Cloud mengayunkan kaki masuk ke gedung Niel Fashion. Sudah dua tahun ini dia menjabat menjadi direktur utama di perusahaan fashion milik ibundanya itu. Sejak disentuh oleh tangan dingin Cloud, Niel Fashion mengalami banyak kemajuan dan perubahan. Bahkan, banyak pengusaha-pengusaha tekstil yang ingin bekerja sama dengan perusahaan itu hingga berlomba-lomba untuk menarik perhatian dan simpati sang direktur utama.
“Singkirkan itu dari mejaku? Apa dia pikir aku orang mati yang perlu dikirimi bunga setiap hari?” titah Cloud ke sang sekretaris. Ia semprotkan cairan antiseptik ke seluruh tangan setelah memegang bucket bunga. Tak hanya itu dia juga menyemprot ruangannya dengan air disinfectant.
“Tapi Bu, ini sangat indah,” ucap Tasya – sang sekretaris. Namun, sedetik kemudian gadis itu menunduk karena Cloud sudah menatapnya dengan sorot mata tajam.
“Aku tahu kamu baru dan belum tiga bulan bekerja menjadi sekretarisku, aku beri tahu satu hal. Semua sekretaris sebelum dirimu tidak betah karena tidak menuruti perintahku. Jadi, jika kamu memang butuh pekerjaan ini dan ingin betah berada di sisiku, maka lakukan saja semua perintahku tanpa membantah, jika aku bilang singkirkan maka singkirkan.”
Tasya menunduk, dia memeluk bucket bunga itu dan mohon pamit keluar dari ruangan Cloud. Baru saja memutar tumit, sebuah notifikasi merdu terdengar dari dalam saku blazer Tasya. Gadis itu pun bergegas merogoh kantong dan mematikannya.
“Apa kamu juga mengunduh aplikasi itu?” sindir Cloud yang mendengar bunyi notifikasi yang sangat khas.
Belakangan sebuah aplikasi berbalas pesan sedang viral dan digandrungi para remaja bahkan lansia. Pasalnya aplikasi itu seperti sebuah biro jodoh. Siapa pun yang mendaftar ke sana akan dimintai data pribadi dan bahkan pertanyaan ‘apa anda mencari teman, pacar, atau pasangan hidup?’, jika memilih teman, maka si pengguna akan dihubungkan dengan akun-akun yang sesuai, dalam artian orang yang juga sedang mencari teman, begitu juga jika menjawab dengan pacar atau pasangan hidup. Aplikasi bernama LOLOLOVE itu akan mencarikanmu orang yang juga sedang mencari pacar atau pasangan.
“Ah … iya Bu,” jawab Tasya canggung. Ingin rasanya dia mengutuk diri karena lupa mematikan alarm notifikasi lololove miliknya.
“Aplikasi bodoh, aku tidak akan pernah mau mengunduh aplikasi seperti itu. Mengenal lawan jenis dari dunia nyata saja kadang masih bisa ditipu, apa lagi mengenal mahkluk berkromosom XY itu dari sebuah aplikasi,” ketus Cloud. Sepertinya merusak suasana hati dan hal yang membuat orang lain bahagia menjadi hobinya.
“Kamu harus hati-hati, jangan sampai kamu mendapat pasangan dari sana dan hanya kedok belaka,” imbuhnya yang mulai cerewet menasehati perihal cinta.
Tasya mengangguk, dia kemudian berpamitan dan berjalan dengan langkah lebar keluar dari ruangan Cloud. Gadis itu tak habis pikir dengan apa yang ada dipikiran sang atasan, dia hanya iseng mengunduh aplikasi itu seperti orang-orang tapi malah terkena wejangan panjang lebar dari Cloud.
“Dia seharusnya mengunduh aplikasi ini agar tahu, bahwa siapa pun yang ingin menambah pertemanan dengan akun kita harus terverifikasi lebih dulu,” gumam Tasya. “Aku tidak mungkin bisa masuk ke pengguna VVIP, gila saja harus membayar lima puluh juta agar memiliki akses pertemanan dengan para pengusaha dan artis,” gerutunya. Tasya menghempaskan tubuh ke kursi lantas berucap lagi, “Bukankah aplikasi ini sama saja membuat yang kaya makin kaya? Orang kelas atas pasti mendapat jodoh yang setara.”
Bahu sekretaris ke sepuluh Cloud itu pun mengedik. Tasya kembali fokus ke pekerjaannya dari pada nanti terkena omelan sang atasan lagi.
Sementara itu, Cloud memilih untuk melihat rekama video dari sebuah gelaran fashion show ternama. Ia memiliki ambisi Niel Fashion harus bisa menembus gelaran fashion show itu tahun ini. Cloud masih saja fokus, hingga iklan tentang LOLOLOVE muncul menginterupsi. Iklan aplikasi itu mengganggunya sampai dia memilih membuang muka dan melempar ponselnya dengan kasar ke atas meja.
“Hah … jodoh, pria. Aplikasi yang sangat tidak masuk akal, siapa juga yang ingin mendapat pasangan hidup dari sebuah aplikasi? seperti membeli kucing dalam karung,” cicit Cloud gemas. Hingga dia melihat ponselnya mengedip dan mau tak mau menerima panggilan yang ternyata dari Bianca – sang mama.
