Share

Bab 252

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2025-07-09 09:08:55

Keduanya tertawa pelan. Tapi bukan karena lucu. Tapi karena mengerti satu hal: tak ada lagi basa-basi setelah malam ini.

Mereka telah saling memberi sinyal dan menetapkan batas serta aturan main tanpa perlu mengatakannya.

"Ohya, ada sesuatu untukmu."

Raina menyisipkan sesuatu ke tangan Yama. Bukan kartu nama. Tapi foto kecil—Dea sedang menggambar di teras, rambutnya tertiup angin.

Yama membekukan gerakannya.

Raina membisik, “Setiap orang punya titik lemah. Aku tidak akan menyentuhnya... selama kamu tidak menyentuhku lebih dulu.”

Lalu ia berbalik, melangkah pergi, meninggalkan jejak parfum mawar dan ancaman dalam satu tarikan napas.

Yama menatap foto itu lama. Lalu mengelusnya perlahan, tanpa emosi.

Satu hal yang Raina belum tahu: titik lemah bisa menjadi alasan untuk menghancurkan dunia… atau menyelamatkannya.

Dan Yama belum memutuskan akan menjadi yang mana. Mengancam dirinya seperti itu hanya a

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 262

    “Kamu tidak bisa lari,” bisik Yama sambil menatap istrinya yang tengah gelagapan."Satu tahun satu anak, prosesnya tiga kali sehari, bukan?"Dea memukul dada Yama dengan manja sekaligus kesal.“Setidaknya tunggu sampai aku sembuh betulan!”“Aku menunggu,” jawab Yama lembut. “Tapi tidak dengan sabar.”Dea kembali memukul pelan dada Yama. “Kamu… selalu bisa membuat orang jengkel!”Yama tertawa ringan, lalu membelai pipi Dea yang mulai memanas. “Tapi kamu tidak bisa menyangkal bahwa kamu suka aku seperti ini.”Dea menahan tawa, lalu menunduk. Ada perasaan bahagia yang perlahan tumbuh di dalam dadanya. Ucapan Yama tadi memang terdengar seenaknya, tapi di dalamnya tersembunyi satu hal yang selalu ia rindukan: harapan. Masa depan. Dan cinta."Aku sudah tidak tahan bila menatapmu seperti ini, Dea. Ini

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 261

    Langit malam menggantung tenang di atas atap vila. Di luar, angin meniupkan dedaunan pelan, dan suasana hening menyelimuti seluruh sudut rumah. Vila itu tertidur dalam sunyi, seolah memberi ruang bagi cinta yang mulai tumbuh kembali di antara dua hati yang dulu pernah saling menyakiti.Di dalam kamar, Dea sudah lebih dulu terlelap, tubuhnya meringkuk dalam selimut tipis. Di sebelah tempat tidur, boks bayi berdiri tenang, putri kecil mereka pun ikut tertidur nyenyak, sesekali mengeluarkan suara lembut yang nyaris tak terdengar.Pintu kamar terbuka perlahan, hampir tanpa suara. Yama masuk, masih mengenakan kemeja yang sebagian besar kancingnya terbuka, dasinya tergantung longgar di leher. Wajahnya lelah. Mata memerah karena bekerja seharian, namun begitu matanya menangkap sosok Dea di atas ranjang, sebuah senyum kecil muncul.Ia meletakkan tas kerjanya di sofa, melepas arloji dan ponsel tanpa suara, lalu berjalan pelan ke

