Home / Romansa / LOVE SICK / SUMBER MASALAH

Share

SUMBER MASALAH

Author: Kumara
last update Last Updated: 2022-06-09 15:13:51

Sudah hampir lima menit lamanya Biola melongo menatap Viona yang kini duduk manis di hadapannya dengan muka takjub campur canggung. Bagaimana tidak? Tak satu pun orang di keluarganya mengetahui soal Biola yang tinggal satu atap dengan Dion. Selama ini dia mengaku tinggal di indekos seorang diri saja. Lantas, dari mana Viona tahu? Dan mengapa dia datang?

"Kamu ..." Biola bersuara ketika Viona meneguk ice lemon yang baru disuguhkan kepadanya, sesekali diliriknya Dion yang duduk kikuk di ujung sofa, diam tak berkutik. "Kamu tau dari mana kalau Kakak tinggal di sini? Ibu tau kamu ke sini?" tanya Biola ragu-ragu.

Viona dengan santainya menggeleng. "Aku lagi bete sama Ibu!"

"Ya ... kamu mungkin lagi bete sama Ibu ... tapi--"

"Tenang aja, Kak. Aku udah lama tau, kok," sambar Viona dengan entengnya.

Biola melongo lagi.

"Iya, aku udah tau kok kalau Kakak nggak nge-kos selama ini, cuma aku diam-diam aja, pura-pura nggak tau." Viona nyengir kuda. "Lagian kenapa juga Kakak harus nutup-nutupin? Santai aja kali! Tapi aku bakal tutup mulut dengan satu syarat ..."

Biola merutuk dalam hati, adiknya yang satu ini memang tidak akan membiarkan dirinya bisa bernapas tenang! Pasti ada sesuatu yang dia minta. Meski usia Viona tahun ini sudah menginjak angka dua puluh tiga, kelakuannya masih seperti remaja puteri, selalu ada maunya. Dan satu lagi, gadis yang baru tahun lalu wisuda ini sudah genap setengah tahun menganggur!

Alis Biola terangkat, menunggu kelanjutan dari kalimat Viona.

"Aku mau tinggal sementara sama Kakak, boleh, kan?"

Jantung Biola serasa mau keluar dari tempatnya saat mendengar pertanyaan nyeleneh dari adiknya tersebut. Diliriknya lagi Dion yang masih diam membisu di posisi semula.

"Hah?!" Biola terpekik.

"Iya ... aku minta uang sama Ibu buat beli album K-POP yang baru, tapi nggak dikasih! Padahal aku juga lagi nabung buat nonton konser K-POP tahun depan! Nggak adil banget, kan?! Makanya aku sengaja kabur dari rumah! Aku bilang aku bakal tinggal sama Kakak sementara, pokoknya sampe Ibu ngasih aku uang dan izin buat beli album baru! Biarin!"

Telinga Biola rasanya baru saja berdenging, dunianya seakan berputar tiba-tiba. Hal gila apa yang baru saja dikatakan oleh Viona?

"Kamu nggak berpikir dulu sebelum ambil keputusan? Kalau sampe Ibu nyari tau kamu di mana, dan akhirnya datang ke sini gimana?!" seru Biola panik.

"Kakak tenang aja, Ibu nggak tau kok Kakak tinggal di mana, dan kalau Ibu tanya, tinggal nggak usah jawab, gampang, kan? Pokoknya nanti kalau Ibu udah kasih aku uang dan izin, aku bakal langsung cabut, kok! Aku janji, Kak!" pinta Viona manja.

"Tapi itu berisiko banget, Na ... kamu sadar nggak sih kalau kamu lagi bikin Kakak ikut dalam masalah kamu? Hm?! Gawat kalau sampe Ibu tau Kakak tinggal sama pacar Kakak!"

"Malahan, kalau Kakak nolak aku ikut tinggal di sini sementara, aku bakal langsung kasih tau Ibu!" ancam Viona.

Kalau saja Dion tak ada di sana, rasanya Biola sudah sejak tadi melayangkan gelas ke muka adik manjanya yang satu ini!!