“Cloud, apa kamu mau melakukan kencan buta?”
“Tidak!” tolak Cloud tanpa perlu berpikir.
“Kalau begitu, apa kamu tidak ingin mengunduh aplikasi yang sedang viral itu dan mencoba mencari pasangan sendiri?” tanya Bianca lagi.
“Mengunduh? Aplikasi bodoh itu? hah … tak sudi.”
“Cloud, kamu harus mendengarkan permintaan Mama. Mama akan memaksamu kali ini, pergilah berkencan dengan pria, atau Mama akan mencopot jabatanmu sebagai direktur di Niel Fashion.“Apa?”Cloud terkejut dengan ancaman Bianca, bagaimana bisa wanita yang melahirkannya itu memberinya pilihan yang sangat kejam. Pekerjaan dan urusan percintaan jelas sangat beda.“Mama pikir aku bodoh? jika Mama memecatku sebagai direktur, aku akan pergi ke DAN dan melamar pekerjaan di sana,” jawab Cloud. Dia balik mengancam dengan menyebutkan perusahaan fashion saingan Niel Fashion.“Ya, pergilah ke sana dan Mama pastikan kamu akan dinikahi oleh si peyot CEOnya, apa kamu tidak tahu bahwa pemilik perusahaan itu sudah kakek-kakek tapi playboy?”Cloud menelan saliva, merinding juga dia membayangkan harus bekerja di bawah pimpinan pria playboy yang sudah tua. Akhirnya gadis keras kepala itu mengalah, dia mengiyakan saja permintaan Bianca meski sedikit terpaksa.“Oke … baiklah! Mama ingin aku mengunduh aplikasi i
Mencoba fokus kembali dengan pekerjaannya, Cloud membuka berkas berisi beberapa design baju yang rencananya akan diluncurkan oleh Niel Fashion tiga bulan lagi. Seperti biasa, design yang akan dia setujui adalah design yang bisa membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama. Jika tidak membuatnya tertarik, sudah pasti gadis itu akan mencoret dan mengomentari designernya dengan ketus disertai beberapa tuduhan.“Apa kamu memplagiat koleksi brand lain? Aku hafal semua bentuk baju yang diluncurkan pesaing kita, kamu hanya merubah model kantong dan krahnya.”“Kamu pikir ada yang mau mengenakan apa lagi membeli baju seperti ini? pergilah jalan-jalan dan lakukan riset lapangan. Kamu pikir utuk apa perusahaan memberimu gaji besar?”Dan jika sudah seperti itu semua tim design hanya akan terdiam dan melakukan apa yang Cloud perintahkan. Mereka tidak bisa mengelak bahkan mendebat karena apa yang diucapkan Cloud selalu terbukti kebenarannya. Terakhir kali direktur muda itu meminta rancangan kemeja
Jangan Lupa masukkan ke rak buku ya__Pagi itu, setibanya di kantor Cloud langsung meletakkan tas di atas meja, tapi bukannya bekerja dia malah meraih ponsel untuk melanjutkan bermain game yang membuatnya kecanduan. Kakinya yang jenjang dia luruskan sedang punggungnya merebah malas di sofa. Matanya yang tajam terus menatap layar benda pipih di tangan dengan sengit. Bibirnya rapat menahan geram hingga akhirnya terjadi lagi, dia gagal mendapat nilai yang memadai agar bisa naik level. Cloud melemparkan ponselnya ke sofa. Terus gagal membuatnya marah-marah tapi tidak membuatnya jera."Ini game kenapa susah sekali? Pengembang aplikasi ini sepertinya tidak ingin ada orang yang bisa memenangkan permainan. Aku sudah keluar banyak uang untuk membeli berbagai jenis baju untuk mendandani Ariel. Heran, harus secantik apa lagi sih dia agar mendapat nilai sempurna dan naik level. Astaga. Apa aku harus mencari pembuat game ini lalu aku ceramahi? Sial!" umpatnya.Meski marah, Cloud tetap mengambil
Dengan menggunakan yacht yang disewanya Cloud mengarungi Samudra, persis yang dia inginkan dan mimpikan beberapa bulan belakangan ini, bersenang-senang sendirian tanpa ada yang menggangu. Di yacht tersebut Cloud ditemani satu orang nahkoda dan dua pelayan. Gadis itu merasa menjadi pemilik samudra."Ah, senangnya ...." Cloud bergumam. Dia yang sedang bersantai di bagian ujung yacht pun merebah menatap langit untuk melihat awan yang sangat indah. Tidak hanya itu, Cloud juga membiarkan mentari yang hangat menerpa tubuhnya yang sedang terbaring. Kacamata hitam menjadi pelindung mata indahnya. Belum lagi alunan musik yang menemani. Cloud benar-benar rileks dan terlepas dari berbagai beban yang sejak kemarin membuatnya stress dan tak nafsu makan.Namun, kenyamanan Cloud tak bertahan lama, dia terganggu saat mendengar notifikasi yang berasal dari ponselnya. Karena berisik Cloud pun dengan malas merogoh benda itu. Ia agak heran ada begitu banyak pemberitahuan dari aplikasi LOLOLOVE miliknya,
