Dengan menggunakan yacht yang disewanya Cloud mengarungi Samudra, persis yang dia inginkan dan mimpikan beberapa bulan belakangan ini, bersenang-senang sendirian tanpa ada yang menggangu. Di yacht tersebut Cloud ditemani satu orang nahkoda dan dua pelayan. Gadis itu merasa menjadi pemilik samudra.
"Ah, senangnya ...." Cloud bergumam. Dia yang sedang bersantai di bagian ujung yacht pun merebah menatap langit untuk melihat awan yang sangat indah. Tidak hanya itu, Cloud juga membiarkan mentari yang hangat menerpa tubuhnya yang sedang terbaring. Kacamata hitam menjadi pelindung mata indahnya. Belum lagi alunan musik yang menemani. Cloud benar-benar rileks dan terlepas dari berbagai beban yang sejak kemarin membuatnya stress dan tak nafsu makan.
Namun, kenyamanan Cloud tak bertahan lama, dia terganggu saat mendengar notifikasi yang berasal dari ponselnya. Karena berisik Cloud pun dengan malas merogoh benda itu. Ia agak heran ada begitu banyak pemberitahuan dari aplikasi LOLOLOVE miliknya, di sana Cloud melihat deretan pria tampan meminta pertemanan. Tidak hanya tampan bahkan Cloud bisa menduga mereka pasti dari kalangan atas karena akun miliknya sudah di upgrade ke VVIP oleh Bianca. Berbeda dengan yang lain, mereka yang menjadi anggota VVIP LOLOLOVE bisa melakukan panggilan via video.
"Ck, buaya ada di mana-mana," gumam Cloud, senyum mengejek dia ukir di bibir. Entah kenapa gadis itu sangat anti kepada lelaki. Meski sudah memasang foto dan mengisi profil diri dengan sangat keren, Cloud tetap tidak tertarik.
Saat hendak meletakkan ponselnya, tiba-tiba sebuah akun meminta melakukan panggilan video dari aplikasi itu. Akun yang dinilai Cloud sangat berbeda dari akun lain, si pemilik tidak memasang foto diri. Bahkan nama juga tak tercantum di sana, hanya nampak nomor ID yang diberikan secara otomatis oleh LOLOLOVE.
"Ini siapa? Dasar kurang kerjaan." Cloud pun memilih mematikan ponselnya. Dia ingin liburannya tenang tanpa ada sedikit pun gangguan, baik dari orang yang dikenalnya atau pun tidak. Cloud ingin bersantai menikmati kesendirian di tengah Samudra yang luas.
Hanya saja keanehan terjadi. Tepat setelah dia mematikan ponsel dan mencoba merebah kembali, awan yang tadinya terang berubah menjadi gelap, sangat menyeramkan. Cloud sampai melepas kacamatanya. Awan itu berubah abu-abu dan menggumpal besar, bahkan terlihat ada kilatan petir di dalamnya. Cloud menjadi panik, bulu kuduknya berdiri, dia pun bangkit dan bergegas memanggil pelayan.
Namun, Cloud semakin panik. Aneh, tidak ada seorang pun yang datang atau sekadar menjawab panggilannya.
Duar!
Cloud yang panik berlari. Dia mencari seseorang dan tidak ada yang terlihat. Mereka seakan hilang ditelan bumi.
Kembali suara itu menggelegar. Awannya bahkan makin terlihat besar. Awan itu menyelimuti langit secara keseluruhan. Cloud pun semakin gemetar.
"Tolong! Siapa pun tolong aku!" teriaknya panik. Namun nihil, tidak ada yang datang.
Sekarang tidak hanya langit yang aneh, laut pun seolah ikut memperlihatkan betapa ganasnya dia pada Cloud. Gelombang tinggi datang dan menghantam Yacht yang Cloud naiki hingga oleng. Gadis itu bahkan sampai terantuk dinding.
"Hei, kalian! Tolong aku! Di mana kalian?" teriak Cloud lagi. Matanya yang nanar menatap sekeliling.
Sialnya setelah berteriak begitu mesin yacht mati. Cloud semakin ketar ketir. Dia yang oleng karena ombak terus menerjang tetap berusaha menuju ruang navigasi dengan berjalan merambat. Di sana dia tidak menemukan sang nahkoda.
