Sementara itu di sebuah ruang tamu yang megah rumah milik Kyai Ali, terdengar obrolan santai dari beberapa orang yang sedang ngumpul di ruangan megah tersebut. Dalam obrolan orang dewasa ini, tiba-tiba abinya Aisyah menanyakan hal terkait hubungan cucunya dengan putrinya H. Mansur. Mendengar pertanyaan dari Kyai Ali, membuat seluruh orang yang ada di ruang tamu terkejut.
“Abi tau dari mana kabar ini? Pasti umik ya yang mengadu ke abi?” tanya Aisyah penasaran dan sedikit kebingungan karena dirinya waktu hanya mengabari terkait hal ini pada umiknya, waktu dia mengabari umiknya melalui jaringan telepon.
“Abi gitu, hihihi …,” ucap abinya Aisyah dengan canda khasnya.
“Benar Kyai, kami sudah mengikat kedua anak kami dalam jalinan pertunangan walaupun tidak terikat. Namun kami belum memberi tahu mereka berdua Kyai,” jelas H. Mansur.
“Mmm …, sebenarnya abi setuju-setuju aja sih dengan niat baik kalian berdua untuk menjodohkan kedua anak kalian. Apalagi waktu abi melihat Eguh dan Cindy, insya Allah mereka berdua berjodoh. Walaupun nanti kedepannya mereka berdua akan menghadapi banyak rintangan untuk menyatukan cinta mereka berdua,” jelas abinya Aisyah.
“Do’akan saja yang terbaik untuk hubungan mereka ya Abi, Umik,” ucap Aisyah meminta restu pada sang abi.
“Insya Allah abi dan umik restui niat baik kalian ini,” ucap abinya Aisyah.
Lalu obrolan mereka yang berada di ruangan itu beralih ke hal-hal santai, sambil ngobrol mereka pun menikmati teh hangat serta jajanan pasar yang tersaji dihadapan mereka.
***
Dari arah pintu rumah tiba-tiba datanglah sesosok gadis berkacamata yang masih mengenakan mukena dengan senyuman manis yang terpancar, dan ditangan kanannya sedang membawa beberapa kitab kuning. Terlihat hati sang gadis sedang berbunga-bunga sehabis melihat orang yang dicintainya saat akan kembali ke rumah Kyai Ali. Semua orang yang berada di ruang tamu terlihat heran dengan sikap sang gadis yang baru datang dari ngaji kitab kuning itu senyum-senyum sendiri.
“Wa’alaikumussalam,” ucap semua orang yang berada di ruang tamu.
“E … eh, iya! Assalamu’alaikum,” ucap sapa Cindy malu dan tiba-tiba menghentikan langkahnya.
“Aduh anak umik yang cantik ini datang-datang langsung nyelonong aja, ndak ngucap salam dulu,” ledek ibunya Cindy.
“Iya maaf, umik,” ucap Cindy tertunduk, dan wajahnya mulai merona merah.
“Udah-udah, jangan diledekin gitu dek, kasian kan putri kita mukanya jadi merah gitu. Oh iya nak, gimana tadi ngajinya?” ucap abinya Cindy.
“Alhamdulillah Abi. Awalnya sih Cindy sempat bingung pas ikutan ngaji kitab kuning, soalnya kan Cindy belum punya kitab kuningnya. Ya sudah Cindy nyimak aja apa yang dibaca dan jelaskan sama ustadzah. Hihihi …,” jelas Cindy dengan ekspresi senangnya.
“Terus … terus …,” tanya umiknya Cindy penasaran.
“Sebelum mulai ngaji, Cindy sempat kenalan dengan beberapa pengurus pondok dan santriwati Umik, dan Cindy juga di ajak keliling-keliling pondok putri sama kak Santi sambil ditunjukin kamar yang ditempati Cindy,” jelas Cindy yang kembali menunjukkan ekspresi senang.
“Wah, ternyata putrimu cepat sekali beradaptasi ya dek kaji,” ucap Aisyah salut.
“Iya, nih!” ucap Hendra.
Obrolan pagi diantara mereka yang berada di ruang tamu semakin terlihat akrab dan santai. Hingga tanpa terasa sarapan pagi untuk mereka sudah tersaji di meja makan. Pagi ini sengaja Nyai Nurul meminta bibi dapur pesantren untuk memasak hidangan yang spesial untuk sarapan.
Bertepatan dengan waktu sarapan, Eguh datang dengan badan penuh keringat. Sambil mengucapkan salam Eguh langsung nyelonong masuk ke dalam rumah dan berjalan ke arah kamar mandi, kerena dirinya sudah tidak tahan menahan sakit perutnya. Selesai buang hajat Eguh langsung membasuh muka dan mencuci kedua tangannya di westafel yang berada di dalam kamar mandi. Selesai dari kamar mandi barulah Eguh bergabung dengan keluarganya yang sudah menunggunya di meja makan.