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 260

    Dea lalu mengarahkan bayinya ke dadanya, dan dalam sekejap, mulut mungil itu menemukan sumber kehidupan. Hisapannya kuat meski belum sempurna. Dea terisak, kali ini bukan karena kesedihan… tapi karena kebahagiaan yang meluap begitu saja.Perasaan menjadi ibu sungguh nyata kini. Ada sesuatu yang lahir bersamaan dengan bayi itu—sebuah kekuatan baru, kasih tak terbatas, dan ikatan yang tak akan bisa direnggut siapa pun.Yama kembali melirik. Dan pemandangan di hadapannya menghentikan waktu dalam pikirannya: Dea, duduk di tempat tidur, menyusui bayi mereka dengan mata yang berkaca-kaca dan senyum kecil yang penuh cinta.“Aku belum pernah melihatmu secantik ini,” ucap Yama dengan suara nyaris berbisik.Dea menoleh, menatapnya dengan mata merah. “Jangan ganggu momen ini.”Yama tersenyum, lalu duduk di pinggir ranjang, dekat namun tidak menyentuh.

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 259

    "Karena kita sama-sama keras kepala," jawab Yama jujur.Dea menghela napas, lalu tiba-tiba berkata, “Cium aku.”Yama terdiam. Matanya membesar sedikit, ragu-ragu menatap perempuan di hadapannya. Ia ingin memastikan—apakah ini mimpi? Apakah ini luka yang sedang menguji?Tapi Dea tak berpaling. Tatapan itu serius. Lirih. Lelah. Namun tulus.“Untuk malam ini saja…” lanjutnya, “aku ingin percaya… bahwa cinta kita belum sepenuhnya mati.”Dan dengan hati-hati, Yama mengangkat tangannya, menyentuh pipi Dea dengan penuh kelembutan. Ibu jarinya menghapus air mata yang masih tertinggal di ujung kelopak mata Dea. Ia mendekat perlahan, memberi waktu bagi Dea untuk menarik kembali kata-katanya—jika memang itu hanya kerinduan sesaat.Tapi Dea tidak menjauh.Dan akhirnya… bibir mereka

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 258

    Malam turun perlahan, membawa angin lembut yang menyusup melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Vila tempat Dea disekap berada jauh dari kota—terpencil, sunyi, dan dijaga ketat.Di luar sana, dunia terus berjalan seperti biasa, tapi di ruangan ini, waktu seolah beku. Tidak ada suara lain kecuali detak jam dinding dan hembusan napas Dea yang teratur namun berat.Ia duduk bersandar di ranjang, selimut menutupi sebagian tubuhnya yang masih lemah. Sejak Yama mengizinkannya melihat putrinya pagi tadi—meski hanya sebentar—perasaannya campur aduk. Bayi kecil itu begitu mungil, berkulit merah muda, dengan mata yang tertutup rapat dan bibir mungil yang mengerucut pelan saat menangis.Tangan Dea masih gemetar saat mengingat detik-detik itu. Ia ingin menyentuh. Memeluk. Menyusui. Tapi semuanya dibatasi oleh satu kata: izin.Dan satu-satunya orang yang memegang izin itu… adalah Yama. 

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 257

    Fatih berdiri di depan kaca tinggi kantor Yama, menatap hamparan gedung pencakar langit yang berdiri angkuh di bawah sinar matahari siang. Tangannya mengepal di saku celana, rahangnya mengeras. Sudah dua hari penuh ia melacak jejak Dea, tapi semuanya buntu.Tidak ada CCTV rumah sakit. Tidak ada data keberangkatan. Bahkan saksi mata yang terakhir melihat Dea—seorang perawat tua—mengaku disumpah untuk diam.“Aku tahu dia ada di negara ini,” ujar Fatih tajam, menatap pria di depannya. “Dia melahirkan di sini. Tidak mungkin menghilang begitu saja.”Yama duduk tenang di belakang mejanya, jari-jarinya saling bertaut di atas map dokumen yang sengaja dibiarkan terbuka—pura-pura sibuk. Namun di balik sikap ramahnya, sorot mata Yama menyimpan sesuatu yang lebih gelap: Fatih adalah pria yang akan merebut Dea.“Aku bisa mengerti kekhawatiranmu, Fatih,” ujarnya dengan nada bersahabat yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status