"Viona ... kamu ini--"

"Udahlah, Yang," sahut Dion yang akhirnya membuka mulut juga. "Jangan malah kamu yang ribut sama adik kamu sendiri. Kita pikirkan aja baik-baik solusi termudah dari masalah ini semua," sambungnya.

"Kamu nggak dengar apa permintaan dia? Dia mau tinggal di sini! Atau dia akan kasih tau ibu kami kalau aku tinggal serumah sama kamu! Kamu paham, kan?" bisik Biola panik. "Anak ini emang--"

"Ya emang kenapa juga? Nggak ada salahnya kok aku rasa adik kamu tinggal di sini sama kita," potong Dion dengan gampangnya.

Senyum puas tanda kemenangan langsung mengembang di wajah licik Viona, dan jelas itu bukan kabar baik bagi Biola.

"Wajar aja kamu ngomong begitu, kamu berusaha buat ngambil hati dia ... pegang kata-kata aku, Dion, kamu nggak kenal gimana nyebelinnya adik aku ini! Kamu bakal nyesal kalau nerima dia di sini begitu aja." Biola memberi peringatan.

Muka Viona yang tadi sempat semringah berubah cemberut masam. Dion menarik Biola berdiri lalu membawanya ke kamar untuk bicara empat mata saja.

"Ola, mungkin ini satu-satunya cara untuk mencegah hal lebih buruk terjadi. Kamu kira apa yang bakal terjadi kalau sampe ibu kamu tau kamu tinggal serumah sama aku? Berharap mereka akan menerima gitu aja? Jangan mimpi! Aku juga nggak mau di-cap laki-laki brengsek atau calon menantu bajingan. Aku nggak mau bikin masalah sama ibu kamu yang sebentar lagi juga bakal jadi ibu aku, lagian mau berapa lama juga sih Viona bisa di sini? Dia--"

"Kamu yang nggak kenal dia karakternya kayak apa! Dia itu udah dewasa, dia udah dua puluh tiga tahun, Dion! Tapi dia sama sekali nggak berusaha untuk mencari kerja atau lepas dari support ibu kami! Dia pasti bakal lama di sini, dan malah bisa ngerepotin kamu! Kamu udah cukup repot mikirin keluarga kamu, aku nggak mau bikin keluarga aku ikut jadi beban kamu, Yang!"

"Beban? Aku sama sekali nggak nganggap keluarga kamu beban! Please jangan mikir kayak gitu. Lagian, kamu pikir lagi, ke mana lagi dia bisa pergi kalau bukan ke kamu sebagai kakaknya satu-satunya? Justru karena dia belum bisa mandiri, kita harus bantu dia, Yang ... aku mungkin bisa nyariin dia kerja juga, aku akan berusaha untuk ngubah tabiat buruk dia. Mungkin ini waktu yang tepat buat itu."

Biola terdiam beberapa lama, dia tak begitu yakin dengan ide yang dicetuskan oleh Dion, tapi ucapan pemuda itu tak ada salahnya pula. Selama ini, Viona memang amat dimanjakan oleh ibu mereka, hingga sudah terlambat untuk mengubah sifat buruknya itu sekarang. Namun, bila kini dia dihadapkan dengan Dion, bisa saja dia akan sadar diri bahwa cara hidupnya selama ini telah salah.

"Entahlah, Yang ... aku nggak yakin ini ide yang bagus ... aku takut dia malah cuma jadi masalah baru buat kamu," ucap Biola cemas.

Dion memegang kedua pipi Biola yang hangat. "Aku lebih nggak rela lagi kehilangan kamu hanya karena hal sepele kayak gini, La. Aku terlalu sayang sama kamu, dan aku juga mau sayang sama keluarga kamu, dan diterima sama mereka baik-baik. Aku janji, aku akan lakukan yang terbaik buat ngubah kebiasaan buruk Viona."

