Selang beberapa menit, Zaki keluar. Dia terlihat menghela napas lega. Kania memberikan tisu, lalu Zaki menerimanya.
"Buat lo, biar gak mual," ucap Kania sambil menyerahkan sekotak susu rasa vanila, membuat Zaki tersenyum dan menerimanya. "Thanks." Waktu pulang pun tiba. Hari ini Kania pulang bersama Zaki atas ajakannya. Sedangkan Fara hari ini dia ada ekstrakurikuler, jadi tidak bisa pulang lebih awal bersama Kania. "Far, gue duluan ya, bye!" Pamit Kania pada Fara yang sedang membereskan buku-bukunya. Kania berdiri menunggu kedatangan Zaki. Tak lama kemudian, lelaki itu datang dengan tas gendongnya. "Hai," Kania menoleh ke arah suara dan melihat Zaki. Kania mengangguk dan berjalan ke arah parkiran motor, tapi tiba-tiba langkah Zaki terhenti. "Eh, bentar!" Raut wajah Zaki membuat Kania penasaran. "Kenapa?" "Kunci motor gue ketinggalan, tunggu dulu ya, nih, bantu gue pegangin HP ama tas dulu, thanks." Zaki pun segera pergi kembali ke kelasnya. Kania menghela napas menyaksikan kecerobohan Zaki. Kania mendengar notif dari ponsel Zaki, membuat dia secara tak sengaja menoleh ke arahnya. Ternyata handphonenya tidak diberi password. "Notif Lazada aja ganggu banget dah," komen Kania sewot. Namun, di saat Kania meletakkan handphone itu di atas jok motor, layar handphonenya tersentuh. Dan tak sengaja membuka album foto, dan mau tak mau Kania tetap bisa melihat foto-foto yang tertera di albumnya. "Galang?" Seketika raut wajah Kania berubah suram. Dia merasa dipermainkan oleh Zaki. Ternyata selama ini dia mengetahui segalanya tentang hubungan Galang dan Saskia. "Dasar jahat," umpat Kania. Padahal Kania mulai menyukai Zaki dan menaruh perasaan padanya, tapi sepertinya Zaki pun tidak jauh berbeda dengan Galang. Saat Kania sedang menatap foto-foto itu, Zaki datang sambil tersenyum tipis tanpa tahu apa yang terjadi. "Ayo pulang," ajak Zaki. Ia menarik pergelangan tangan Kania dengan kasar. Kania langsung menepisnya. "Ternyata lo sama aja! Lo nusuk gue dari belakang! Seharusnya lo gak nutupin hal ini dari gue!" Ucap Kania sambil menatap Zaki dengan perasaan kecewa dan kesal. Zaki mengerutkan keningnya. "Kamu kenapa? Jelasin dulu, Kania... kenapa marah?" Tanya Zaki dengan bingung. Dia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi. Kania tersenyum parau dan menyerahkan tas dan ponselnya. "Nih, gak usah so suci," ucap Kania dan pergi begitu saja dari hadapan Zaki. Zaki termenung sejenak saat melihat layar handphone menunjukkan foto-foto Galang dan Saskia sedang berpelukan, sampai cipika-cipiki lainnya. "Sial." ... Semenjak kejadian itu, Kania lost komunikasi dengan Galang. Padahal satu minggu sudah berlalu. Zaki juga merasa bersalah pada Kania karena tidak terus terang. Tapi bagaimana pun, setelah kejadian itu, Zaki hanya bisa memperhatikan Kania dari kejauhan. Setiap malam, perasaan risau terus campur aduk. Padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini. Tapi semenjak Kania menjauh dari dirinya, itu membuat Zaki merasa rindu dengan hal-hal kecil yang biasa mereka lakukan. Perasaan itu membuat Zaki frustrasi. Bahkan malam ini, dia tidak ikut bermain ke tempat berkumpul yang diadakan teman-teman seangkatan untuk merayakan berakhirnya ujian kemarin. Zaki berjalan pelan sambil menghirup udara segar di malam hari. Ingatannya terus teringat pada wajah Kania yang menatapnya sedih saat mengetahui bahwa ia telah melukai perasaannya. "Ish, sial! Sial sial!" Zaki terus mengumpat di sepanjang jalan sambil menendang kerikil-kerikil kecil yang bertebaran di jalan. Di sisi lain, Kania merasa tidak nyaman dengan situasinya. Dia berada di tempat karaoke yang dipesan oleh teman-temannya untuk bersenang-senang. Tapi Kania sama sekali tidak bisa menikmatinya. Dia juga terpaksa datang karena merasa tak enak hati pada teman-teman sekelasnya. Namun, tak disangka Kania juga bertemu dengan Galang dan Saskia. Hah... mereka sangat menyebalkan, membuat Kania muak melihatnya. Ia pun memutuskan untuk pamit pulang dari sana lebih awal pada Fara dan teman-teman sekelas lainnya. Kania menghela napas lega setelah keluar dari tempat itu. Kania berjalan pelan sambil menikmati suasana malam yang sepi. "Lo gak boleh