Home / Romansa / LOVE GAME / Part 04-Mengalah

Share

Part 04-Mengalah

last update Last Updated: 2021-09-07 14:40:56

Axcel menarik tangan Clarissa dan membawanya ke gudang, dihempaskannya kasar tangan gadis itu membuat Clarissa mengaduh kesakitan dan nyaris saja tubuhnya terjatuh ke lantai karena hempasan kasar yang dilakukan Axcel padanya. Clarissa dapat melihat amarah yang besar dari wajah tampan yang kini terlihat sangat menyeramkan itu. Clarissa tidak mungkin dibunuh disini kan? Clarissa sangat takut karena sekarang mereka berada di gudang yang gelap dan pengap.

"Sebenarnya apa sih tujuanmu mengaku-ngaku menjadi pacarku huh?" kak Axcel bertanya pada Clarissa dengan nada sinis sambil terus memberikan tatapan tajam pada Clarissa yang sudah menciut ketakutan.

"Kak, soal yang waktu itu aku minta maaf," cicit Clarissa penuh dengan penyesalan.

Clarissa hanya bisa menunduk karena tidak berani menatap Axcel yang tengah menatapnya dengan tatapan sinis seolah akan mengulitinya hidup-hidup. Sebenarnya Clarissa selalu kepikiran akan nasib Axcel dan Indira setelah hal tidak pantas yang dirinya lakukan saat itu. Clarissa selalu dihantui rasa bersalah setelah melakukan tindakan bodoh itu.

"Maaf kau bilang? Maafmu tidak akan pernah bisa memperbaiki keadaan!" bentak Axcel dengan nada sinis.

"Maaf, Kak. Aku mohon maafkan aku," pinta Clarissa.

Dia benar-benar menyesal, dia memohon pada lelaki itu agar dimaafkan, karena Clarissa sangat berharap bisa dimaafkan. Apapun akan Clarissa lakukan untuk menebus kesalahan yang telah dia lakukan.

"Apa alasanmu melakukan itu?" tanya Axcel dingin

"A-aku waktu itu lagi main game TOD bersama teman-temanku di kafe. Lalu kebetulan aku dapat dare harus mengaku jadi pacar siapapun pria pertama yang masuk ke Kafe saat itu," Jawab Clarissa jujur, tapi dia tidak bisa menahan dirinya yang gemetar.

Mendengar jawaban dari Clarissa membuat Axcel merasa tidak habis pikir, bisa-bisanya gadis gila itu menjadikannya target dari sebuah permainan konyol dan ajang bersenang-senang. Padahal gara-gara hal itu Axcel jadi harus kehilangan wanita yang sangat dia cintai. Dan itu hanya karena sebuah permainan gadis itu dan teman-temannya. Axcel mengusap wajahnya dengan kasar, saat ini dia benar-benar geram.

"Jadi kau menjadikanku bahan taruhan? Dasar gadis gila!" bentak Axcel benar-benar marah.

Bagaimana tidak, karena game yang Clarissa mainkan membuat Axcel jadi kehilangan pacarnya, orang yang sangat dia cintai. Dan dengan entengnya gadis itu hanya bisa mengucapkan maaf? Mudah sekali dia meminta maaf setelah kekacauan yang dibuatnya.

"Maaf Kak, sungguh aku menyesal. Maafkan aku, aku harus bagaimana untuk menebus kesalahanku?" tanya Clarissa sedih

Dia bersungguh-sungguh ingin menebus kesalahannya, dari pada Clarissa hidup dengan rasa bersalah karena telah mempermainkan orang lain dan mengacaukan kehidupannya.

"Oke, aku ada penawaran untukmu. Kau akan aku berikan tanda tanganku, tapi dengan syarat. Kau harus membayar mahal untuk tanda tangan dan penebusan kesalahanmu itu." Axcel menyeringai licik, sebuah ide untuk balas dendam pada gadis di depannya sudah mulai tergambar di kepalanya.

"Aku harus apa, Kak?" Clarissa merasa senang akhirnya dia bisa mendapatkan tanda tangan dari seniornya itu sekaligus menebus kesalahannya. Walau sebenarnya Clarissa juga harap-harap cemas, entah hukuman apa yang akan seniornya itu berikan kepadanya untuk membayar semua itu.

"Kau harus menjadi budakku, melayani semua perintahku tanpa ada bantahan!" ujar Axcel final tanpa bisa di debat.

Dia sudah memiliki rencana untuk membuat gadis bernama Clarissa itu tersiksa menjadi budaknya. Mengapa dia memakai istilah budak bukannya pelayan? Karena menurutnya itu sesuai untuk Clarissa, seorang gadis gila yang menghancurkan hidupnya bahkan terlalu bagus untuk menyandang panggilan pelayan, sepertinya istilah budak lebih baik untuknya. Katakanlah Axcel kejam, tapi dia tidak akan sekejam ini kalau bukan Clarissa duluan yang memulainya.

