Darius merasa dirinya sudah harus bangun, namun matanya masih terasa berat. Apalagi ada guling yang bisa dipeluknya sekarang, kehangatan dari si guling membuatnya merasa nyaman. Di musim dingin seperti sekarang, kadang.. Eh, guling?
Darius sedikit mengerutkan keningnya. Dengan penasaran dia meraba barang yang dipikirnya guling sambil menduga duga apa yang sedang dipeluknya sekarang? Apa bed covernya tergulung ya? Tapi koq kenyal?
Dia terkejut saat tiba tiba ada yang menahan tangannya. Refleksnya bergerak cepat saat menyadari ada orang lain disana. Tangannya langsung memelintir tangan yang tadi menahan tangannya lalu menimpa tubuh penyerangnya. Dia hampir saja mencekik leher penyerangnya dari belakang dengan lengannya yang lain saat terdengar teriakan.
“Jadi siapa bajingan itu?” Darius mengulang pertanyaannya lagi. Morin masih diam di pelukan omnya, sekarang dia sedang berpikir bagaimana cara membuat omnya tidak membahas hal ini lagi. Melihat kemarahan omnya, dia takut si mantan nanti tidak berbentuk lagi. Bukannya dia masih memiliki perasaan pada pria itu, tapi mengingat suami teman tante Christine yang kemarin giginya berhamburan itu karena ditonjok omnya saja sudah membuatnya jijik. Saat itu tidak ada ekspresi di wajah omnya, nah kalau sekarang dia saja ketakutan melihat wajah omnya, bagaimana bentuk si mantan nanti? Darius menyadari kalau Morin tidak mau menjawab pertanyaannya dan hal itu semakin membuatnya kesal. Apakah gadis itu masih menyukai bajingan itu? “Kamu masih pacaran dengannya?” tanya Darius. Morin menggeleng dalam pelukannya. Mana mau lagi dia dekat dekat pria mesum macam itu, langsung dia putuskanlah setelah dia patahkan tangannya. Setidaknya hal itu cukup menenangkan e
Meeting baru selesai jam empat sore, laporan tiap divisi yang ada sepuluh itu dan sudah dia dirangkum di meeting tadi, sekarang harus dibuatkan note dan perbaikan serta target sesuai dengan yang diinginkan Angelina. Morin memberikan rangkuman hasil meeting itu kepada Pak David agar pria itu bisa memeriksanya dan dia bisa melanjutkan membuatkan daftar perbaikan target. David kagum dengan hasil kerja Morin. Walaupun pekerjaan gadis itu belum sempurna, tetapi dia memakluminya karena ini adalah pertama kalinya gadis itu mengikuti meeting. Hanya ada beberapa perbaikan yang perlu dia revisi, itupun karena gadis itu tidak mengerti istilah yang mereka gunakan. Tapi tidak ada yang salah untuk yang sudah ditanyakan padanya sebelum meeting dimulai. Andai saja gadis ini bisa menjadi asisten keduanya, pasti pekerjaannya akan lebih ringan. Gadis pintar yang hanya per
“Om saja yang mengajariku di Jakarta nanti. Aku bisa menjadi asisten om saat om di Jakarta” kata Morin dengan senyum manisnya.“Tidak bi” jawab Darius menolak. Dia belum sempat menyelesaikan perkataannya saat Morin mulai bicara seperti kereta.“Om kan tidak punya asisten di Jakarta, nanti om akan kesulitan untuk jika harus melakukan semuanya sendiri. Sekarang aku kan belajar menjadi sekertaris Angelina, jadi aku pasti akan terbiasa dengan ritme kerja om juga yang sepertinya mirip dengan tante Angelina. Aku tidak akan rese koq, aku bisa bersikap profesional saat bekerja. Om bisa bertanya pada tante Angelina, hari ini aku aku melakukan pekerjaanku dengan baik” kata Morin.“Aku tidak per” Darius membantah. Namun jawabannya disela Morin lagi.
