Clarissa Shafira tidak menyangka kalau permainan truth or dare yang dia mainkan bersama teman-temannya ternyata akan merubah hidupnya. Akibat dare yang Clarissa jalani yaitu mengaku menjadi pacar dari pria pertama yang masuk ke Kafe membuat kandasnya hubungan Axcel Aditama Riguela dengan kekasihnya yang bernama Indira. Axcel adalah pewaris tunggal dari keluarga Riguela yang sangat kaya raya. Sialnya ternyata Axcel adalah kakak kelas Clarissa di SMA. Tentu saja Axcel menyimpan dendam yang begitu dalam pada Clarissa, dia bahkan menjadikan gadis itu sebagai pelayannya demi menebus kesalahannya. Clarissa harus sabar disuruh dan selalu dikerjai oleh Axcel yang membuat masa putih abu-abunya kacau balau. Apalagi Axcel masih belum puas menyiksanya, dia bahkan mematahkan hati Clarissa berkeping-keping dengan cara membuat gadis itu jatuh cinta padanya, memacarinya, lalu menyelingkuhi nya dengan Angel yang merupakan kakak kandung Clarissa. Akibat pengkhianatan dari dua orang yang Clarissa sayangi, akhirnya Clarissa memutuskan pindah ke Singapura. Beberapa tahun setelahnya Clarissa terpaksa kembali ke Indonesia karena dipindah tugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Siapa yang mengira kalau akhirnya dia kembali dipertemukan dengan Axcel, mantan kekasihnya yang sangat Clarissa hindari. Bahkan kini Clarissa harus menjadi sekertaris dari pria kejam itu. Benci dan cinta bedanya tipis, kisah yang berawal dari kebencian lalu berubah cinta, kemudian menjadi benci kembali. Akankah kebencian itu masih akan tetap sama? Ataukah kembali berubah menjadi cinta lagi?
View MoreChapter One
Halle Wilder ~•~ “Are you nervous?” Chloe asked as she pinned the final clip on my head. “You don’t have to be nervous, everything is going to be perfect.” She assured me, her eyes wide with excitement. I smiled, but it didn’t reach my eyes. “Are you sure?” I asked, staring at her. Ever since I was a little girl, I had been looking forward to my wedding day. I always dreamed of having the perfect wedding with a beautiful dress and the perfect man. And my dreams came to pass — I was getting married to the most perfect man on earth. I even got a custom wedding dress from Vera Wang. But I was still nervous. “Kai loves you, and today is going to be great.” She continued, her voice reassuring. “Don’t you see how beautiful you look?” I looked at my reflection in the mirror. I actually looked beautiful. Chloe stood behind me, her hands resting on my shoulder. We looked almost identical. We had the same blonde hair, same hazel eyes, and same heart-shaped face. But there was one thing different about us. Chloe had a wolf but I didn’t. That was the reason why I was nervous. I was about to be Luna but I still hadn’t discovered my wolf. As werewolves, on our 21st birthday, we discovered our wolves. But it had been two years since my 21st birthday and I still didn’t have a wolf. The worst part was that my twin sister discovered hers on our 21st birthday. I wondered if something was wrong with me or if I was cursed. But my parents tried to make me feel better by assuring me that I was still special even without having a wolf. But still, I saw the sympathy in their eyes whenever they looked at me. “What if something goes wrong?” I asked Chloe, my heart racing. Chloe sighed. “Everything is going to be perfect. You don’t have to worry about anything.” She said, giving me a comforting pat on the back. Seeing my sister genuinely happy for me warmed my heart. Chloe and I always had our differences. No one had a perfect relationship, especially siblings. We had big fights. We had little fights. Sometimes, she drove me insane to the point where I imagined suffocating her with a pillow, but somehow we were still close. I was happy to have her as my maid of honor. Maybe with my sister by my side, I didn’t have anything to be worried about. “Thank you, Chloe. You’re the best sister ever.” I turned around and pulled her into a tight hug, but was careful enough not to ruin my makeup. Shortly after, the door swung open and my father walked into the room. “Can I speak to her alone?” He asked