"Baiklah, aku setuju jika itu bisa menebus kesalahanku," ujar Clarissa tulus.

“Sini kertas dan pena milikmu, kita buat kesepakatan secara tertulis dulu.” Axcel mengambil buku dan pena yang sedari tadi selalu dibawa-bawa oleh Clarissa untuk meminta tanda tangan dari panitia dan seniornya. Kemudian Axcel juga menulis surat perjanjian singkat yang isinya Clarissa bersedia menjadi budaknya tanpa bayaran, dia harus melakukan apapun permintaan Axcel tanpa penolakan.

“Tanda tangan!”  Axcel menyodorkan bolpoint serta buku dengan tulisan perjanjian yang sudah dibuatnya pada Clarissa.

Clarissa dengan tenang meraih dan menandatanganinya, setelah itu barulah Axcel melepas kertas berisi perjanjian itu dari buku Clarissa untuk disimpan. Dia lalu menandatangani buku milik Clarissa sesuai permintaan dari Ridwan sang ketua panitia. Setelah selesai dengan urusannya, Clarissa bergegas kembali menemui Anna yang sudah lama menunggunya didekat ruang UKS yang berada tidak terlalu jauh dari gudang.

"Clarissa, kamu kok lama banget, ngapain aja sama kak Axcel?" tanya Anna penuh selidik

"Gapapa kok Anna, tadi aku disuruh-suruh dulu sebelum di kasih tanda tangan hehe, tapi akhirnya aku dapet kok tanda tangannya!" jawab Clarissa berbohong.

Dia terpaksa berbohong karena tidak ingin oranglain tau tentang hal ini. Selain memang Axcel melarangnya memberitahu siapapun, dia juga merasa tidak baik juga memberitahu oranglain.

"Wah, bagus dong, ayo kita ke tempat kak Ridwan!" pekik Anna semangat.

Anna dan Clarissa pun pergi menemui seniornya, mereka berjalan dari depan ruang UKS menuju lapangan dimana kak Ridwan berada. Nampaknya dia sedang menolak menandatangani milik beberapa kelompok yang sama kurang lengkap juga seperti Anna dan Clarissa.

“Kalian harus mendapatkan tanda tangan dari Pak Hartanto untuk menebus kekurangannya, baru kakak mau tandatangan!” ujar Kak Ridwan jual mahal.

Nampak mereka pergi dengan lesu mencari guru yang bernama pak Hartanto. Setelah beberapa siswa itu pergi, Anna dan Clarissa langsung mendekati seniornya itu.

"Kak, kami sudah mendapatkan tanda tangan dari kak Axcel," Clarissa menyerahkan kertas miliknya dan Anna.

"Gimana bisa? Ini asli?" nampak kak Ridwan heran, sepertinya ini di luar perkiraannya. Sepertinya Axcel memang galak, makanya Ridwan sengaja menyuruh mereka mendapatkan tandatangannya karena dia tau itu sulit. Seperti prinsip senior kebanyakan, kalau ada yang sulit kenapa harus mudah.

"Asli, Kak. kalo gak percaya tanya langsung saja sama kak Axcel," jawab Clarissa .

"Wah, hebat kalian bisa mendapatkan tanda tangan dari kak Axcel. Dia kan galak, dingin dan cuek, dia biasanya gak pernah mau nih disuruh beginian," ujar senior bernama Ridwan itu dengan nada memuji.

Clarissa langsung bergidik ngeri setelah mendengar karakter Axcel, pantas saja sejak pertama kali mereka bertemu auranya begitu mengintimidasi orang. Ridwan mengambil buku Clarissa dan Anna lalu menandatanganinya.

Setelah waktunya habis, mereka berkumpul di lapangan. Bagi yang tidak lengkap akan menerima hukuman di keesokan harinya dengan menjadi pelayan dari para senior, karena sekarang sudah waktunya pulang. Lalu setelah semuanya beres dan hari itu menjadi hari terakhir acara MOS. Acara ditutup dengan menyanyi, menari, menulis kesan dan pesan.

Setelah itu semua anak baru pulang kerumahnya, menunggu hari esok untuk resmi menjadi anak putih abu-abu. Carissa juga pulang kerumahnya, dia pulang dengan menaiki ojek.

"Rissa, anak Mami udah pulang," sambut Elisa yang merupakan mamanya.

"Iya, Mah. Papah sore ini pulang cepat yah?" tanya Clarissa saat menerima pesan dari papanya yang mengajak mereka makan malam bersama

"Iya sayang, sebentar lagi juga papa kamu sampai," jawab sang mama.

Akhirnya Clarissa bergegas masuk ke kamarnya untuk mandi dan ganti baju. Setelah selesai dia turun ke bawah, disana sudah ada kak Angel, mamah dan papah nya.

"Rissa, kesayangannya papa!" pekik papanya melambaikan tangannya pada putrinya.

"Tumben papa pulang cepat?" tanya Rissa pada papanya

"Kebetulan sedang tidak banyak pekerjaan," jawab papanya.

"Ini papa ada hadiah, tadi Papa mampir beli sesuatu untuk Clarissa dan Angel." Papanya mengeluarkan paper bag berisi dua gaun cantik untuk kedua bidadari kecilnya.

"Wah, bagus banget, Pah. Rissa suka!" pekik Clarissa antusias.

"Pah, kok punya Angel yang ini, aku maunya yang dikasih untuk Clarissa itu!" protes Angel pada ayahnya.

"Ya sudah, Rissa tuker yah sama punya kakakmu," papa membujuk anak bungsunya supaya mau bertukar dengan sang kakak.

"Yah, tapi Clarissa suka yang ini. Hmm, tapi kalo kak Angel mau, ya udah gapapa tuker aja," jawab Clarissa pasrah.

Dia memilih mengalah walau sebenarnya dia lebih menyukai gaun yang di pegangnya. Memang selama ini walaupun Clarissa yang merupakan seorang adik tapi Clarissa lah yang selalu mengalah pada kakaknya, karena Clarissa sangat menyayangi kakaknya. Selain itu dia lebih bisa berfikir dewasa dan mengalah, baginya dari pada harus ribut dengan kakanya lebih baik dia mengalah saja.

***

Di kamarnya, Clarissa sedang menyiapkan peralatan sekolahnya. Besok dia sudah resmi menjadi siswa baru, dia akan mengenakan seragam baru serta mengikuti pelajaran. Saat sedang memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya, tiba-tiba ponselnya berdering.

Kak Axcel

Besok dateng ke sekolah yang pagi, jam setengah 6 pagi harus sudah berada di gerbang sekolah, gue tunggu. Tanpa bantahan!

Itulah pesan dari seniornya yang membuat Clarissa menganga, jam setengah enam pagi harus sudah disekolah? Berarti dia harus berangkat dari rumah sekitar jam lima seperempat, padahal matahari saja belum muncul sepertinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LOVE GAME   Pengumuman

    Teman-teman semuanya, terimakasih banyak karena sudah membaca ceritaku, semoga kalian sehat selalu, dipermudah urusannya dan dilancarkan rejekinya. Sampai bertemu dicerita-cerita selanjutnya. Sedikit informasi, LOVE GAME sedang direncanakan kalau jadi akan terbit cetaknya. Akan ada perbedaan antara versi certaknya, di sana lebih lengkap dan endingnya lebih klimaks. Cerita dari awalnya sama aja sih, cuma yang membedakan akan ada banyak bab tambahan biar endingnya lebih jelas dan akan ada ektra part juga. Pokoknya recomended deh, cuma masih lama sih jadi bisa nabung dulu biar bisa peluk Axcel dan Clarissa. Sekali lagi terimaksih untuk kalian yang sudah berkenan membaca maupun memberikan vote. Author harap jika kalian berkenan, kalian bisa kasih rating ulasan dibagian atas yang ada gambar bintang-bintangnya. Sayonara, sampai jumpa lagi. Have a nice day semua.

  • LOVE GAME   Part 65-Keputusan (Ending)

    Seminggu kemudian.“Apa maksudmu!” pekik seorang pria penuh amarah pada wanita di depannya yang datang bersama dengan anak lelaki berumur empat tahun yang wajahnya begitu mirip dengan pria itu.“Dia anak kita, Zidan!” ujar wanita itu penuh percaya diri.“Apa yang kau katakana, Veronica! Berhenti omong kosong, kapan aku pernah melakukan hal seperti itu denganmu, hah?” Zidan merasa begitu kesal pada Veronica yang sejak dulu selalu mengejar cintanya namun selalu Zidan tolak karena sejak SMA dia sudah menyukai Clarissa.“Mungkin kau lupa, empat tahun lalu saat kau sedang patah hati karena Rissa ternyata sudah menikah dengan pria lain saat dirinya berada di Indonesia. Saat itu kau mabuk di bar milik temanmu, dan kebetulan aku juga sedikit mabuk sehingga tanpa sadar kita melakukan hal itu.” Veronica mengingatkan hal yang sudah Zidan lupakan.Saat itu Zidan begitu merasa frustasi k

  • LOVE GAME   Part 64-Melunak?

