Galang mengirimkan pesan teks bahwa dia akan pergi ke kelasnya. Kania akan memperjelas semua hal hari ini dan akan memutuskan hubungannya dengan Galang.
Keputusan ini sudah ia pikirkan sejak dua hari sebelumnya. Kania juga sudah menceritakan hal ini pada sahabatnya, Fara. Sekarang mereka berdua berada di kelas menunggu si bajingan Galang datang. "Gue dukung lo, pokonya lu harus putusin dia! Jangan dengerin penjelasannya, oke?" Dukungan Fara membuat Kania semakin yakin. Toh dari dulu juga dia merasa curiga, cuma belum sampai dilihat depan mata aja kelakuan busuknya. Fara duduk di bangku paling belakang dan melihat Galang masuk ke kelasnya, menghampiri Kania. Galang duduk di bangku yang bersebelahan dengan Kania. "Kamu kenapa gak bales chat aku dari dua hari kemarin? Aku khawatir, tau!" Kania menatap Galang malas. "Stop, Lang, gak usah munafik." Ucapan kasar yang dilontarkan Kania secara tiba-tiba membuat Galang merasa bingung dan kesal. Galang masih terdiam, dan Kania sudah beranjak dari duduknya dan menampar pipi kiri Galang. "Bangsat!" Galang merasa tidak terima ditampar begitu saja, padahal dia tidak tahu apa-apa. "Kenapa sih?! Tiba-tiba lu tampar? Gue salah apa!" Galang terlihat marah. Mendengar ucapan Galang yang begitu munafik membuat Kania menggelengkan kepalanya, tak habis pikir. Kania menunjukkan sebuah foto di mana ada Galang bersama Saskia sedang bermesraan di event figure action yang ia kunjungi juga. Terlihat di foto itu Saskia tengah disuapi es krim oleh Galang. Melihat foto itu, Galang terdiam sejenak. "Apa? Maksud lo gue selingkuh? Gak usah mikir aneh-aneh deh!" Galang terlihat tidak bersalah seperti orang yang tidak melakukan apa pun. Galang menghela napas dan meraih pergelangan tangan Kania. "Sayang, plis, dengerin aku. Aku sama Saskia gak ada apa-apa... Kamu kan tahu dia itu anak dari bosnya bokap aku, aku gak bisa apa-apa... Lagian aku cuma nemenin dia belanja." Kania tidak menghiraukan penjelasan Galang dan langsung menepiskan tangannya. "Gue muak sama lo. Kita putus! Dah jelas-jelas lu berdua selingkuh! Sialan." Kania hendak berjalan pergi, tapi Galang menarik tangannya. Fara segera menghampirinya dan melepaskan tangan Galang dari Kania. "Woi, lu gak denger?? Dia bilang 'putus'! Gak punya harga diri lo? Pergi sana! Bajingan." Ucapan Fara sangat pedas dan melukai harga diri Galang. Galang pun pergi begitu saja dari sana. Fara menghela napas lega. "Lupakan aja! Kita ke kantin, pokoknya lo harus bisa move on dan biarin aja si murahan sama si bajingan." Ucapan Fara yang terang-terangan menyebut mereka dengan panggilan rendahan membuat Kania merasa lebih baik. "Ayo." Sesampainya di kantin, Fara dan Kania berjalan membawa nampan masing-masing yang sudah terisi makanan. Tak sengaja mereka berpapasan dengan Saskia yang berjalan seorang diri ke arah tempat makan. Fara menyenggol lengan Saskia dengan nampan yang berisi sop ayam. Saskia terkejut saat mendapati lengan bajunya basah. Fara segera mengubah mimik wajahnya khawatir dan kesal secara bersamaan. "Loh, Kia, kalau