Chloe and she responded with a nod. After she left, he took a few steps closer to me and held my hands. “I’m so proud of you, Halle Wilder.” He whispered, his eyes teary. My father had never been the emotional type, but now, there was a softness in his eyes that I hadn’t seen in years. I smiled, struggling to keep my emotions in check. “Thank you, Dad.” He opened his mouth to say something, but he hesitated for a moment. “Is everything okay?” I asked, raising a brow at him. He chuckled softly and nodded slowly. “Sure, everything is okay.” For a moment, I let myself believe that everything was going to be okay. That even without a wolf, I was enough. I would be accepted by Kai, by my pack, and the world. But he just didn’t have to find out that I didn’t have a wolf. Yes, my boyfriend had no idea that I was wolfless. It was a secret between me and my family. Nobody else knew about it. I wanted to tell Kai. I really wanted to. But I was scared. I didn’t want him to leave me. Who would want to crown a wolfless girl as the Luna of their pack? Kai and I had been together for over a year, but I still kept this heavy secret from him. I always thought that there was no point in telling him, because I hoped that I would eventually find my wolf. But I didn’t. When Kai proposed, I convinced myself that I didn’t need a wolf to be loved. I told myself that if he loved me without even knowing I didn’t have a wolf, then maybe it didn’t matter. Maybe love was enough. I made him believe what everyone else believed. That my wolf was just quiet. I wanted him to make me his Luna before telling him the truth. That way, it would be difficult for him to leave or reject me. But now, standing in my wedding gown, I was wondering if I had made a mistake by lying to him all this time. What if he found out about it and everything came crashing down? “Are you ready to leave?” My father’s gentle voice interrupted my thoughts. I let out a deep breath, trying to steady my nerves. “Sure.” He took my hand in his and led me out of the room. Soon enough, I was walking down the aisle with my father by my side. All eyes were on me and the soft music pulsed through the air. I smiled as my gaze met Kai’s. He stood up there at the altar, looking at me. But my stomach tied into knots when I realized that he wasn’t smiling. His eyes were cold. Why wasn’t he happy? Even though my heart was pounding in my chest, I managed to stay calm as I walked up to meet him. When we reached the altar, my father handed me over to Kai. Surprisingly, his lips curled into a small smile. I let out a relieved sigh I had no idea I had been holding. Nothing was wrong. I was just overthinking. The officiant began the ritual. After a series of ceremonies, his voice echoed through the crowd. “Kai Alexander of the Duskmoon pack, do you take Halle Wilder as your mate and Luna?” My heart warmed because I was finally about to be married to the love of my life. I waited for Kai to speak, to claim me as his own. But he didn’t. Seconds passed. He just stared at me, his expression unreadable. What was going on? “I don’t.” My entire body froze as I heard those words. “I reject her.” Gaps erupted from the crowd. It felt like I was stabbed with a physical knife.Teman-teman semuanya, terimakasih banyak karena sudah membaca ceritaku, semoga kalian sehat selalu, dipermudah urusannya dan dilancarkan rejekinya. Sampai bertemu dicerita-cerita selanjutnya. Sedikit informasi, LOVE GAME sedang direncanakan kalau jadi akan terbit cetaknya. Akan ada perbedaan antara versi certaknya, di sana lebih lengkap dan endingnya lebih klimaks. Cerita dari awalnya sama aja sih, cuma yang membedakan akan ada banyak bab tambahan biar endingnya lebih jelas dan akan ada ektra part juga. Pokoknya recomended deh, cuma masih lama sih jadi bisa nabung dulu biar bisa peluk Axcel dan Clarissa. Sekali lagi terimaksih untuk kalian yang sudah berkenan membaca maupun memberikan vote. Author harap jika kalian berkenan, kalian bisa kasih rating ulasan dibagian atas yang ada gambar bintang-bintangnya. Sayonara, sampai jumpa lagi. Have a nice day semua.