Eguh langsung ngambil duduk di antaran ibu dan neneknya, dan kebetulah juga di depannya duduk Cindy yang sudah melepas mukenanya.
“Aduh, kok ada bau … bau asem gitu ya umik?” ledek sang ibu pada anaknya Eguh yang masih menggunakan pakaian yang dipakainya waktu main bola dengan anak-anak santri.
“Iya Nak, kok tiba-tiba ada bau … bau asem gimana gitu,” timpal sang nenek ikut meledek.
“Iya … iya … badan Eguh memang bau asem,” ucap Eguh sewot. Lalu Eguh langsung menyentong nasi dan beberapa lauk yang tersaji di meja makan yang dia sukai plus tidak ketinggalan kerupuk. Setelah itu Eguh beranjak pergi meninggalkan meja makan dan pergi memilih untuk makan di ruang keluarga sambil nonton TV.
Mengetahui Eguh yang beranjak dari meja makan, ibunya Aisyah dan neneknya Nyai Nurul hanya membiarkan kebiasaan Eguh kalo lagi makan. Dan kejadian itu membuat Hj. Fatimah sempat menanyakan sikap Aisyah dan Nyai Nurul yang membiarkan Eguh pergi meninggalkan meja makan dan memilih makan di ruang keluarga sambil nonton TV.
“Lho, kok ndak dicegah mbak, kan kasihan makan sendirian?” tanya Hj. Fatimah heran.
“Udah dek kaji, ndak usah dipikirin dan dipusingin, memang seperti itu kalo anakku lagi makan pasti maunya di depan TV. Ya sudah yuk dilanjut sarapannya, katanya mau daftarin Cindy di SMK,” ajak Aisyah.
“Ooo … gitu toh,” ucap Hj. Fatimah sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Nanti kalo nak Cindy cari suami jangan seperti cucu kakek itu ya, pasti nanti nak Cindy bisa dibikin stress sama cucu kakek,” goda Kyai Ali.
Mendengar pernyataan Kyai Ali tentang cucu kesayangannya itu, Cindy hanya diam saja dan tersenyum kecil.
‘Sekarang aja cucu Kyai itu sudah bikin aku stress bahkan gila, gara-gara sikap dan kelakuannya yang tidak bisa ditebak itu udah bikin aku jatuh cinta dan sayang padanya,’ gumam Cindy dalam hati.
Tak ada cinta yang sempurna
Hanya butuh saling melengkapi
Karena cinta bukanlah sosis
Yang dibuka bungkusnya langsung di makan
Tapi cinta ibarat nasi goreng
Yang masih perlu diberi bumbu-bumbu
Sebagai penyedapnya
Agar hasilnya bisa kita nikmati
***
Keesokan harinya…Hari jum’at ini Eguh pergi ke sekolah seperti biasa. Selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah warna cokelat serta sepatu hitam Eguh segera pergi ke sekolah. Sebelum berangkat ke sekolah, Eguh mampir dulu ke warung nasi di depan kosannya untuk sarapan. Sengaja pagi ini dia sarapan nasi uduk.Selesai sarapan barulah Eguh berangkat ke sekolah dengan jalan kaki. Saat Eguh sampai di depan gerbang sekolah, dia bertemu dengan Indah yang baru turun dari mobil yang mengantarnya.“Hai …,” sapa Eguh ramah, saat dirinya bertemu dengan Indah.“Hai juga!” balas sapa Indah.“Gimana kabarnya ni? Kok sepertinya sekarang jarang ke kantin?” lanjut Indah bertanya.“Ya begini ini …, Alhamdulillah baik. Kamu sendiri apa kabarnya?” jawab Eguh, lalu balik bertanya.“Lu bisa lihat sendiri kan kondisiku …, Alhamdulillah baik juga
Sore hari menjelang, pukul 16:20. Di sebuah kosan… BRAAKKK! Suara pintu kosan tertabrak sesuatu dari luar. Eguh, Andre, Baron, Heru, dan Alek yang lagi nyantai di ruang tengah sambil nonton TV. Tiba-tiba kaget mendengar suara gaduh akibat benturan dari sesuatu yang menabrak pintu kosan. “Lek, tolong lu cek ada apa diluar!” pinta mas Andre. Lalu segera Alek beranjak melangkah menuju keluar untuk mengecek apa yang terjadi di luar kosan. Namun ketika Alek membuka pintu kosan. Betapa terkejutnya dia melihat Jay sudah tergeletak di tanah dengan muka lebam penuh luka. Darah membasahi wajahnya. “JAYY …,” teriak Alek kaget. Eguh, Andre, Baron dan Heru yang mendengar teriakan Alek, langsung beranjak melangkah ke depan. “Bro, ada apa lu teriak-teriak!” ucap mas Andre agak berteriak kepada Alek. “Iya ne! seperti kagak ada kerjaan!” timpal mas