Biola memejamkan matanya, tanda ragu. Dion mengecup lembut kening kekasihnya yang manis itu. "Sayang ... kita kasih izin buat Viona tinggal sementara di sini, ya?" bujuknya.

Dengan berat hati, Biola akhirnya mengangguk tanda setuju, mengiyakan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LOVE SICK    DELIMA

    Ketika Viona tahu soal rencana pernikahan Biola dan Marko, gadis itu menjerit histeris, murka luar biasa. Dengan membabi buta, Viona mengambil vas bunga yang berada di dekat lemari TV kemudian melemparkannya sampai pecah di dinding. Sontak Biola terperangah."Viona! Kamu tau kan kalau Dion udah cukup berbaik hati mau ngasih kita waktu tinggal di sini sampe Kakak dapat kos yang murah, jangan kamu malah ngulah, bisa-bisa kita diusir!!" bentak Biola berang."Kakak egois!! Aku nggak peduli! Sekalian ini rumah aku bakar juga aku nggak bakal peduli, kok!" "Kakak yang kamu sebut egois?!! Kamu yang egois, kamu kenapa nggak terima kalau Kakak bakal nikah sama Marko? Kamu pikirin gimana nasib janin yang lagi Kakak kandung sekarang, ini emang anak Marko, Viona!"Mendengar Biola menegaskan hubungannya dengan Marko justru membuat hati Viona kian geram dan panas. "Aku nggak mau dengar!! Aku nggak mau tau soal itu!!"Selama beberapa menit, Biola terhenyak, memandangi adiknya yang tampak seperti o

  • LOVE SICK    PERSETUJUAN

    Marko menyeret langkah gontai keluar dari ruang rawat inap tempat ibunya terbaring, kondisi sang ibu memang kian lemah, menambah rasa sesal yang menyesaki hatinya, namun tak ada yang bisa dia perbuat. Belum lagi saat ini dirinya tengah dijauhi oleh keluarga bahkan adiknya sendiri, dia tak tahu harus pergi ke mana di saat seperti ini. Bahkan sekadar datang ke Toko Buku untuk bekerja saja rasanya sangat canggung baginya, kakinya terasa berat untuk melangkah ke sana.Mata Marko terbelalak begitu kakinya menapak di teras rumah sakit. Sesosok yang tak asing muncul di hadapannya, secara tak terduga. "Bi ... Biola?" desis Marko seraya mendekat. "Kak Biola kok ada di sini? Nyari aku?"Biola mengerling tajam, "Nggak usah kepedean deh, aku baru aja dari poli kandungan!" jawab Biola ketus. Seketika mata Marko berbinar mendengar jawaban Biola, "Habis cek kandungan? Apa kata Dokter? Apa janinnya baik-baik aja?" tanya Marko antusias. "Apa urusannya sama kamu? Kamu urus aja diri kamu sendiri!" pu

  • LOVE SICK    KITA SELESAI

    "Aku nggak nyangka kalau kamu sebrengsek ini, Dion!!" teriak Biola begitu dia dan Dion kembali ke apartemen. Tanpa terlihat merasa bersalah, Dion malah balas berkata, "Aku? Aku yang kamu sebut brengsek? Kamu nggak mau ngaca dulu gitu? Masih nggak punya malu kamu?"Dengan mata yang telah membendung air, Biola menggigit bibir bawahnya dengan pilu. "Aku tau aku salah ... tapi apa perlu kamu sejauh ini, Dion? Perlu kamu sampe harus ngancurin kebahagiaan orang lain? Pernikahan mereka batal! Apa lagi Ibu Marko lagi sakit keras gitu, kalau tadi tiba-tiba dia pingsan, tiba-tiba dia kena serangan jantung atau apa pun itu, kamu siap tanggung jawab?!!" "Halah ... nggak usah sok ngalihin topik deh kamu! Intinya, kamu emang hamil anak si bajingan itu, kan?!!" teriak Dion berang, matanya yang tajam tampak berkilat-kilat. Tangan Biola sudah terkepal di sisi gaunnya, rasanya dia ingin sekali mengelak, ingin memukul Dion dengan keras, marah, tapi nyatanya, semua itu memang benar, kini dia memang te

