Home / Romansa / Lady D Milik Sang Penguasa / Bab 68. Mencuri ciuman

Share

Bab 68. Mencuri ciuman

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2025-03-20 09:08:27

"Uangku terbatas, dan aku lebih milih buat beli makan malam daripada bayar ojek," katanya tegas.

Yama mengangguk-angguk, lalu tanpa peringatan, ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa lembar uang. "Nih, buat ojek."

Dea menatap uang itu dengan ekspresi horor. "Nggak! Aku nggak butuh belas kasihan!"

"Siapa yang bilang ini belas kasihan? Ini investasi."

"Investasi apa?"

"Investasi biar kamu nggak terlibat drama lain di tengah jalan dan bikin aku kena masalah."

Dea mengerang frustasi. "Aku nggak akan terlibat drama lagi selama kamu tidak ada di sekitarku! Sudahlah, aku naik bus saja."

Yama hanya mengangkat bahu. "Oke, terserah kamu. Aku sih tetap di sini sampai busnya datang."

"Kenapa?"

"Karena aku baik hati." Ia tersenyum lebar.

"Dan aku ingin dekat-dekat denganmu." Yama mengatakan

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 185

    Frans menelan ludah. Tenggorokannya tercekat. Ia sendiri tidak yakin lagi dengan kata-katanya. Yang ia tahu, pelukan Elsa tadi terasa berbeda. Ada kelembutan yang juga membuatnya merasa dibutuhkan. Tubuh Elsa yang menjadi candu baginya. Awalnya memang hanya pelampiasan kekesalan semata, tapi saat ini... dengan kondisi wanita itu sudah memberikan anak dalam rahimnya.Sungguh tidak mungkin dia mengabaikan wanita itu, terutama saat ini. Apa pun alasannya.Tapi Dea... Dea adalah wanita yang ia kejar sejak lama, yang tak pernah benar-benar menjadi miliknya.“Kamu mulai mencintainya, bukan?” ulang Dea, lirih namun tajam.Frans tidak menjawab.Dan ketidakjawaban itu terasa lebih menyakitkan daripada pengakuan apa pun.Dea menarik napas panjang, lalu duduk lebih tegak. “Kalau kamu mencintainya... kenapa kamu tidak melepaskanku saja?” ia menatap Frans lurus.“Aku akan kemb

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 184

    Lampu remang menyinari ruangan. Dea terlihat tertidur dengan selimut membungkus tubuhnya. Nafasnya teratur, wajahnya damai meskipun sedikit pucat.Frans melangkah pelan, berdiri di sisi ranjangnya, menatap lama, namun memilih tak membangunkannya. Ia hanya menarik selimut lebih rapi, membetulkan letak gelas air minum, dan menghela napas."Maafkan aku... sebentar saja dan aku akan kembali," bisiknya, lalu meninggalkan ruangan.Langkahnya menuju kamar Elsa.Di depan pintu, dua pengawal masih berjaga. Ia menghentikan langkah dan bertanya dengan suara pelan namun berwibawa, “Bagaimana hari ini?”Salah satu pengawal menjawab dengan cepat, “Semua terkendali, Paduka. Tidak ada insiden besar. Nona Elsa tidak keluar dari kamar sama sekali. Hanya meminta kami menyampaikan buah untuk Nyonya Dea, sebagai bentuk itikad baik.”Frans mengangguk pelan. “Kirim

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 183

    “Aku sudah cukup kuat. Aku bisa istirahat di rumah,” jawab Dea tegas. “Kalau Elsa masih ada di rumah sakit ini, aku tidak bisa tenang.”Frans tampak tertekan. Ia menatap Dea lama, lalu menghela napas panjang.“Baiklah,” katanya akhirnya. “Tapi tidak hari ini. Malam ini kamu harus observasi satu kali lagi untuk tekanan darah dan detak jantung janin. Kalau semuanya stabil… besok pagi... aku akan jemput kamu sendiri.”Dea diam sesaat, lalu mengangguk.“Besok pagi. Jangan ada penundaan lagi.”Frans mengangguk pelan.Namun dalam hatinya, ia tahu… jika Elsa terus mengganggu, ia harus memilih dengan lebih tegas. Sebelum Dea benar-benar pergi. Bukan dari rumah sakit.Tapi dari hidupnya.Malam harinya, petir menyambar langit malam, menggetarkan jendela r

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 182

    Ia sadar sepenuhnya. Pikirannya berisik, hatinya sesak. Hanya tubuhnya saja yang diam, pura-pura lemah agar Frans tak mencium gejolak luka yang sedang menyala-nyala di dalam dirinya.Frans duduk di sisi ranjang. Ia mengamati wajah Dea yang tenang dalam tidur pura-pura itu. Nafas wanita itu teratur, mungkin terlalu teratur. Tapi Frans tidak menyadarinya. Dia justru menghela napas panjang, lalu menyentuh rambut Dea yang terurai di bantal."Maafkan aku," bisiknya pelan, nyaris tak terdengar. “Aku hanya ingin melindungimu… Memiliki dirimu seutuhnya.”Dea menahan diri untuk tidak membuka mata. Kata-kata itu… kosong. Dia tahu. Itu bukan tentang perlindungan, bukan tentang cinta. Frans hanya ingin menjadi pemenang dalam sebuah pertandingan diam-diam antara dirinya dan Yama.Dia ingin memiliki Dea, wanita yang dicintai sahabatnya.Dan itu, menurut Dea, adalah be

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 181

    Dea masih belum sepenuhnya percaya. Namun ketika ketukan berikutnya di pintu kamarnya datang dan yang masuk hanyalah perawat muda dengan wajah ramah—bukan Elsa—ia tahu Frans menepati janjinya."Mudah-mudahan," sahutnya singkat.Frans membelai rambutnya lembut, "Beristirahatlah, Sayang. Aku akan mengunjungimu nanti sesudah memberesi beberapa hal dalam pekerjaanku di kantor."Frans memberikan sebuah kecupan di keningnya dengan penuh kasih sayang.Untuk pertama kalinya, Dea mengizinkan dirinya tersenyum tipis. Ia masih harus berhati-hati, tentu saja. Tapi setidaknya, untuk malam ini, ia bisa tidur tanpa mendengar napas licik dari balik dinding.Pangeran Frans ingin berangkat kerja sesudahnya. Namun, sore yang teduh kembali berubah mendung di mata Dea.Baru saja pria itu hendak berdiri meninggalkan Dea, dan baru saja Dea mulai bernapas sedikit lega setelah mengetahui bahwa Elsa dipindah

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 180

    Dea langsung bangkit, meski tangannya masih terikat selang infus. “Dan kau pikir aku melakukan ini lagi, Pangeran?” tanyanya, nyaris tak percaya.Frans menatap ke sekeliling. Jus tercecer, pecahan kaca di lantai, dan Elsa yang berdiri di dekat ranjang Dea.“Dea, aku tahu kamu sedang tidak stabil. Mungkin kamu lelah. Tapi tolong, jaga dirimu. Jangan biarkan emosi menguasai.”Wajah Dea pucat. Bukan karena sakit. Tapi karena dihianati—lagi. Dea tertawa miris."Elsa, kamu pikir semua orang itu bodoh ya."Elsa pura-pura menenangkan. “Sudah, sudah. Aku yang salah, Pangeran Frans. Jangan marahi Dea. Dia hanya butuh ketenangan.”Kalimat itu seperti paku terakhir di peti nalar Dea. "Cuih!"“Frans, apakah kamu tidak sadar? Dia sedang membunuhku perlahan dengan kata-kata manis di depan orang lain…”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status