jalan liat-liat apa, duh... kan jadinya baju lo juga ikut kotor. Maaf ya, gue juga gak bisa apa-apa karena itu salah lo sendiri." Saskia menatap Fara kesal, tapi ia terpaksa tersenyum dan mengiyakannya. Di sini Saskia terlihat seperti orang bodoh dan menyedihkan, membuat Kania diam-diam tersenyum. Tapi dia juga menjaga image sebagai orang baik. "Nih tisu, lap, Sas, nanti makin merambat airnya, awas kena rambut lo," saran Kania sambil tersenyum, membuat Saskia merasa grogi. Dia pun pergi setelah mengambil tisunya. Kania dan Fara lanjut menyantap makanan dengan hikmah. Fara bisa merasakan bahwa temannya ini masih terlihat galau, membuat dia hanya bisa menghela napas. "Mau permen gak? Makan permen bisa bikin mood lo jadi lebih baik." Kania melihat seseorang yang baru saja duduk di sebelahnya, ternyata itu Zaki. Kania tersenyum tipis dan menerima permennya. "Thanks." Fara yang melihat interaksi mereka membuat Fara tersenyum sendiri. Ternyata temannya ini sudah punya cadangan hebat sekali, pikirnya. Fara tidak perlu terlalu menghawatirkan Kania. "Seminggu lagi kita bakal ujian, lo pada udah belajar?" Tanya Fara sambil menyantap makanannya. "Udah dong," jawab Zaki dengan percaya diri, sedangkan Kania hanya menggeleng lesu. Fara menatap Zaki dengan remeh. "Lu belajar apa?" Zaki menghela napas. "Eh, Far, lo gak tau emang kalau gue murid terpintar di sekolah kita?!" Syok Zaki, ekspresi tidak terelakkan. "Yang ter narsis!" Sanggah Fara dan Kania secara bersamaan dan tertawa melihat ekspresi Zaki menyedihkan. Kania berjalan ke luar gerbang sekolah untuk menunggu mamanya menjemput. Saat Kania sedang menunggu kedatangan mamanya, Galang keluar dari gerbang sekolah bersama Saskia. Sekarang mereka sangat terang-terangan, padahal Galang baru saja putus dengan Kania tidak sampai sehari. Di saat seperti ini, Kania hanya bisa mengabaikan semua rasa sakitnya. Dia sudah bersungguh-sungguh untuk tidak mengharapkan sesuatu lagi pada orang seperti Galang. Keesokan harinya di sekolah, Kania bertemu dengan Saskia dan teman-temannya saat berada di toilet. Saskia mendekati Kania yang sedang mencuci tangannya. "Kania... Kania menyedihkan banget sih lo!" Ucap Saskia sambil menatap Kania tidak suka. Namun, Kania sama sekali tidak menghiraukan keberadaannya. Sampai temannya ikut mencemooh. "Kasihan banget si lo dicampakkin gitu aja. Jelas si cantikan temen gue dari pada lo! Pasti Galang lebih milih temen gue lah!" Kania menatap teman Saskia remeh. "Biasa aja, gak ngerasa dicampakkin. Galang bukan apa-apa buat gue. Cocok kan sama temen lo karena sama-sama murah!" Ucap Kania membalas perkataannya lalu pergi meninggalkan mereka. Akhir-akhir ini Saskia selalu mencari kesempatan untuk menindasnya. Walaupun Kania berhasil membela diri, bagaimana pun setelah itu moodnya jadi tiba-tiba hancur gara-gara perkataan Saskia dan teman-temannya seperti sekarang ini. Zaki yang sedang berjalan santai tak sengaja melihat Kania yang sedang berjalan ke arah bangku panjang yang berada dekat pohon yang teduh dan kania