“i-ini ... apa ini aku?”Cloud yang tadinya terduduk di lantai marmer segera berdiri. Dia berjalan tergesa menuju cermin lalu memegang seluruh tubuh yang sekiranya bisa dipegang, dari telinga, mata, hidung, pipi juga dagu. Sekarang Cloud sadar ini nyata. Ini bukan mimpi."Ariel? Aku jadi Ariel!" serunya tak terima. Dia terus saja menepuk pipi sendiri demi menyadarkan diri. Jika ini mimpi maka Cloud ingin segera sadar. Kalau nyata? Maka ini jelas kutukan dan musibah besar.Cluod mengerjap, bingung dan marah membuatnya seperti orang bodoh. Otaknya terus bertanya, kenapa harus menjadi Ariel di game LOLOLOVE yang dibencinya. Dia masih ingat bagaimana kala itu menghina dan mencerca game serta penciptanya."Gila, ini gila! Mustahil! Bagaimana bisa aku ke sini? Bagaimana bisa aku menjadi Ariel? Bagaimana bisa aku terjebak disini? Astaga!"Cloud yang frustrasi terduduk lemah, kakinya seakan kehilangan tenaga. Dia terus meraung serta meronta, kakinya terus menerjang-nerjang. Dia bingung sekal
☁ Happy Reading☁Cloud hanya bisa mengikuti perintah kucing bernama Loloco itu, dia pun perlahan membuka laci meja yang ditunjuk. Matanya mendapati sebuah buku dengan sampul merah muda beserta pulpen diatasnya. “Si Ariel ini, girly sekali dia,” gumam Cloud. Ia pun menggeser kursi untuk duduk. “Apa ini buku harian?” tanyanya ke Loloco yang sudah bertengger di atas meja. Cloud pun hanya melirik sinis dan memilih untuk membuka buku itu.Cloud membaca halaman pertama dengan seksama, dia bahkan terlalu fokus hingga membuat Loloco kesal, kucing itu membalikkan buku yang diletakka Cloud di atas meja dengan salah satu kakinya.“Cepat baca halaman paling akhir saja!”“Kucing cerewet, pasti tingkahmu sangat menyebalkan saat menjadi manusia. Rasakan kamu mendapat kutukan seperti itu,” cibir Cloud. Namun, bukannya langsung membaca bagian yang Loloco tunjukkan dia malah meraih sisir dan merapikan rambutnya.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Loloco sedikit gemas.“Aku sedang menyisir rambut, aku Clou
☁Selamat Membaca☁Otak Cloud yang cerdas jelas sudah bisa menilai bagaimana selama ini Lily memperlakukan Ariel. Dan bodohnya Ariel terlalu lemah hingga tidak bisa melawan perbuatan ibu tirinya itu. Atau mungkin memang begitulah si pembuat game menciptakan karakter Ariel, lemah dan gampang ditindas, menunggu belas kasihan pemain yang akan membuatnya menjadi seorang putri cantik agar bisa menjadi pasangan pangeran tampan.“Untuk apa kamu mencari Luis?” tanya Lily. Sedikit gentar juga melihat perubahan drastis pada putri tirinya.“Aku ingin dibacakan ulang wasiat mendiang papaku.” Cloud terbeku. “Tunggu dulu! benar ‘kan si Ariel memanggil ayahnya dengan panggilan papa, jangan-jangan daddy, atau father,” gumamnya dalam hati. Ia monoleh ke arah Loloco yang bertingkah seperti layaknya kucing pada umumnya. Hewan itu bahkan menjilati kakinya sendiri.“Terlalu banyak tingkah!” Catherine menarik lengan Cloud dengan kasar, dia menyeretnya menuju pinggiran kolam ikan.Menyadari apa yang akan ter
☁Selamat Membaca☁“Bagaimana caranya?” tanya Cloud. Ia menoleh ke Loloco dan semakin membuat para pembantu kebingungan.Mereka menganggap sang Nona benar-benar sudah gila kerena berbicara dengan kucing. Hingga Lily keluar dan menghardik para pembantu itu. Mereka akhirnya membubarkan diri dan kembali ke pekerjaan masing-masing.Kini giliran Lily yang berdiri dan mengamati gerak-gerik sang anak tiri. Ia mengingat dengan jelas mengurung Ariel di dalam kamar dan tidak memberi gadis itu makan, karena Ariel berani mendorong putrinya saat dia melempar kalung mendiang Ibu Ariel ke dalam kolam. Namun, entah kenapa setelah itu Lily merasa Ariel sangat berbeda. Cara bicara, tingkah laku bahkan cara duduk gadis itu sangat lain.“Ariel itu sarjana dan kamu aku juga yakin juga sarjana, jadi pakai otakmu,” ketus LolocoCloud pun mencebikkan bibir, dia kesal dan bahkan ingin sekali meremas kucing abu-abu yang sombongnya melebihi dirinya itu.__“Pagi-pagi sudah menonton TV, apa kamu lupa dengan tuga