“Pergi ke mana mereka?” Clous semakin panik.
Semuanya mati, baik dari mesin sampai alat komunikasi. Apa pun yang Cloud tekan dan sentuh tak membuat yacht kembali bergerak.
"Tolong. Menyalalah!" gumam Cloud. Bibirnya bergetar sedangkan wajahnya berubah pucat. "Hais, sial! Apa-apaan ini?"
Cloud yang frustrasi keluar dari sana. Ia semakin terkejut melihat dari arah samping gulungan angin besar mendekat, mirip angin puting beliung. Sangat menyeramkan, mata Cloud pun membuka lebar.
"Apa aku akan mati?”
Guncangan yacht semakin hebat, tanpa Cloud sadari yacht itu salah jalur. Cloud sampai memegang pilar kecil yang ada di sana. Dia terus meminta tolong dan berpegang dengan apa pun yang bisa dipegang. Air matanya merembes saat air laut masuk dengan sendirinya. Guncangan yacht itu semakin kuat. Di saat seperti ini, Cluod teringat degan wajah kedua orang tuanya. Senyum mereka dan kenangan yang pernah mereka buat bersama.
"Ma! Pa! Tolong ...."
Petir menyambar lagi. Bahkan lebih nyaring. Cloud yang tak berdaya berjongkok dan memilih menutup mata dan telinga. Dia kalut, yacht itu miring dan dia seperti terdorong dari sana.
Dingin, Cloud merasakan tubuhnya sangatlah dingin, kaku. Namun, Cloud tidak ingin pasrah, dia mencoba tenang. Hanya saja nihil, sekuat apa pun mencoba muncul ke permukaan tetap juga tak sampai, tenaganya seperti terkuras habis. Dalam keputusan dan kebingungan itu Cloud itu terus bertahan dan berdoa. Berharap ada yang menolong dan menyelematkan dirinya.
Namun, semua hanya harapan. Tak ada satu pun pertolongan. Cloud bahkan merasakan persediaan oksigen di dalam paru-parunya mulai menipis dan itu membuatnya panik.
"Ma, Pa ... apa aku akan mati?" batin Cloud yang tak mampu lagi menggerakkan tubuh. Semuanya kaku. Telinganya bahkan mulai tak bisa mendengar suara apa-apa. Ia mengingat semua kesalahan yang pernah dia perbuat selama ini dan membuatnya semakin sedih.
"Apa aku akan mati semuda ini?" gumamnya lagi.
Cloud tidak bisa bertahan. Tubuhnya terasa berat. Gelembung oksigen keluar dari mulut. Ia terpejam dengan rambut yang melayang-layang.
"Ma, Pa, maafkan aku ...."
_
_
Aneh, Cloud merasakan ada sesuatu yang menghempaskan tubuhnya. Dia pun membuka paksa kelopak mata dan terus terbatuk-batuk sambil terus menarik napas. Cloud juga memegangi dada. Seolah baru saja tenggelam dan berada dibatas kematian.
Untuk beberapa saat hanya itu yang bisa Cloud lakukan, dia merasa kedinginan. Ia berusaha menggerakkan badan dan perlahan bangkit. Cloud duduk bersimpuh, matanya memindai sekitar.
"Ini, ini di mana?" gumamnya. Cloud menunduk, dia heran karena tengah duduk di atas lantai marmer yang dingin.
"Sebenarnya di mana ini?" gumamnya lagi. Cloud yang bingung bahkan melihat nanar sekitar dan mendapati sebuah kamar besar yang dia yakini bukan lah kamarnya.
"Apa aku sudah mati?" gumamnya lagi lalu mencubit lengan sendiri. Alhasil dia meringis karena merasakan sakit. "Ini bukan mimpi, tapi di mana aku ini?"
Pelan, Cloud berdiri. Dia celingukan dan berusaha mencari seseorang yang ada di sana. "Hello, apa ada orang?" teriaknya sedikit nyaring.
Namun tidak ada jawaban. Cloud merasa tempat ini sangat aneh. Bergegas gadis itu menuju pintu. Sayang, pintu itu sepertinya terkunci dari luar dan membuat Cloud semakin panik.
"Hei …. siapa pun, tolong buka pintunya!" teriak Cluod. Ketakutannya semakin besar. “Tolong bukankan pintu ini! Buka!"
