Sementara itu Luna dan Alif terlihat sedih, mereka menatap tumpukan uang 300 juta, uang kompensasi dari RSJ.
“Untuk apa uang sebanyak ini jika kita kehilangan ibu,” ucap Luna menitikan air mata.
“Iya …mbak, ibu pernah punya keinginan ingin memiliki kebun di daerah puncak Bogor, bagaimana jika uang ini untuk membeli kebun, walau tak luas, setidaknya keinginan itu terpenuhi, kebun itu juga bisa kita manfaakan, supaya bisa menghasilkan.” saran Alif.
“Aku setuju Lif, denganmu, esok mulai mencari info tentang kebun di daerah Bogor.”
“Oke.”
***
Hari ini, Luna mendapatkan informasi tentang yayasan sosial, yang di pimpin Basuki, Yayasan Bahagia itu sedang mengadakan pengalangan dana, kalangan pengusaha dan pejabat di undang dalam acara besar itu.
Luna yang beberapa minggu ini sangat penasaran dengan sosok orang tua angkat Agnes pun memutuskan untuk datang ke acara pengalangan
Sementara itu Luna dan Alif terlihat sedih, mereka menatap tumpukan uang 300 juta, uang kompensasi dari RSJ.“Untuk apa uang sebanyak ini jika kita kehilangan ibu,” ucap Luna menitikan air mata.“Iya …mbak, ibu pernah punya keinginan ingin memiliki kebun di daerah puncak Bogor, bagaimana jika uang ini untuk membeli kebun, walau tak luas, setidaknya keinginan itu terpenuhi, kebun itu juga bisa kita manfaakan, supaya bisa menghasilkan.” saran Alif.“Aku setuju Lif, denganmu, esok mulai mencari info tentang kebun di daerah Bogor.”“Oke.”***Hari ini, Luna mendapatkan informasi tentang yayasan sosial, yang di pimpin Basuki, Yayasan Bahagia itu sedang mengadakan pengalangan dana, kalangan pengusaha dan pejabat di undang dalam acara besar itu.Luna yang beberapa minggu ini sangat penasaran dengan sosok orang tua angkat Agnes pun memutuskan untuk datang ke acara pengalangan
“Jangan asal bicara, buktikan ” jawab Agnes dengan senyum penuh kemenanganImran berjalan mendekati Mora yang tampak murung, beberapa hai ini ia belum bertemu dengan Mora.“Mora maafkan Papah, beberapa hari ini tidak bisa menemui Mora, apa ponselmu sudah aktif?” tanya ImranMora terdiam, matanya tampak berkaca-kaca. ”Kalian sudah bercerai, Mamah dan Papah sudah tak bersama lagi ‘kan, dan Papah sudah menikah dengan Tante Agnes?”Mora tak menjawab pertanyaan Imran, tapi justru mencerca Imran dengan banyak pertanyaan. Imran tak kuasa menjawab, hanya anggukan yang ia tunjukkan pada Mora, dan itu sudah menjawab semua pertanyaan Mora.Gadis itu meneteskan air mata, dan tanpa berucap ia meninggalkan papahnya dengan kursi rodanya.Satu hari berlalu, Luna dan Alif tampak bersedih atas kepergian Saida, keduanya saling menguatkan.“Apa menurut mbak Luna, yang menimpa ibu, adalah ulah Agnes juga?”“Iya, karena dua hari sebelum kejadian Agnes menemui ibu, dan aku juga mendapatkan informasi di h
Agnes meninggalkan rumah sakit jiwa, tapi sebelumnya ia berpesan pada perawat.“Jik ada wanita yang bernama Saida mengunjungi ibuku, izinkan dia menemui ibuku, mungkin kedatangannya akan membantu kesembuhan ibuku,” pinta Agnes.“Baik Bu Agnes.”Lalu wanita yang bertubuh gemoy itu pun berjalan menuju mobil merahnya, dan melaju meninggalkan rumah sakit jiwa, dalam hatinya berharap apa yang direncanakannya berhasil.Satu hari berlalu, Saida terlihat menaiki taksi perasaannya berkecamuk, tanpa memberitahukan Luna perihal percakapannya dengan Agnes. Wanita baya itu nekat menemui Sinta, walau dalam hati kecilnya ia enggan bertemu, selain rasa bersalah pada Sinta, juga ia tak tega melihat Sinta depresi dan bertahun lamamya dirawat di rumah sakit jiwa. Tapi Saida harus melakukannya, jika membuat Agnes meredam balas dendamnya pada Luna dan Mora yang tak bersalah sama sekali.Kini taksi yang ditumpangi Saida berhenti di depan rumah sakit jiwa, setelah turun dari mobil, kakinya melangkah pelan m
