa ngikutin aku terus? kamu dah gila ya Mas?""Aku gak ngikutin kamu, kamunya aja yang kepedean," jawabnya sambil melepas helm dan mengusap kepalanya yang kupukul tadi."Arah kantor kamu gak di sini Mas, tapi di jalur berbeda kamu gak malu mas dengan baju dinas keliling ngikutin aku dan suami, kamu gak malu pada keluargamu dan keluarga mertuamu?""Hei, aku gak ikutin kamu, aku cuma mau ke toko sparepart yang ada di jalan Ahmad Yani, kepedean kamu," balasnya."Kamu pikir aku gak lihat kamu ngikutin dari arah rumah? Awas ya Mas, kalau masih ngikutin aku, kulaporkan kamu ke polisi.""Lapor saja, aku ga takut polisi!""Hah, percuma bicara," balasku sambil membalikkan badan dan kembali ke mobil."Sombong sekali kamu, mentang mentang punya suami baru," ucapnya berteriak."Biarin!"" ... nanti juga kamu mento

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   55

    "Darimana Sayang?" tanya Mas Adit ketika aku baru saja masuk ke kamar."Menemui tamu yang tidak diharapkan," jawabku sambil tersenyum padanya."Apa ada tamu yang tidak diharapkan?""Ya, ada, jenis tamu pengganggu yang akan merusak segalanya.""Siapa orangnya?""Istri mantan suamiku.""Ada apa dengannya?" suamiku langsung mengerjab dan bangkit dari pembaringannya."Dia merasa bahwa Mas Arga masih denganku dan terobsesi pada diri ini. Aku sangat tidak nyaman dengan itu," balasku."Kemarilah," ujarnya memberi isyarat, kuhampiri dia, kubawa diriku ke dalam rangkulannya serta kuletakkan kepala di atas bahunya."Dengar sayang, di rumah tangga kita hanya kita yang bisa menentukan bahagia atau tidaknya, mereka orang luar hanya segelintir gangguan yang tidak perlu dianggap serius.""Aku setuju dengan ucapanmu, Mas.""Jika istri mantanmu merasa risih tapi kau sama sekali tidak berhubungan dengan suaminya, maka kau tidak perlu khawatir dengan semua tuduhan itu. Selagi tidak ada bukti, anggap sa

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   54

    Tentu saja orang-orang langsung berkerumun memperhatikan pria yang baru saja selesai bernyanyi tiba tiba langsung pingsan saja. Terlebih pingsannya di pelaminan tentu makin mengundang perhatianlah dia."Astaga dia siapa?""Arga mantan suami Irma," jawab seorang pria yang mengenal."Ya ampun, kasihan ....""Mungkin gak kuat menerima kenyataan," ujar yang lain. Reaksi orang beragam, ada yang tertawa, ada yang menatap miris dan lain pula reaksi kedua orang tuaku yang berdiri berdampingan sebagai pendamping pengantin mereka nampak sangat marah dengan keberadaan Mas Arga."Lagipula ngapain sih harus datang ke sini, nyusahin aja!" geram ayah dengan kesalnya."Mungkin dia ingin melihat Irma," jawab Ibu sambil mendekat dan memperhatikan mantan menantunya."Kayaknya bapak ini kelelahan, stress dan dehidrasi, mungkin seseorang bisa hubungi ambulans," ucap seorang temanku yang merupakan seorang petugas kesehatan, dia tadi memeriksa nadi dan wajah Mas Arga dan langsung menyimpulkan."Iya mari g

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   53

    Tadinya aku akan melangsungkan pesta pertunangan dan memberi waktu lebih banyak untuk penjajakan hubungan dengan Mas Adit. Tapi karena Mas Adit tidak sabar untuk segera menghalalkan hubungan, ditambah dia juga sudah dekat dengan ayah dan ibu, maka aku tak punya alasan untuk menolak.Bukankah, sebaiknya pernikahan dipercepat dan perceraianlah yang harus ditunda. Ada kalanya niat baik memang tak harusnya dipendap lebih lama. Khawatir gagal atau malah tertikung orang lain."Calon Nyonyaku, maukah kita percepat niat baik kita untuk merajut hubungan ke jenjang yang lebih serius?" Tiba tiba kekasih tampanku menghampiri dengan secarik kertas yang ditulis demikian."Apa ini?""Ya, itu ...." Dia mengangkat alis memintaku membaca ulang memo tempelnya. Bayangkan ... dia menempel itu di layar komputerku."Astaga, Mas Adit, lebay tahu gak sih, dilihat orang ...." Kucabit segera memo sambil tertawa."Ya enggak apa apa, aku cuma butuh jawaban.""Secepatnya," jawabku singkat."Kapan, kamu sih, PHP te

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   52

    Karena tidak mau terburu-buru menikah sebelum puas saling menjajaki, kuputuskan untuk melakukan acara lamaran dan pertunangan agar tali kasih di antara kami bisa diikat dalam satu janji.Kubagikan undangan pertunangan pada teman teman kerja di lingkungan kantor, kuminta dengan ramah dan sopan agar mereka berkenan datang untuk memberikan doa serta dukungan mereka. Kuserahkan amplop bersampul hitam putih dengan gambar bunga itu kepada Dina dan Reni, termasuk Ivanka, wanita yang menaksir pada calon suamiku. Dia yang kebetulan lewat kuhentikan dan dengan santun kusodorkan undangan itu."Mbak, aku mengundangmu," ucapku pelan. Sesaat wanita itu tertegun namun dia tetap menerima undanganku. Ditimbangnya amplop berukuran sedang itu dengan senyum miris, kalau dia menggumam sambil menggeleng pelan."Terima kasih, tapi sepertinya, aku tak bisa hadir," jawabnya dengan senyum kecut. Bahkan dia belum membukanya sehingga bisa tahu kapan dan hari apa, dia menunjukkan penolakan itu karena sudah jelas

  • LOG PANGGILAN YANG LUPA DIHAPUSNYA   51

    Benar saja, sekitar dua puluh menit kemudian, aku bisa melihat pantulan cahaya motor di jendela kamar. Aku bangun memeriksa dan benar saja, itu adalah motor Gita. Sayup sayup kudengar mereka berdebat dengan teriakan, diantara rinai hujan dan petir malam.Kucoba menajamkan pendengaran dan memindai apa yang mereka lakukan."Aku nanya Mas, kamu lagi ngapain di sini?""Udahlah, itu bukan urusanmu, aku lagi mau ngomong sama ibunya Hafiz!""Tapi, ini hujan dan sudah malam, Mas. Ada apa kamu Mas?"Wanita itu mencengkeram bagian depan baju suaminya dengan kesal. Jilbab, wajah dan cardigannya basah tersapu hujan yang turun deras."Aku harus bicara. Itu tidak ada kaitannya denganmu," jawabnya sambil menghempas tangan sang istri."Kalau kamu gak ikut pulang sama aku, kita cerai aja Mas, itu artinya kamu gak mentingin aku!""Ya Allah, kamu pulang aja, aku masih ada urusan!"Mas Arga membentak Gita dengan kesal. "Oh ya ... jadi mau aku panggilkan Mbak Irma ke dalam, mau aku bilangin ke dia kala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status