Sekarang jam setengah dua belas siang, Morin dan David sedang berada di ruangan Angelina untuk membahas meeting dengan klien yang akan dilakukan jam dua siang nanti saat Adrian masuk ke ruang kantor ibunya dan langsung duduk di sofa.“Ada apa Adrian?” tanya Angelina. Tidak biasanya putranya datang di siang hari.“Tidak apa. Bereskan saja pekerjaan kalian. Aku akan menunggu disini” jawab Adrian yang malah membuat Angelina semakin bingung.Akhirnya mereka mengikuti apa yang dikatakan Adrian. Dua puluh menit kemudian Morin dan David membereskan dokumen yang tadi mereka bahas, mereka tinggal merapikan dokumen itu untuk dibawa saat meeting nanti.Adrian berdiri saat melihat rapat kecil itu sudah selesai. Angelina yang menyadari pergerakan Adrian
Iris mengetuk pintu ruangan Angelina dan membukanya. Dia sejak tadi sangat penasaran tapi tidak punya alasan untuk masuk dan melihat apa yang terjadi. Apalagi tadi dia mendengar kalau tuan mudanya mengatakan kalau dia sedang melamar gadis itu pada ayahnya sebelum pintu ditutup David.Selama ini semua wanita pasti ingin menempel pada tuan mudanya itu, namun pria itu yang enggan dekat dekat perempuan, sampai dia dianggap gay. Tapi ternyata dugaan itu salah besar, sekarang tuan mudanya tergila gila pada gadis itu. Ini pasti seru, tuan mudanya melamar sugar baby Darius Hartadi.Saat dia membuka pintu, dia melihat tuan mudanya terduduk di lantai dengan wajah penuh lebam dan gadis itu sedang berbicara dalam bahasa asing dengan nada merajuk di telepon.“Ada apa Iris?” tanya David.
“Om” panggil Morin.“Hm..” jawab Darius tanpa mengalihkan perhatiannya dari tablet di tangannya.“Om” panggil Morin lagi.“Hm..” jawab Darius lagi, matanya masih fokus pada tablet di tangannya.“Ooommmmm” panggil Morin mulai kesal.“Ada apa Morin? Katakan saja” jawab Darius. Dia masih fokus memeriksa grafik yang dibuat James di tabletnya, sepertinya ada yang tidak sesuai.Tiba tiba tablet di tangannya diambil Morin. Darius langsung menoleh dan memelototi Morin.“Kembalikan” kata Darius sambil mengulurkan tangannya.
“Hallo Tuan Justin Ludovic ” sapa wanita itu. Diego terkejut saat mengenali siapa wanita di depannya, dan semakin terkejut saat wanita itu menyebutkan nama aslinya.“Bagaimana kau bisa tahu namaku?” tanya Diego kaku. Pistolnya masih mengarah ke jantung wanita itu. Tidak banyak yang mengenali wajahnya dan mengetahui namanya, bahkan hanya sedikit orang di dunia hitam yang bisa bertemu dengannya.“Cukup lama aku menunggumu, kukira kau tidak akan datang” kata wanita itu sambil tersenyum mengejek. Bahkan wanita itu tidak menutupi wajahnya, berarti dia memang sengaja menunjukkan dirinya.“Apa yang kau inginkan?” tanya Diego. Dari perkataannya berarti wanita ini memang sengaja datang mencarinya.“Nyawamu. Bukankah aku
Darius langsung menarik kerah baju Diego dan mendorong tubuh pria itu ke tembok.“Apa yang kau lakukan pada Christine” desis Darius.“Memang apa yang terjadi padanya?” tanya Diego.“Jangan pura pura! Mengapa kau membunuhnya!” bentak Darius.“Aku tidak membunuhnya” jawab Diego sambil menyeringai.Darius menatap tajam pria di depannya, dia tahu pria itu tidak akan berbohong untuk hal semacam ini. Dia melepaskan tangannya dari pria itu. Saat Mario Fritz mengatakan Lira kecelakaan, dia sudah merasa janggal dan ketika Layna mengatakan kalau dia terkena musibah, dia merasa ada yang tidak beres. Sekarang temannya memberitahu kalau Christine meninggal karena jatuh dari jurang. Tidak mungkin tiga kejadian di satu waktu itu sebuah kebetulan, apalagi semua wanita itu berhubungan dengan kejadian satu kejadian.“Sudah kukatakan jangan ikut campur urusan keluargaku jika aku tidak memintanya