Keesokan harinya… Di pagi hari yang cerah, angin pagi berhembus sepoi. Burung-burung bernyanyi dengan kicauannya yang merdu. Mentari bersinar dengan senyum cerianya menyinari pagi. Rutinitas pagi hari yang selalu Eguh kerjakan, belajar dan bersih-bersih kamar. Terkadang dia juga ikutan memasak sarapan pagi dengan teman-teman kost lainnya. Setelah mengerjakan semua itu, barulah Eguh pergi mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Selesai sarapan Eguh pun berangkat ke sekolah seperti biasanya dengan berjalan kaki. Sesampainya di dalam kelas, Eguh segera berjalan menuju ke bangkunya yang berada di belakang. Setelah menaruh tas ranselnya diatas meja, dia pun duduk santai dan mengambil buku pelajarannya untuk jam pelajaran pertama di hari kamis. Sambil menunggu bel masuk Eguh pun meluangkan waktu untuk membaca novel karya Kahlil Gibran yang dipinjamnya di perpustakaan beberapa hari yang lalu. Dan saat sedang as
Hari berlalu, minggu berganti, tak terasa sudah dua minggu berlalu setelah Eguh putus dengan Indah. Dua minggu yang menguras hati dan pikiran sudah Eguh lalui dengan kesabaran dan keikhlasan. Bagaimana dia belajar untuk menenangkan hatinya dengan cara mengikhlaskan kepergian orang yang seharusnya pergi. Agar dia bisa move on dan kembali menjadi kepribadian yang ceria. Sehingga di masa depan dia bisa membuka hatinya untuk cinta yang lain. Rutinitas yang Eguh lalui seminggu kemarin pun lebih terasa semakin nyaman. Sehingga bisa membuatnya berdamai lagi dengan hatinya. Kini dirinya juga bisa kembali fokus dengan pelajaran di sekolahnya. Kini Eguh sudah tidak lagi merasa canggung ketika di kantin sekolah ngumpul dan ngobrol dengan Indah. Obrolan di antara Eguh dan Indah sudah terlihat lebih nyaman kembali, bahkan tak jarang juga mereka bercanda bersama. Eguh terlihat benar-benar sudah bisa move on dari sang mantan. Seiring be
Eguh melangkah berjalan menuruni tangga menuju ke lantai satu restoran. Saat Eguh melintasi lantai dua, tak sengaja Eguh melihat Indah dan ketiga sahabatnya sedang makan dan ngumpul. Lalu dengan rasa sedikit ragu dia menghampiri sang mantan yang sedang makan plus ngobrol santai dengan ketiga sahabatnya. “Hai semua …,” sapa Eguh ketika sudah berada di hadapan Indah dan ketiga sahabatnya. “Eh, Guh! Lagi ngapain ni?” sapa Erna agak terkejut dengan kehadiran mantan sahabatnya. Maklum aja, kalo mereka berempat sedang asyik ngobrol pasti tidak begitu peduli dengan situasi sekitar mereka. Indah yang membelakangi Eguh, tiba-tiba salah tinggakah saat sang mantan berdiri tepat di belakangnya. Lalu dia segera menoleh ke belakang. “Guh, kok kamu disini?” tanya Indah. “Iya Er! Ini aku lagi ada acara dengan teman-teman kosan. Gabung yuk?” ajak Eguh. “Kangen sama kamu yang pernah mengisi hatiku dengan keindahan cinta …,” goda Eguh ke Indah sambil sen
Dalam heningnya malam…Di kamar kost, terlihat Eguh terdiam dalam hening dan sunyi. dia memikirkan perubahan yang terjadi pada sang mantan. Dia seakan tak percaya dengan sikap sang mantan siang tadi di kantin sekolah. Situasi siang tadi di kantin sekolah, seakan telah membawa kembali kebahagiaan hati yang telah lama dinodai kegalauan.‘Aku kira dia tidak mau lagi mengenal diri ini yang hanya seorang anak penjual mie ayam. Tetapi tadi siang tidak! Saat aku melihatnya di kantin sekolah, dia malah memanggil dan mengajakku untuk gabung satu meja dengannya. Huffttt …, sepertinya berteman dengannya adalah pilihan terbaik buat kebersamaan kita!’ gumam Eguh dalam hati.Karena suntuk di dalam kamar, Eguh mencoba untuk bersantai di teras depan kamarnya. Sambil bersandar ke pagar tembok tepian teras bangunan lantai dua, dia bisa menikmati indahnya cahaya rembulan dan kerlip bintang-bintan