Luna berjalan menjauh dari toilet, menuju ballroom, matanya mengedar mencari sosok istri Basuki, hingga bola matanya tertuju pada wanita tengah baya, tapi berpenampilan elegan, ia sedang berbincang dengan Imran, senyum tipis tersunging di bibir Luna.‘Sungguh miris, mereka bahkan tak tahu jika pasangannya saling bermesraan,’ batin Luna lalu pelan berjalan mendekati Fatma dan Imran.“Selamat ya Mas…atas pernikahanmu, aku harap kamu bahagia dengan Agnes,” ucap Luna sambil tersenyum misteri.“Oo kamu mantan istri Imran?” tanya Fatma.“Iya Bu Fatma, saya Luna, mantan istri Mas Imran,” jawab Luna memperkenalkan diri.“Aku minta maaf karena Agnes yang menyebabkan kalian bercerai, pasti kamu sangat terpukul,” ujar Fatma.“Tidak Bu Fatma, Anda tak perlu meminta maaf, mungkin mereka sudah jodoh, konon jodoh adalah cerminan dari kita, mereka sama-sama pengkhianat,” jawab Luna santai dan pelan, lalu berpamitan.Mendengar perkataan Luna, Imran dan Fatma, saling tatap.“Ibu tidak usah memikirka
Malam hari tiba, Luna memenuhi undangan Dewi untuk makan malam di rumahnya, Luna sudah berdandan sederhana, gaun warna putih gading bawah lutut, dengan ikat pinggang, sangat terlihat pas di tubuh rampingnya, demikian juga Mora, gadis kecil itu terlihat cantik. Keduanya menaiki mobil taksi. Sekitar dua puluh menit sampailah di kediaman Dewi, rumah megah bergaya klasik dengan pintu pagar menjulang tinggi. Selama ini Luna tidak pernah tahu tentang kabar Dewi tapi sewaktu ingin mengurus percerainnya ia kembali menghubungi Dewi.Beberapa mobil telah terparkir di halaman yang luas, tampak suami Dewi- Omar adalah orang penting, terlihat dari tamu yang datang malam itu. Luna tampak minder, dia tamu undangan yang hanya naik mobil taksi, setelah turun dari taksi, dan membantu Mora dudud di kursi roda, Luna berjalan menuju taman samping, dimana pesta di adakan.Dewi yang melihat kedatangan Luna, bergegas menyapanya. ”Selamt datang di ruamhku, Luna,” ucap Dewi.“Katanya party sederhana, tapi seme
Luna berterimakasih pada Dewi sang pengacara. ”Terima kasih Dewi kamu sangat membantuku,” ucap Luna sambil menjabat tangan Dewi.“Bagaimana jika kamu dan Mora aku undang makan malam ke rumah, kebetulan besok ada partty birthday sederhana,” ajak Dewi.“Ulang tahun siapa?”“Suamiku,“ jawab Dewi.“Baiklah aku pasti datang,” jawab Luna.Luna dan Dewi lalu meninggalkan pengadilan agama. Keduanya sudah di dalam mobil, Dewi menyetir kendaraannya menuju jalanan.“Kamu sangat beruntung memiliki suami yang setia,”ucap Luna“Setiap rumah tangga pasti ada ujiannya, aku dan suamiku harus sabar menantikan buah hati selama 5 tahun pernikahan kami,”jawab Dewi.“Semoga kalian segera mendapat momongan.”Dewi hanya tersenyum kecil ada gurat kesedihan di hatinya, yang disimpannya sangat dalam.“Sepertinya Omar sangat tidak beruntung memilikiku,” suara Dewi terdengar serak.“Hai…jangan berkata seperti itu Dewi, kamu adalah wanita yang baik, pengacara yang memiliki kantor sendiri, itu adalah pencapaian