  • LOVE SICK    PENGAKUAN MENGGEMPARKAN

    Suasana yang tadinya sakral seketika berubah ricuh, mulai terdengar suara bisik-bisik dari segala arah, mata para tamu silih berganti mengarah pada Dion lalu beralih kepada Marko.Plak!!!Suasana kacau itu tak bisa menjadi lebih buruk saat satu tamparan keras dilayangkan Biola tepat di pipi Dion. Semua terpana kembali. Air mata Biola sudah membendung hebat di pelupuk matanya, dia tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari mulut Dion. "Dion ..." lirih Biola pedih.Rahang Dion mengeras, matanya berkilat-kilat, tak terlihat sedikit pun rasa bersalah, hanya tersisa rasa muak, benci, amarah."Apa-apaan ini?! Apa maksudnya ini semua?!" pekik Dinda panik, ditatapnya Marko dengan muka tak percaya. "Please Ko ... please kasih tau aku kalau semua ini nggak benar, ini semua bohong!" teriak Dinda memohon. Alih-alih memberi jawaban tegas, sikap diam Marko justru menimbulkan kecurigaan yang lebih besar. Mata Marko nanar, kemudian sorot matanya meredup, Dinda langsung mengerti apa sebe

  • LOVE SICK    JANJI SUCI YANG TERNODA

    Sejak semalam Dinda tak bisa memejamkan matanya barang sejenak, hatinya gundah gulana tak tentu arah saking antusiasnya dia memikirkan tentang pernikahannya dengan Marko yang akan berlangsung hari ini. Wajah gadis cantik itu berseri dari ujung kuping kiri ke kuping kanan, senyum lebar tak bisa pudar dari paras indahnya. Bayangan soal pernikahan impian sudah terbayang begitu jelas dan jernih di benaknya. Sebentar lagi semua itu akan terwujud. Sebaliknya, Marko justru tak bersemangat sama sekali. Dia terus mengumpati dirinya sendiri, marah karena merasa tak punya cukup keberanian untuk menghentikan semuanya sebelum terlambat. Kegundahan yang sama pun melanda Biola pula, dia tak tahu harus pergi atau tidak ke pesta pernikahan Marko. "Kak Biola tau kan kalau hari ini Marko nikah?"Suara Viona memecah lamunan Biola, namun Biola lekas bersikap biasa saja. Gadis itu masih pura-pura asyik menonton televisi meski pikirannya sama sekali tidak berada di sana. "Hm ... tau, kenapa?" Biola bal

  • LOVE SICK    TERIMA KENYATAAN

    Keringat dingin sudah membanjiri muka serta punggung Biola, sedangkan mulutnya kaku, lidahnya kelu, dia tak tahu harus berkata apa, dan entah bagaimana juga Dion bisa tahu soal dirinya dan Marko. "Dion ..." Hanya kata-kata lirih yang bisa meluncur dari bibir pucat Biola. Dengan mata berkaca-kaca, Biola mengangkat kedua tangannya, hendak memegang lengan Dion, berusaha untuk membujuk kekasihnya itu, namun Dion tampak tak bergeming, amarah masih menguasai akal sehatnya. "Kenapa? Kok diam?" tanya Dion dingin. "Apa yang aku omongin betul, kan? Kamu sekarang bingung cara ngebantahnya? Hm?" "Sayang ... aku ..." Biola terbata-bata. "Jangan panggil aku 'sayang'!!!" teriak Dion tambah murka. "Jangan berani-berani kamu mau membujuk aku pake muka kotor kamu itu!!" bentak Dion kasar. "Aku ...""Jawab aku!! Anak siapa yang kamu kandung itu?! Anak siapa?!!" bentak Dion.Kedua tangan Dion mencengkeram kuat kedua lengan Biola, rahangnya lebih mengeras lagi. "Jawab aku, Biola ... jangan bikin ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status