    Clarissa bergegas pergi memanggil dokter untuk memberitahukan kondisi Axcel yang sudah sadar agar dokter bisa memeriksa keadaannya. Setelah itu Clarissa juga segera menghubungi keluarganya dan juga keluarga Axcel untuk mengabari bahwa Axcel sudah sadarkan diri. Dokter bergegas memeriksa keadaan Axcel, beruntungnya Axcel ternyata sudah melewati masa kritisnya. Setelah memberikan beberapa wejangan, sang dokter pun pergi keruangannya.“Ha..us..” lirih Axcel dengan suara serak karena tenggorokannya terasa begitu kering setelah beberapa hari tidak sadarkan diri. Clarissa langsung mengambilkan gelas berisi air putih di meja yang berada di samping ranjang. Clarissa kemudian membantu Axcel meminumnya dengan pelan-pelan.“Axcel, aku senang kamu sudah sadar,” ujar Clarissa sambil tersenyum penuh haru.“Aku rasa, aku lebih memilih mati dari pada harus berpisah denganmu dan Bella. Kalau aku meninggal, kita tidak perlu bercerai kan? Kamu akan te

  • LOVE GAME   Part 63-Merelakan?

    Axcel bersama dengan Clarissa telah menyepakati beberapa hal, salah satunya adalah Rissa harus bisa membuat Bella memanggil Axcel dengan panggilan ‘papa’ dalam waktu seminggu selama mereka pergi berlibur ke Bali. Namun sayangnya dengan alasan apapun Bella tetap memanggilnya om, dia sama sekali tidak mau memanggil Axcel dengan panggilan papa.“Nak, cuma selama seminggu aja kok kamu panggil om Axcel dengan sebutan papa, mau yah?” bujuk Clarissa.“Tapi Bella gak mau Mah, kalau Mama maksa, mending Bella gak usah ikut pergi ke Bali. Bella di sini aja sama oma, opa dan papa Zidan. Lagi pula Bella gak mau membuat papa sedih kalau sampai dia tau Bella memanggil orang lain dengan panggilan itu. Papa Bella kan cuma papa Zidan doang, sejak Bella masih bayi juga papaku itu papa Zidan.” Bella menolak dengan tegas untuk memanggil Axcel dengan sebutan papa membuat hati Axcel terasa begitu ngilu.“Tapi Bella, anggap saja ini sebuah perm

  • LOVE GAME   Part 62-Jadi tukang kebun

    "Kamu tau rasa sakitnya diduakan, Axcel? Saat aku uring-uringan karena sikap kamu yang selalu membatalkan janji tanpa mengabari tapi nyatanya kamu malah sibuk dengan selingkuhan kamu itu. Saat dia berbohong padamu tentangku dan kamu langsung mempercayainya, kamu bahkan sudah jelas-jelas memilihnya dan anaknya dibandingkan diriku, jadi jangan ganggu aku lagi. Aku ingin bahagia Axcel, bisakah kamu sedikit tahu diri." Perkataan Rissa kembali menohok relung hati Axcel, Axcel sangat menyesal akan kebodohannya dulu tapi dia benar-benar tidak sanggup kehilangan anak dan istrinya lagi."Maaf Rissa maaf, aku tau aku bodoh, aku tau semua salahku, aku lelaki bre*ngsek yang tidak berguna. Maafkan aku, kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, maafin aku, kamu boleh menghukum aku seperti apapun asal jangan tinggalkan aku lagi." Axcel tak sanggup lagi berkata, dadanya terasa sangat nyeri dan sesak. Tentu saja air matanya seolah aliran sungai yang deras, mengalir tanpa henti.

  • LOVE GAME   Part 61-Perjuangan dimulai

    Axcel membawa Nissa ke ruangan kerjanya yang berada dirumah orangtua Axcel, dia mengeluarkan sebuah foto dari laci mejanya. Foto seorang perempuan yang sangat dia cintai, foto itu adalah satu-satunya foto berbingkai yang masih bisa Axcel miliki. Karena semenjak mentalnya hancur setelah kepergian Clarissa dari hidupnya, kedua orangtua Axcel mengambil semua foto clarissa termasuk ponsel Axcel yang dipenuhi oleh foto istrinya kala itu. Mereka sengaja menyembunyikannya dan melarang Axcel mengambilnya, itu semua mereka lakukan demi pemulihan mental Axcel.Nissa terkejut saat melihat perempuan di foto itu sangat mirip dengan Fira, orang yang menjadi WO untuk mengurus pernikahannya dengan Axcel."Iya, Fira itu adalah Rissa, Clarissaku, istriku. Clarissa Shafira, dia masih hidup. Aku ingin mengejar istriku, sampai detik ini dia masih sah menjadi istriku. Kami belum bercerai karena surat cerai itu aku sobek." Axcel menjelaskan semuanya pada Nissa, mendengar penuturan dari Axcel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status