Karena rasa takut yang menggunung membuat akal Cluod tumpul. Dia terus menggedor pintu kayu itu, pintu yang terbuat dari jati kualitas tinggi. Dia terus memukul tanpa mengindahkan empat buku jarinya telah memar dan luka.
"Tolong! Tolong buka pintunya! Aku ingin keluar!" Air mata Cloud semakin merembes. Dia melemah karena lelah. Hingga beberapa menit kemudian dia terpancing untuk melihat sekitar lagi. Cloud kaget saat melihat cermin besar seukuran badan yang ada di dalam kamar itu.
Cermin itu dengan jelas bisa menangkap tubuhnya dari atas sampai bawah, karena terlalu kaget Cloud bahkan tidak bisa mengimbangi berat badannya sendiri dan akhirnya terjungkal ke belakang. Matanya membulat saat melihat pantulan dirinya di cermin besar itu.
"I-itu ... si-si-siapa?"
☁Selamat Membaca☁Cloud terbangun di pagi hari, tapi seperti kejadian yang pernah terjadi, hari itu dia kembali melewatkan beberapa hari dari kejadian sebelumnya. Hal ini semakin membuat Cloud bingung, belum lagi Loloco yang kini sudah berubah menjadi kucing biasa.“Apa Loloco sudah kembali?”Baru kemarin rasanya Cloud melihat kucing itu bersikap layaknya hewan biasa, hingga saat bangun di pagi hari kalender di jamnya sudah melompat beberapa hari sejak kepulangannya dari bertemu Luis, tentu saja hal itu membuat Cloud bingung hingga meremas sisi rambut begitu kuat. Ia menunduk, bahkan mengabaikan ponselnya yang berdering. Hingga dia segera menjawab panggilan itu.“Halo, Nic.” Cloud bicara tanpa semangat, itu karena dirinya tengah bimbang sebab kembali melewatkan hari yang entah kapan sudah terjadi.“Kamu sudah bangun? Aku ingin mengajakmu keluar. Aku sedang dalam perjalanan ke rumah,” ucap Nic dari seberang panggilan.“Baiklah, aku akan bersiap.”Cloud mengakhiri panggilan itu, kemudia
☁Selamat Membaca☁Cloud benar-benar dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan Nic. Dia belum bisa meredam rasa kagum ketika melihat puluhan mawar merah yang membentuk hati di tengah danau, kini Nic tiba-tiba berlutut dan menyodorkan kotak yang berisi cincin di dalamnya. Pria itu sepertinya memang sudah merencanakan melamar dirinya di sana.“Ap-apa ini, Nic?” tanya Cloud sampai tergagap.“Maukah kamu menikah denganku, Cloud?” Nic benar-benar melamar, pria itu tersenyum manis ke arah Cloud yang masih kebingungan.“Apakah hubungan kami sudah sedekat ini? Bukankah perjanjian kencan juga sudah berakhir? Apa Nic kini benar-benar menyukaiku?Ah … maksudku Ariel?” Cloud malah bertanya-tanya dalam hati karena bingung.Nic memandang Cloud yang tampak ragu, hingga kemudian dia berkata, “Siapapun kamu, aku akan tetap menyukaimu. Entah itu kamu atau Ariel.”Cloud bergeming, dia merasa pening karena banyak hal yang dilewatkannya. Mungkinkah benar ada yang salah dengan game itu, atau apa ini pertanda
☁Selamat Membaca☁Nic dan Cloud akhirnya berangkat ke bandara. Namun, sepanjang perjalanan Cloud benar-benar merasa aneh. Terakhir dia bicara dengan Nic hari Rabu, kenapa tiba-tiba sudah hari Sabtu. “Kenapa aku tidak ingat kejadian dua hari ini?” Cloud bertanya-tanya dalam hati.Nic melihat Cloud yang melamun sejak dari berangkat dan menuju bandara, sampai sekarang menunggu keberangkatan pesawat gadis itu hanya diam termenung.“Ada apa? Kenapa kamu melamun?” tanya Nic.Cloud tersadar hingga kemudian menatap Nic dengan senyum canggung karena terkejut. “Tidak ada,” jawabnya. “Aku hanya berpikir, jika aku tahu sebuah rahasia dari pengacara ayahnya Ariel, apa yang akan aku lakukan setelah itu,” kilah Cloud yang tak mungkin mengatakan kejanggalan yang dialaminya belakangan ini.Nic mengangguk paham, mungkin hal itu memang harus dipikirkan. Cloud kembali terdiam, sampai kemudian mengingat perbincangannya dengan Loloco sebelum berangkat.“Kamu mau ke mana?” tanya Loloco saat melihat Cloud
☁Selamat Membaca☁Cloud terjingkat saat mendengar Loloco berteriak. Dia langsung memandang kucing yang selama ini menemaninya itu. Loloco ternyata sedang memperhatikan ekornya yang nampak aneh.“Kenapa kamu berteriak?” tanya Cloud yang terkejut hingga mengusap dada.“Cloud, lihat.” Loloco menggerakkan ekor hingga berada di samping tubuhnya. Ia menunjuk dengan kaki kanan bagian depan.“Lihat apa?” tanya Cloud bingung, meresa ekor Loloco baik-baik saja.“Lihat dengan seksama!” pinta Loloco yang panik.Cloud memperhatikan ekor kucing itu, matanya sampai menyipit agar fokus, hingga dia terkejut saat melihat ujung ekor Loloco samar tidak terlihat, lalu kembali terlihat utuh.“Ke-kenapa ekormu begitu?” tanya Cloud tergagap sambil menunjuk ekor Loloco.“Aku juga tidak tahu,” jawab Loloco yang sama bingungnya dengan Cloud. “Apa ada hal yang terjadi dengan game itu?” tanya Loloco menebak.“Mana mungkin!” sangkal Cloud. “Kalau rusak, pasti semua akan sepertimu. Aku juga tidak kenapa-napa, lihat
☁Selamat Membaca☁Cloud masuk ke kamar setelah hampir berdebat dengan Lily. Dia tampak kesal dan curiga dengan wanita itu karena gelagat yang aneh, serta ucapan Edward yang tampak kesal.“Jangan-jangan dia sengaja menyuruh orang untuk mencelakaiku,” gumam Cloud.“Edward kenapa?” Loloco tiba-tiba muncul, kucing abu-abu itu membuat Cloud terkejut hingga terjingkat.Cloud menoleh - melihat Loloco yang baru saja masuk kamar dengan .gaya lenggak-lenggok bak model. Ia pun berujar, ”Mobilnya tertabrak truk, dan tulang lengannya mengalami pergeseran. Tampaknya kecelakaan itu disengaja, aku merasa aneh karena Edward muncul tiba-tiba di sana, seolah menghalau truk itu untuk menyelamatkan aku.”Loloco berjalan ke arah ranjang dan langsung naik ke kasur empuk, dia duduk di sana memandang Cloud yang berdiri menghadap padanya.“Memang benar disengaja,” ucap Loloco santai.Seketika Cloud membulatkan bola mata lebar mendengar ucapan Loloco, dia tergagap karena syok mendengar ucapan kucing itu.“Bagai
☁Selamat Membaca☁“Kamu bilang apa, Nic?” tanya Cloud.Dia mulai menginjak pedal gas agar mobilnya berjalan. Namun, tiba-tiba menginjak pedal rem saat ada mobil yang menyalip dan memotong jalan tepat di depannya.“Apa yang--”BRAK!Cloud ingin mengamuk karena mobil yang menyalipnya tidak memakai aturan, hingga dia terkejut saat mobil itu malah tertabrak truk yang melanggar lampu lalu lintas. Posisi mobil yang menyalip Cloud barusan tertabrak di bagian belakang, sehingga tidak menyebabkan kecelakaan yang terlalu fatal. Cloud sangat terkejut ketika mendengar suara benturan keras, dia melihat mobil di depannya sedikit bergeser ke kiri karena tabrakan yang terjadi.Cloud bahkan lupa jika sedang bicara dengan Nic, hingga kemudian memilih keluar dari mobil dengan posisi panggilan masih terhubung dengan pria itu.“Ayo bantu!” Pengguna jalan lain tampak berbondong-bondong ingin membantu pengemudi yang terlibat tabrakan. Sedangkan truk yang menabrak langsung tancap gas melarikan diri.Cloud b