beberapa kali menghela napas, hal itu membuat Zaki tertarik menghampirinya. "Hai," sapaan Zaki membuat lamunan Kania buyar. "Eh, Zak? Ngapain kesini?" Kania melihat Zaki duduk di sampingnya. Zaki tersenyum ke arahnya. "Lo masih mikirin si Galang?" Kania terlihat terdiam sejenak lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Gak mungkin lah! Udah bukan urusan gue lagi." Zaki mengangguk paham dan mengambil permen warna-warni di sakunya. "Nih buat lo, gue jamin makan permen bikin suasana hati lo lebih baik." Kania menerima dengan senang hati. Zaki terlihat manis saat memberikan kepedulian terhadap Kania. Kania juga mulai merasakan desiran ombak dalam hatinya saat bersama dengan Zaki. Aku melihat seekor kucing yang berjalan ke arah kami. Aku mencoba memanggil kucingnya, tapi dia mengabaikan aku. Zaki yang melihat itu berinisiatif untuk mengambilnya. "Hai, imut!" Sapa Kania pada kucing yang berada di pangkuan Zaki. Zaki mencium bau tidak enak dari kucing yang ia gendong. "Eh, kamu ke cium bau-bau gitu gak?" Tanya Zaki untuk memastikan, membuat Kania mengendus udara. Dan saat gilirannya mengendus ke arah kucing di pangkuan Zaki, ia mengernyit. "Huek!" "Ini bau dari kucingnya gak sih?" Tanya Kania dan menjauh dari Zaki. "Beneran? Ihh," Zaki melepaskan kucing itu dan mencium tangannya. "Huek!" Zaki hampir saja muntah menciumnya dari tangannya. "Bau" Zaki hampir saja meneteskan air mata. Ia langsung berlari ke arah toilet untuk mencuci tangannya. Sedangkan Kania menahan tawa dalam hatinya, sampai Zaki pergi dari sana. "Ihh, jijik sekali, wkwk." Kania terbahak-bahak. Tawanya terhenti karena perutnya terasa sakit. Ia merinding ngeri saat melihat kucing yang dipangku oleh Zaki tadi. Kania lari ke arah toilet. "Zaki! Ki?! Hilang gak bau nya?" Tanya Kania dari luar, terdengar oleh Zaki. "Dikit lagi! Bau banget!" Mendengar hal itu, Kania langsung pergi ke warung untuk membelikan sabun mandi dan susu kotak. Kania kembali setelah membeli sabunnya. "Ki! Nih, pake sabun!" Mendengar itu, Zaki pun mengambilnya dengan mengeluarkan sebelah tangannya dan mengambil sabun itu.Selang beberapa menit, Zaki keluar. Dia terlihat menghela napas lega. Kania memberikan tisu, lalu Zaki menerimanya."Buat lo, biar gak mual," ucap Kania sambil menyerahkan sekotak susu rasa vanila, membuat Zaki tersenyum dan menerimanya."Thanks." Waktu pulang pun tiba. Hari ini Kania pulang bersama Zaki atas ajakannya.Sedangkan Fara hari ini dia ada ekstrakurikuler, jadi tidak bisa pulang lebih awal bersama Kania."Far, gue duluan ya, bye!" Pamit Kania pada Fara yang sedang membereskan buku-bukunya.Kania berdiri menunggu kedatangan Zaki. Tak lama kemudian, lelaki itu datang dengan tas gendongnya."Hai," Kania menoleh ke arah suara dan melihat Zaki. Kania mengangguk dan berjalan ke arah parkiran motor, tapi tiba-tiba langkah Zaki terhenti."Eh, bentar!" Raut wajah Zaki membuat Kania penasaran. "Kenapa?" "Kunci motor gue ketinggalan, tunggu dulu ya, nih, bantu gue pegangin HP ama tas dulu, thanks."Zaki pun segera pergi kembali ke kelasnya. Kania menghela napas menyaksikan keceroboha
"Gue duluan, bro, ada yang harus gue urus," pamit Zaki, mengambil sweater nya dan keluar dari tempat itu.Saat Zaki berjalan ke arah mobilnya, tiba-tiba sesuatu yang keras menghantam tengkuknya keras, membuat Zaki kehilangan kesadarannya. Itu adalah perbuatan Galang."Cepet masukin ke mobilnya," perintah Galang pada Saskia dan satu perempuan lainnya. Mereka pun berhasil memasukkan Zaki ke dalam mobil dan mendudukkannya.Gadis yang menemani Saskia pun masuk dan duduk bersebelahan dengan Zaki. "Lu acak rambutnya, Shel," perintah Saskia.Ia juga mengoleskan jejak lipstik di pipi dan di bibir Zaki. "Mantap, sekarang lu pose, lagi ciuman sama dia.""Kepalanya agak miring kan, cium beneran aja ah lama!" Ucap Saskia membuat Shella tersenyum malu.Shella adalah cewe yang menjadikan Zaki sebagai crush nya. Tak disangka dia mempunyai kesempatan untuk menciumnya.Crak! "Wih mantap, tinggal dikirim," sahut Galang. Tiba-tiba seorang supir dari keluarga Zaki datang untuk mengecek."Sedang apa kalia
Hari seleksi akhir wawancara pun tiba arya dengan stelan hitam dan kemeja coklatnya menambah kesan elegan dan memukau.Wawancara pun segera dimulai dari perkenalan dan beberapa pertanyaan pada masing-masing kandidat. Ada sekitar 12 orang yang terpilih.Para kandidat duduk berjajar dan berhadapan dengan para tokoh penting seperti manajer dan presdir.Ada sedikit hal yang menarik saat setiap orang sedang memerhatikan keberlangsungan acara.Tapi perhatian Arya sepenuhnya diberikan kepada seorang perempuan berambut cokelat yang duduk di tengah-tengah kandidat lain.Arya menatapnya dengan tatapan tajam layaknya predator yang sedang memperhatikan mangsanya. Pergerakan Kania tidak akan luput dari penglihatannya.Perempuan berambut cokelat yang tergerai indah itu adalah Kania, teman semasa SMA, teman yang beberapa tahun lalu begitu ia nanti kepulangannya dan berharap bisa bertemu lagi.Arya berdecak kesal, membuat beberapa orang menatap cemas ke arahnya. Sebenarnya apa ada yang salah? Apa ada
Karna itu bukan hal yang wajib untuk ia hadiri. Sambutan dari Bu Manajer dan ketua HRD dengan senang hati Kania dan Tarisa menerimanya dengan penuh rasa terima kasih. Ketua tim HRD mempersilakan Kania dan Tarisa untuk memberi sambutan. Tarisa berbicara terlebih dahulu. Dari penampilannya, ia terlihat elegan, terpancar dalam dirinya. "Terima kasih atas sambutan hangat dari tim. Saya Tarisa Yuliani, senang bergabung dengan perusahaan ini dan berharap dapat berkontribusi dalam tim." Sekarang adalah giliran Kania untuk memberi sambutan. Ia sedikit mengambil langkah maju dan membungkukkan diri sejenak. "Halo semua, saya Kania." "Saya sangat senang bergabung dengan tim ini dan berharap dapat belajar serta berkembang bersama." Pembawaan Kania yang santai dan tenang membuat beberapa orang mengaguminya, karena pertama kali kerja sebagai pemula, dia terlihat berbakat dan bisa beradaptasi dengan mudah. Acara sambutan pun selesai. Semua karyawan sudah kembali fokus pada pekerjaannya.
Kania menghampiri meja Tarisa. "Pekerjaanmu belum selesai ya?" tanya Kania, dan dibalas dengan anggukan lesu. "baru di hari pertama, tapi kepala ku sudah ingin meledak," ucap Tarisa terdengar sangat miris dan menyedihkan. "Hmm... ini soal coding ya? Kayaknya lo bisa tekan ini deh..." Tarisa mengikuti arahan Kania. "Berhasil!" seru Tarisa membuat Kania ikut senang. "Bisa gitu lo? Keren-keren." Tarisa mengacungkan jempol. "Pernah belajar dikit itu mah." Mereka berdua terlihat asik, untungnya mereka hanya berdua saja yang ada di ruangan ini karena sebagian dari mereka pergi meeting dan pulang. "Lo mau pulang sekarang?" tanya Tarisa sambil menyeruput kopinya. "Iya, yaudah ya, gue pulang dulu, bye-bye," pamit Kania seraya berjalan pergi dari sana. Satu jam telah berlalu, akhirnya Tarisa sudah menyelesaikan pekerjaannya. "Akhirnya selesai setelah mengorbankan setengah akal sehat."Lagi-lagi kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar sangat berlebihan. Seseorang berjalan menghampir
Kania meneteskan air matanya pilu. "Mama... Kania harus cepet-cepet lunasin hutang-hutang keluarga kita, sebelum Kania benar-benar pergi." Gumam Kania seraya menyimpan selembar kertas itu ke dalam tasnya. Kania hanya mengambil cuti selama 3 hari. Dia akan tetap bekerja keras demi melunasi hutang keluarganya. Setelah kepergian sang ayah, perekonomian Kania dan mamanya lama-lama memburuk. Para kerabat tidak begitu peduli pada mereka. Apalagi waktu itu Kania bersikeras ingin kuliah demi kehidupan yang lebih baik. Tapi hal itu juga menyebabkan hutang-hutang yang semakin membesar. Dan umur mamanya yang sudah tidak muda lagi membuat Kania semakin kesulitan. Kania mengerjakan pekerjaannya yang tertunda beberapa hari lalu. Badannya lemas pagi tadi, dia tidak sempat sarapan karena bangun terlalu siang. Arya menatap Kania dari kejauhan, tatapannya terlihat khawatir. Tapi dia sama sekali tidak berniat untuk menghampiri dan menanyakan kondisi wanita itu. "Nanti juga sembuh lagi," gum
"Tapi saya juga sambil beker-"ucapan kania sengaja di sela oleh arya "Tidak ada tapi-tapi yang punya perusahaan ini adalah saya bukan anda, mulai sekarang lanjutkan perkejaan mu dengan baik." Ketus nya lalu pergi dengan angkuh, membuat Kania semakin bad mood dan segera menghentikan aktivitas mengunyah permen "Dasar bos songong!" Umpat kania pelan namun entah kenapa kania merasa arya mendengar nya karna setelah mengucapkan umpatan itu kania mendengar suara gebrakan yang berasal di ruangan arya.Kania memilih menutup mulut nya rapat - rapat dan segera menyelesaikan pekerjaan, waktu berlalu hingga setengah jam kania masih berkutat dengan berkas-berkas nya "semangat, 5 tumpukan lagi.." gumam nya menyemangati diri sendiri Arya keluar dari ruangan nya dan menghampiri kania "ekhem." Arya mencoba mengambil perhatian kania tapi kania terlihat fokus pada berkas-berkasnya"Ekhem!" Arya memasang wajah datar melihat kania yang masih berkutat tak mengalihkan perhatian nya Plak!Arya menggebrak m
Pagi hari yang cerah, para siswa dan siswi SMA Negeri 1 Bandung bersiap untuk memulai pembelajaran mereka. Bu Sarah, selaku penghimpun mata pelajaran Bahasa Indonesia, jam pertama di kelas 12 MIPA 2. Pembelajaran mereka dimulai dengan khidmat dan penuh ketenangan sampai kedua sejoli yaitu Mahesa dan Zaki, datang mendobrak pintu kelas. Mahesa dan Zaki mendobrak pintu dengan keras dan mematung setelah melihat Bu Sarah yang sedang mengajar dan menatap mereka berdua dengan tatapan tajam. Mahesa dan Zaki menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Selamat pagi, Bu Sarah cantik," celetuk mereka berdua. Memang Mahesa dan Zaki terkenal nakal dan penuh drama di kelas 12 MIPA 2. Bu Sarah mengambil penggaris sepanjang kedua kaki mereka, sangat panjang. "Dari mana aja kalian berdua?" Pertanyaan penuh penekanan Bu Sarah mengintimidasi. "Anu, Bu..." Mahesa menatap Bu Sarah dengan takut. Seisi kelas terasa tegang sampai kepada Zaki yang mengeluarkan trik Mokondo-nya. "Bu, ini seikat bunga untuk
"Tapi saya juga sambil beker-"ucapan kania sengaja di sela oleh arya "Tidak ada tapi-tapi yang punya perusahaan ini adalah saya bukan anda, mulai sekarang lanjutkan perkejaan mu dengan baik." Ketus nya lalu pergi dengan angkuh, membuat Kania semakin bad mood dan segera menghentikan aktivitas mengunyah permen "Dasar bos songong!" Umpat kania pelan namun entah kenapa kania merasa arya mendengar nya karna setelah mengucapkan umpatan itu kania mendengar suara gebrakan yang berasal di ruangan arya.Kania memilih menutup mulut nya rapat - rapat dan segera menyelesaikan pekerjaan, waktu berlalu hingga setengah jam kania masih berkutat dengan berkas-berkas nya "semangat, 5 tumpukan lagi.." gumam nya menyemangati diri sendiri Arya keluar dari ruangan nya dan menghampiri kania "ekhem." Arya mencoba mengambil perhatian kania tapi kania terlihat fokus pada berkas-berkasnya"Ekhem!" Arya memasang wajah datar melihat kania yang masih berkutat tak mengalihkan perhatian nya Plak!Arya menggebrak m
Kania meneteskan air matanya pilu. "Mama... Kania harus cepet-cepet lunasin hutang-hutang keluarga kita, sebelum Kania benar-benar pergi." Gumam Kania seraya menyimpan selembar kertas itu ke dalam tasnya. Kania hanya mengambil cuti selama 3 hari. Dia akan tetap bekerja keras demi melunasi hutang keluarganya. Setelah kepergian sang ayah, perekonomian Kania dan mamanya lama-lama memburuk. Para kerabat tidak begitu peduli pada mereka. Apalagi waktu itu Kania bersikeras ingin kuliah demi kehidupan yang lebih baik. Tapi hal itu juga menyebabkan hutang-hutang yang semakin membesar. Dan umur mamanya yang sudah tidak muda lagi membuat Kania semakin kesulitan. Kania mengerjakan pekerjaannya yang tertunda beberapa hari lalu. Badannya lemas pagi tadi, dia tidak sempat sarapan karena bangun terlalu siang. Arya menatap Kania dari kejauhan, tatapannya terlihat khawatir. Tapi dia sama sekali tidak berniat untuk menghampiri dan menanyakan kondisi wanita itu. "Nanti juga sembuh lagi," gum
Kania menghampiri meja Tarisa. "Pekerjaanmu belum selesai ya?" tanya Kania, dan dibalas dengan anggukan lesu. "baru di hari pertama, tapi kepala ku sudah ingin meledak," ucap Tarisa terdengar sangat miris dan menyedihkan. "Hmm... ini soal coding ya? Kayaknya lo bisa tekan ini deh..." Tarisa mengikuti arahan Kania. "Berhasil!" seru Tarisa membuat Kania ikut senang. "Bisa gitu lo? Keren-keren." Tarisa mengacungkan jempol. "Pernah belajar dikit itu mah." Mereka berdua terlihat asik, untungnya mereka hanya berdua saja yang ada di ruangan ini karena sebagian dari mereka pergi meeting dan pulang. "Lo mau pulang sekarang?" tanya Tarisa sambil menyeruput kopinya. "Iya, yaudah ya, gue pulang dulu, bye-bye," pamit Kania seraya berjalan pergi dari sana. Satu jam telah berlalu, akhirnya Tarisa sudah menyelesaikan pekerjaannya. "Akhirnya selesai setelah mengorbankan setengah akal sehat."Lagi-lagi kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar sangat berlebihan. Seseorang berjalan menghampir
Karna itu bukan hal yang wajib untuk ia hadiri. Sambutan dari Bu Manajer dan ketua HRD dengan senang hati Kania dan Tarisa menerimanya dengan penuh rasa terima kasih. Ketua tim HRD mempersilakan Kania dan Tarisa untuk memberi sambutan. Tarisa berbicara terlebih dahulu. Dari penampilannya, ia terlihat elegan, terpancar dalam dirinya. "Terima kasih atas sambutan hangat dari tim. Saya Tarisa Yuliani, senang bergabung dengan perusahaan ini dan berharap dapat berkontribusi dalam tim." Sekarang adalah giliran Kania untuk memberi sambutan. Ia sedikit mengambil langkah maju dan membungkukkan diri sejenak. "Halo semua, saya Kania." "Saya sangat senang bergabung dengan tim ini dan berharap dapat belajar serta berkembang bersama." Pembawaan Kania yang santai dan tenang membuat beberapa orang mengaguminya, karena pertama kali kerja sebagai pemula, dia terlihat berbakat dan bisa beradaptasi dengan mudah. Acara sambutan pun selesai. Semua karyawan sudah kembali fokus pada pekerjaannya.
Hari seleksi akhir wawancara pun tiba arya dengan stelan hitam dan kemeja coklatnya menambah kesan elegan dan memukau.Wawancara pun segera dimulai dari perkenalan dan beberapa pertanyaan pada masing-masing kandidat. Ada sekitar 12 orang yang terpilih.Para kandidat duduk berjajar dan berhadapan dengan para tokoh penting seperti manajer dan presdir.Ada sedikit hal yang menarik saat setiap orang sedang memerhatikan keberlangsungan acara.Tapi perhatian Arya sepenuhnya diberikan kepada seorang perempuan berambut cokelat yang duduk di tengah-tengah kandidat lain.Arya menatapnya dengan tatapan tajam layaknya predator yang sedang memperhatikan mangsanya. Pergerakan Kania tidak akan luput dari penglihatannya.Perempuan berambut cokelat yang tergerai indah itu adalah Kania, teman semasa SMA, teman yang beberapa tahun lalu begitu ia nanti kepulangannya dan berharap bisa bertemu lagi.Arya berdecak kesal, membuat beberapa orang menatap cemas ke arahnya. Sebenarnya apa ada yang salah? Apa ada
"Gue duluan, bro, ada yang harus gue urus," pamit Zaki, mengambil sweater nya dan keluar dari tempat itu.Saat Zaki berjalan ke arah mobilnya, tiba-tiba sesuatu yang keras menghantam tengkuknya keras, membuat Zaki kehilangan kesadarannya. Itu adalah perbuatan Galang."Cepet masukin ke mobilnya," perintah Galang pada Saskia dan satu perempuan lainnya. Mereka pun berhasil memasukkan Zaki ke dalam mobil dan mendudukkannya.Gadis yang menemani Saskia pun masuk dan duduk bersebelahan dengan Zaki. "Lu acak rambutnya, Shel," perintah Saskia.Ia juga mengoleskan jejak lipstik di pipi dan di bibir Zaki. "Mantap, sekarang lu pose, lagi ciuman sama dia.""Kepalanya agak miring kan, cium beneran aja ah lama!" Ucap Saskia membuat Shella tersenyum malu.Shella adalah cewe yang menjadikan Zaki sebagai crush nya. Tak disangka dia mempunyai kesempatan untuk menciumnya.Crak! "Wih mantap, tinggal dikirim," sahut Galang. Tiba-tiba seorang supir dari keluarga Zaki datang untuk mengecek."Sedang apa kalia
Selang beberapa menit, Zaki keluar. Dia terlihat menghela napas lega. Kania memberikan tisu, lalu Zaki menerimanya."Buat lo, biar gak mual," ucap Kania sambil menyerahkan sekotak susu rasa vanila, membuat Zaki tersenyum dan menerimanya."Thanks." Waktu pulang pun tiba. Hari ini Kania pulang bersama Zaki atas ajakannya.Sedangkan Fara hari ini dia ada ekstrakurikuler, jadi tidak bisa pulang lebih awal bersama Kania."Far, gue duluan ya, bye!" Pamit Kania pada Fara yang sedang membereskan buku-bukunya.Kania berdiri menunggu kedatangan Zaki. Tak lama kemudian, lelaki itu datang dengan tas gendongnya."Hai," Kania menoleh ke arah suara dan melihat Zaki. Kania mengangguk dan berjalan ke arah parkiran motor, tapi tiba-tiba langkah Zaki terhenti."Eh, bentar!" Raut wajah Zaki membuat Kania penasaran. "Kenapa?" "Kunci motor gue ketinggalan, tunggu dulu ya, nih, bantu gue pegangin HP ama tas dulu, thanks."Zaki pun segera pergi kembali ke kelasnya. Kania menghela napas menyaksikan keceroboha
Galang mengirimkan pesan teks bahwa dia akan pergi ke kelasnya. Kania akan memperjelas semua hal hari ini dan akan memutuskan hubungannya dengan Galang. Keputusan ini sudah ia pikirkan sejak dua hari sebelumnya. Kania juga sudah menceritakan hal ini pada sahabatnya, Fara. Sekarang mereka berdua berada di kelas menunggu si bajingan Galang datang. "Gue dukung lo, pokonya lu harus putusin dia! Jangan dengerin penjelasannya, oke?" Dukungan Fara membuat Kania semakin yakin.Toh dari dulu juga dia merasa curiga, cuma belum sampai dilihat depan mata aja kelakuan busuknya.Fara duduk di bangku paling belakang dan melihat Galang masuk ke kelasnya, menghampiri Kania. Galang duduk di bangku yang bersebelahan dengan Kania."Kamu kenapa gak bales chat aku dari dua hari kemarin? Aku khawatir, tau!" Kania menatap Galang malas. "Stop, Lang, gak usah munafik."Ucapan kasar yang dilontarkan Kania secara tiba-tiba membuat Galang merasa bingung dan kesal. Galang masih terdiam, dan Kania sudah beranjak
Melihat reaksi bundanya, Zaki menghentikan makannya dan minum. "Udah, nanti aja makanannya Bun. Bun, kalo aku punya temen terus dia tukang selingkuh gimana?" Bundanya mengernyit, "Temen kamu ada yang suka selingkuh?"Zaki menjelaskan situasinya pada bundanya. Bundanya memberikan pendapatnya, "Selingkuh kan perbuatan ga baik, nanti kalo nular sama anak Ibu gimana? Masih banyak orang baik yang bisa dijadikan teman."Zaki sedikit berpikir lalu mengangguk. "Temen kaya gitu dibuang aja, kalo cewe yang diselingkuhin sama temenku, aku wajar ga ngerasa bersalah, Bun?" Bundanya sedikit berpikir, "Bersalah gimana sayang? Kamu kan ga buat jahat sama cewe temenmu."Zaki menjelaskan perasaannya, "Cewe nya ga tau, Bun, kalo cowo nya selingkuh, dan ga Zaki kasih tau juga... Zaki kasian, Bun." Sekilas bundanya melihat Zaki terlihat murung saat menceritakan hal tersebut.Bundanya memberikan dukungan pada Zaki, "Ya udah, koko kasih tau aja, harus berani jangan sampe temen koko terus nyakitin dia."Mend