Seminggu kemudian.“Apa maksudmu!” pekik seorang pria penuh amarah pada wanita di depannya yang datang bersama dengan anak lelaki berumur empat tahun yang wajahnya begitu mirip dengan pria itu.“Dia anak kita, Zidan!” ujar wanita itu penuh percaya diri.“Apa yang kau katakana, Veronica! Berhenti omong kosong, kapan aku pernah melakukan hal seperti itu denganmu, hah?” Zidan merasa begitu kesal pada Veronica yang sejak dulu selalu mengejar cintanya namun selalu Zidan tolak karena sejak SMA dia sudah menyukai Clarissa.“Mungkin kau lupa, empat tahun lalu saat kau sedang patah hati karena Rissa ternyata sudah menikah dengan pria lain saat dirinya berada di Indonesia. Saat itu kau mabuk di bar milik temanmu, dan kebetulan aku juga sedikit mabuk sehingga tanpa sadar kita melakukan hal itu.” Veronica mengingatkan hal yang sudah Zidan lupakan.Saat itu Zidan begitu merasa frustasi k
Clarissa bergegas pergi memanggil dokter untuk memberitahukan kondisi Axcel yang sudah sadar agar dokter bisa memeriksa keadaannya. Setelah itu Clarissa juga segera menghubungi keluarganya dan juga keluarga Axcel untuk mengabari bahwa Axcel sudah sadarkan diri. Dokter bergegas memeriksa keadaan Axcel, beruntungnya Axcel ternyata sudah melewati masa kritisnya. Setelah memberikan beberapa wejangan, sang dokter pun pergi keruangannya.“Ha..us..” lirih Axcel dengan suara serak karena tenggorokannya terasa begitu kering setelah beberapa hari tidak sadarkan diri. Clarissa langsung mengambilkan gelas berisi air putih di meja yang berada di samping ranjang. Clarissa kemudian membantu Axcel meminumnya dengan pelan-pelan.“Axcel, aku senang kamu sudah sadar,” ujar Clarissa sambil tersenyum penuh haru.“Aku rasa, aku lebih memilih mati dari pada harus berpisah denganmu dan Bella. Kalau aku meninggal, kita tidak perlu bercerai kan? Kamu akan te
Axcel bersama dengan Clarissa telah menyepakati beberapa hal, salah satunya adalah Rissa harus bisa membuat Bella memanggil Axcel dengan panggilan ‘papa’ dalam waktu seminggu selama mereka pergi berlibur ke Bali. Namun sayangnya dengan alasan apapun Bella tetap memanggilnya om, dia sama sekali tidak mau memanggil Axcel dengan panggilan papa.“Nak, cuma selama seminggu aja kok kamu panggil om Axcel dengan sebutan papa, mau yah?” bujuk Clarissa.“Tapi Bella gak mau Mah, kalau Mama maksa, mending Bella gak usah ikut pergi ke Bali. Bella di sini aja sama oma, opa dan papa Zidan. Lagi pula Bella gak mau membuat papa sedih kalau sampai dia tau Bella memanggil orang lain dengan panggilan itu. Papa Bella kan cuma papa Zidan doang, sejak Bella masih bayi juga papaku itu papa Zidan.” Bella menolak dengan tegas untuk memanggil Axcel dengan sebutan papa membuat hati Axcel terasa begitu ngilu.“Tapi Bella, anggap saja ini sebuah perm
"Kamu tau rasa sakitnya diduakan, Axcel? Saat aku uring-uringan karena sikap kamu yang selalu membatalkan janji tanpa mengabari tapi nyatanya kamu malah sibuk dengan selingkuhan kamu itu. Saat dia berbohong padamu tentangku dan kamu langsung mempercayainya, kamu bahkan sudah jelas-jelas memilihnya dan anaknya dibandingkan diriku, jadi jangan ganggu aku lagi. Aku ingin bahagia Axcel, bisakah kamu sedikit tahu diri." Perkataan Rissa kembali menohok relung hati Axcel, Axcel sangat menyesal akan kebodohannya dulu tapi dia benar-benar tidak sanggup kehilangan anak dan istrinya lagi."Maaf Rissa maaf, aku tau aku bodoh, aku tau semua salahku, aku lelaki bre*ngsek yang tidak berguna. Maafkan aku, kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, maafin aku, kamu boleh menghukum aku seperti apapun asal jangan tinggalkan aku lagi." Axcel tak sanggup lagi berkata, dadanya terasa sangat nyeri dan sesak. Tentu saja air matanya seolah aliran sungai yang deras, mengalir tanpa henti.
Axcel membawa Nissa ke ruangan kerjanya yang berada dirumah orangtua Axcel, dia mengeluarkan sebuah foto dari laci mejanya. Foto seorang perempuan yang sangat dia cintai, foto itu adalah satu-satunya foto berbingkai yang masih bisa Axcel miliki. Karena semenjak mentalnya hancur setelah kepergian Clarissa dari hidupnya, kedua orangtua Axcel mengambil semua foto clarissa termasuk ponsel Axcel yang dipenuhi oleh foto istrinya kala itu. Mereka sengaja menyembunyikannya dan melarang Axcel mengambilnya, itu semua mereka lakukan demi pemulihan mental Axcel.Nissa terkejut saat melihat perempuan di foto itu sangat mirip dengan Fira, orang yang menjadi WO untuk mengurus pernikahannya dengan Axcel."Iya, Fira itu adalah Rissa, Clarissaku, istriku. Clarissa Shafira, dia masih hidup. Aku ingin mengejar istriku, sampai detik ini dia masih sah menjadi istriku. Kami belum bercerai karena surat cerai itu aku sobek." Axcel menjelaskan semuanya pada Nissa, mendengar penuturan dari Axcel
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments