Raga mengangkat tangan Gaia dari mulutnya. Laki-laki itu tidak ingin istrinya menahan apapun bahkan suara erangan yang makin membuat darah dalam tubuh Raga memanas. Laki-laki itu tidak akan sesabar ini, dia tidak pernah menunggu begitu lama seperti ini. Biasanya dengan wanita lain atau dengan Gaia dimasa lalu Raga akan langsung melampiaskan hasratnya. Gaia sedikit putus asa karena Raga hanya terus membuat dirinya meninggi tanpa memuaskan hasratnya dengan segera. Perempuan itu yakin jika bagian bawah tubuhnya sangat mendambakan milik Raga saat ini. Pasti sudah sangat basah dan sangat siap. Raga mengarahkan tangannya di paha istrinya itu, meremas perlahan bagian dalam paha dan makin membuat Gaia sungguh meninggi.
“Raga…please…” Gaia mengerang pelan, dan tentu manja memohon. Raga masih terus memberikan provokasi pada tubuh Gaia.“Ga… aku …pengin…” Gaia mengerang lagi tidak mampu menahan keinginan tubuhnya sendiri.“Kamu ingin apa?” Raga masih saja seolah sedang menguji pere“Kai mau tinggal di sini dengan Ayah?” Pertanyaan yang bersifat dewasa itu Gaia tanyakan pada anak usia lima tahun di hadapan kedua orang tua dan juga kakek neneknya. Gaia tahu sejak awal, entah apa yang Erin ajarkan, tapi Kai cukup berani untuk bicara meski Gaia masih menebak, apakah itu sesuai dengan apa yang diinginkan atau tidak.“Kata Bunda, kalau Kai ingin sekolah harus ikut Ayah. Soalnya yang punya uang itu Ayah.” Sebuah jawaban yang membuat Gaia terdiam, kelu dan tiba-tiba merasa sangat sedih tentu saja. Raga sudah menatap tajam pada Erin dengan senyum sinis di wajahnya. Lagi-lagi Gaia mendapati itu dan menyentuh lengan Raga perlahan. Kai memang sudah berada di sisi Gaia saat ini. Dia kemudian meraih tubuh kecil Kai mendekat ke tubuhnya.“Ayah pasti senang karena ada Kai di rumah ini. Tante juga.” Gaia mencoba untuk membuat anak kecil itu merasa lebih nyaman dan aman. “Kalau begitu kami pergi dulu.” Sebuah kunjungan yang terasa cukup singkat. Dan Gaia sedikit bi
“Akan aku ceritakan semua yang ingin kamu ketahui. Dan juga, aku tidak terlalu suka berada di luar rumah. Salah satu alasan kenapa aku merasa cocok dengan kamu karena hal ini.” Gaia tersenyum lagi, perempuan itu berusaha menyadarikan diri dan tidak terbawa dengan emosi yang biasanya mempengaruhi dirinya ketika harus mengucapkan banyak memori yang tidak ingin dia ceritakan.“Kamu merasa cocok dengan aku? Sejak kapan?” Raga kali ini justru tertarik dengan ucapan Gaia tentang mereka berdua, ada perasaan senang karena Gaia menyebutkan sesuatu seperti ini. Sejak Gaia menjawab jika mereka bersama dalam beberapa fase hidup mereka berdua di depan keluarga Raga, laki-laki itu suka ketika Gaia menyebutkan detail-detail tersembunyi yang terucap ketika mereka sedang bicara.Gaia diam, tidak menjawab dan hanya menghadap pintu kemudian berjalan canggung keluar dari kamar. Raga tersenyum, mengikuti istrinya keluar dari kamar. “Sejak kapan? Ada banyak hal yang aku tidak tahu tenta
Kita bisa mencintai seseorang tanpa sadar. Hanya saja tetap saja perbuatan kita akan mewujudkan perasaan yang terkesan tidak nyata itu. Pandangan Gaia terhadap Raga antara samar dan tidak berbeda setiap waktu. Laki-laki mana yang memberikan banyak waktunya untuk menyusul dirinya di suatu fase, Raga melakukan semuanya itu. Memberikan waktu, dan juga materi, saat itu Gaia tersentuh, ada perasaan yang berkembang. Hanya saja, bagi Raga semuanya hanya perihal hubungan fisik. Meski mereka tidak benar-benar melakukannya di masa itu. Hanya saja, saat itu Gaia punya tempat di hatinya untuk Raga, bahkan laki-laki itu mampu menggantikan orang yang Gaia cintai.“Aku tidak terbiasa menceritakan hal itu. Sebaiknya kamu juga tidak tahu.” Gaia terlihat memasang wajah serius, tidak tersenyum. Ada rasa kecewa di wajah Raga mendengar apa yang istrinya ucapkan.“Kenapa?” Kali ini Raga mengejar seolah dia sangat ingin tahu. Wajahnya juga cukup serius membaca sikap Gaia saat ini.“Kamu t
Ada bau harum yang tidak Raga kenali ketika dia keluar dari kamarnya. Dia melihat istrinya sedang berada di dapur. Tidak ada denting kasar alat-alat dapur yang digunakan. Laki-laki itu hanya menggenakan celana pendek dan kaos di rumah. Dia menyisir rambutnya yang masih basa kebelakang. Laki-laki itu berjalan perlahan mendekati dapur, memeriksa perempuan yang sepertinya membuat sesuatu untuk dimakan.“Sudah lapar?” Gaia bertanya setelah menoleh dan mendapati Raga sudah masuk dan kemudian berjalan perlahan duduk di meja makan. Bau harum yang semakin lekat karena makanan yang tersaji di meja itu. Laki-laki itu takjub melihat semua masakan sempurna di sana. Tak lama Gaia menyajikan satu mangkuk sup sebagai tambahan sayur di meja makan itu. “Mau aku ambilkan nasi berapa banyak?” Gaia terlihat mengambil piring di rak dan kemudian membuka penanak nasi, ada uap hangat karena nasi yang juga masih hangat di dalam sana. Raga berdiri melangkah ke belakang Gaia memeluk perempuan itu dar
Raga mengangkat tangan Gaia dari mulutnya. Laki-laki itu tidak ingin istrinya menahan apapun bahkan suara erangan yang makin membuat darah dalam tubuh Raga memanas. Laki-laki itu tidak akan sesabar ini, dia tidak pernah menunggu begitu lama seperti ini. Biasanya dengan wanita lain atau dengan Gaia dimasa lalu Raga akan langsung melampiaskan hasratnya. Gaia sedikit putus asa karena Raga hanya terus membuat dirinya meninggi tanpa memuaskan hasratnya dengan segera. Perempuan itu yakin jika bagian bawah tubuhnya sangat mendambakan milik Raga saat ini. Pasti sudah sangat basah dan sangat siap. Raga mengarahkan tangannya di paha istrinya itu, meremas perlahan bagian dalam paha dan makin membuat Gaia sungguh meninggi.“Raga…please…” Gaia mengerang pelan, dan tentu manja memohon. Raga masih terus memberikan provokasi pada tubuh Gaia.“Ga… aku …pengin…” Gaia mengerang lagi tidak mampu menahan keinginan tubuhnya sendiri.“Kamu ingin apa?” Raga masih saja seolah sedang menguji pere
Hampir pagi ketka perempuan itu membuka mata, tapi ruang tengah masih gelap. Dan dia masih ada dipangkuan Raga, dan laki-laki itu hanya terpejam dengan kepala bersandar di sandaran sofa. Gaia langsung bangun, dia kemudian mengambil bantal dan berusaha mrebahkan tubuh Raga di sofa supaya badannya lurus. Tapi tentu saja tidak mudah, laki-laki itu justru sepertinya bisa terbangun. Gaia sungguh tidak ingin menganggu tidur suaminya itu.“Kamu bangun?” Raga melihat Gaia sedang memakaikan selimut untuk tubuhnya.“Pindah ke kamar?” Gaia membuat Raga bangun dengan membawa selimutnya dan berjalan menuju ke kamar. Laki-laki itu berbalik lagi karena Gaia tidak berjalan bersamanya. Tanpa bicara Raga menatap istrinya dengan mata yang masih mengantuk. Tapi Gaia sepertinya justru akan merebahkan diri di sofa. “Tidur di dalam, aku berjanji jika kita hanya akan tidur.” Raga berucap pelan karena dia terlihat masih sangat mengantuk. Gaia pada akhirnya mengikuti Raga yang masuk ke dalam kam