pergi..." panggil seseorang dari belakang Kania. Membuat Kania merinding dengan suara yang ia kenali pemiliknya. "Galang?!" Kania bisa melihat Galang yang setengah mabuk. Galang berjalan mendekat ke arah Kania dengan lunglai. Galang memeluk Kania secara tiba-tiba, membuat Kania tidak bisa menghindar. "Lo ngapain si? Lepasin!" Kania mendorong tubuh Galang untuk menjauh. Berikut adalah perbaikan EYD dari teks yang Anda berikan: "Kania, lo jangan pergi," Galang berbicara sambil menunjuk ke arah Kania. "Gue sayang sama lo! Gue gak mau kehilangan lo!" Lagi-lagi Galang memeluk Kania tanpa izin dan secara tiba-tiba. "Percuma gue udah gak suka sama lo, lepas, ih, bau!" Ucap Kania kesal dan mendorong tubuh Galang untuk menjauh lagi. Galang mencengkram kedua sisi bahu Kania dan mendorongnya ke dinding tembok untuk menyudutkannya. "Bohong! Lo gak mungkin ngelupain gue semudah itu! Ayo, kita balikan, Kania!" Galang terlihat mulai kesal pada Kania. "Lo mau ngapain?! Gue udah bilang gue udah gak suka ama lo! Brengsek," ucap Kania diakhiri dengan sebuah umpatan. Galang memukul tembok di samping kepala Kania, membuatnya terkejut. "Apa lo bilang? Berengsek? Gak usah so suci!" Galang menekan tengkuk Kania agar lebih dekat. "Lo tau? Alasan kenapa gue milih Saskia? Gue sebenarnya gak cinta, gak ada rasa apa pun sama dia... Gue cuma sayang sama lo, tapi lo bahkan gak pernah ngizinin gue buat ngelakuin kontak fisik... Gue muak!" Ucap Galang dengan jarak yang sangat dekat, membuat Kania merasa takut. "Lepasin gue," ucap Kania penuh penekanan, membuat Galang semakin muak. "Gue bilang gak usah so suci! So polos! Hari ini gue bakal kasih satu pelajaran berharga buat lo," ucap Galang, dan cengkraman di tangan Kania mengerat. "Lepas!" Gang yang sepi membuat suara Kania tidak ada yang menggubris. Galang menekan tengkuk Kania agar berhenti memberontak. Ia mulai mencoba mencium bibir Kania, tapi terus saja terputus karena Kania yang tidak berhenti bergerak. "Tolong!" Kania mengeluarkan suaranya sekeras mungkin. Saat Kania lengah, Galang mulai mendorong Kania untuk lebih dekat dan mencoba untuk mencium bibirnya lagi. Bugh! Seseorang datang, ia langsung menarik tubuh Galang dengan kasar ke belakang dan memukul rahangnya sampai berdarah. Awalnya Galang mencoba membalas pukulan, tapi karena pengaruh mabuk, dia tidak bisa melakukannya, dan pada akhirnya dia terbirit-birit untuk kabur. Orang yang menyelamatkan Kania adalah Zaki. Kania menatap Zaki dengan mata yang mulai berlinang air mata. Zaki dengan spontan langsung memeluk Kania dan mengusap punggungnya. Zaki benar-benar tidak bisa membiarkan Galang. Suatu saat nanti, dia akan memberinya pelajaran! Kania terisak dalam dekapan Zaki. "Aku takut..." Zaki mencoba menenangkannya, ia mengelus punggungnya dengan penuh perhatian. "Shut... jangan takut lagi, ada aku di sini." Zaki melepaskan pelukannya dan mencoba melihat wajah Kania. "Lihat aku," perintah Zaki. Karena Kania terus menundukkan wajahnya, Zaki melihat pipi Kania memerah akibat cengkraman kuat. Ia mengusapnya pelan, menghilangkan air mata. Zaki mengepalkan tangannya. "Ada yang luka gak? Kamu gak terluka kan?" Kania menggeleng. "Makasih ya, Zak, kalau gak ada kamu, gak tau bakal diapain lagi sama dia," ucap Kania sambil mengusap wajahnya. Zaki hanya mengangguk sebagai jawaban. Mulai hari itu, Zaki semakin memperhatikan Kania. Mereka juga sudah berbaikan, tidak ada salah paham lagi di antara mereka, membuat Zaki dan Kania lebih dekat dan memiliki perasaan satu sama lain. ... Hari kelulusan pun tiba. Semua orang terlihat bahagia dan senang. Sekarang acara hanya tinggal sesi foto bersama dan setelah itu selesai. "Zaki!" Panggil Kania sambil berjalan cepat ke arahnya. "Foto yu!" Mereka berdua mulai berpose dan mengambil beberapa foto dan selfie random. Mereka terlihat bahagia dengan hal-hal kecil. Tanpa mereka sadari, Bunda Zaki juga melihat interaksi mereka dari kejauhan dengan senang. Beberapa teman-temannya juga melihat interaksi mereka, tapi tidak terlalu menghiraukannya dan biasa aja, kecuali satu orang yang melihat kedekatan mereka sambil mengumpat. "Lo tunggu balasan dari gue, lo udah rebut cewe gue... gue juga bakal rebut kebahagiaan lo," gumam Galang di balik teater. Akhirnya, pada suatu malam, Zaki bersenang-senang di pesta perayaan kelulusan bersama teman-teman. Di sana hanya ada laki-laki sekelas saja, termasuk Galang. Zaki hanya minum sedikit daripada mabuk. Ia merasa ngantuk hari ini, dia ingat ada janji pada Kania. bersambung..."Gue duluan, bro, ada yang harus gue urus," pamit Zaki, mengambil sweater nya dan keluar dari tempat itu.Saat Zaki berjalan ke arah mobilnya, tiba-tiba sesuatu yang keras menghantam tengkuknya keras, membuat Zaki kehilangan kesadarannya. Itu adalah perbuatan Galang."Cepet masukin ke mobilnya," perintah Galang pada Saskia dan satu perempuan lainnya. Mereka pun berhasil memasukkan Zaki ke dalam mobil dan mendudukkannya.Gadis yang menemani Saskia pun masuk dan duduk bersebelahan dengan Zaki. "Lu acak rambutnya, Shel," perintah Saskia.Ia juga mengoleskan jejak lipstik di pipi dan di bibir Zaki. "Mantap, sekarang lu pose, lagi ciuman sama dia.""Kepalanya agak miring kan, cium beneran aja ah lama!" Ucap Saskia membuat Shella tersenyum malu.Shella adalah cewe yang menjadikan Zaki sebagai crush nya. Tak disangka dia mempunyai kesempatan untuk menciumnya.Crak! "Wih mantap, tinggal dikirim," sahut Galang. Tiba-tiba seorang supir dari keluarga Zaki datang untuk mengecek."Sedang apa kalia
Hari seleksi akhir wawancara pun tiba arya dengan stelan hitam dan kemeja coklatnya menambah kesan elegan dan memukau.Wawancara pun segera dimulai dari perkenalan dan beberapa pertanyaan pada masing-masing kandidat. Ada sekitar 12 orang yang terpilih.Para kandidat duduk berjajar dan berhadapan dengan para tokoh penting seperti manajer dan presdir.Ada sedikit hal yang menarik saat setiap orang sedang memerhatikan keberlangsungan acara.Tapi perhatian Arya sepenuhnya diberikan kepada seorang perempuan berambut cokelat yang duduk di tengah-tengah kandidat lain.Arya menatapnya dengan tatapan tajam layaknya predator yang sedang memperhatikan mangsanya. Pergerakan Kania tidak akan luput dari penglihatannya.Perempuan berambut cokelat yang tergerai indah itu adalah Kania, teman semasa SMA, teman yang beberapa tahun lalu begitu ia nanti kepulangannya dan berharap bisa bertemu lagi.Arya berdecak kesal, membuat beberapa orang menatap cemas ke arahnya. Sebenarnya apa ada yang salah? Apa ada
Karna itu bukan hal yang wajib untuk ia hadiri. Sambutan dari Bu Manajer dan ketua HRD dengan senang hati Kania dan Tarisa menerimanya dengan penuh rasa terima kasih. Ketua tim HRD mempersilakan Kania dan Tarisa untuk memberi sambutan. Tarisa berbicara terlebih dahulu. Dari penampilannya, ia terlihat elegan, terpancar dalam dirinya. "Terima kasih atas sambutan hangat dari tim. Saya Tarisa Yuliani, senang bergabung dengan perusahaan ini dan berharap dapat berkontribusi dalam tim." Sekarang adalah giliran Kania untuk memberi sambutan. Ia sedikit mengambil langkah maju dan membungkukkan diri sejenak. "Halo semua, saya Kania." "Saya sangat senang bergabung dengan tim ini dan berharap dapat belajar serta berkembang bersama." Pembawaan Kania yang santai dan tenang membuat beberapa orang mengaguminya, karena pertama kali kerja sebagai pemula, dia terlihat berbakat dan bisa beradaptasi dengan mudah. Acara sambutan pun selesai. Semua karyawan sudah kembali fokus pada pekerjaannya.
Kania menghampiri meja Tarisa. "Pekerjaanmu belum selesai ya?" tanya Kania, dan dibalas dengan anggukan lesu. "baru di hari pertama, tapi kepala ku sudah ingin meledak," ucap Tarisa terdengar sangat miris dan menyedihkan. "Hmm... ini soal coding ya? Kayaknya lo bisa tekan ini deh..." Tarisa mengikuti arahan Kania. "Berhasil!" seru Tarisa membuat Kania ikut senang. "Bisa gitu lo? Keren-keren." Tarisa mengacungkan jempol. "Pernah belajar dikit itu mah." Mereka berdua terlihat asik, untungnya mereka hanya berdua saja yang ada di ruangan ini karena sebagian dari mereka pergi meeting dan pulang. "Lo mau pulang sekarang?" tanya Tarisa sambil menyeruput kopinya. "Iya, yaudah ya, gue pulang dulu, bye-bye," pamit Kania seraya berjalan pergi dari sana. Satu jam telah berlalu, akhirnya Tarisa sudah menyelesaikan pekerjaannya. "Akhirnya selesai setelah mengorbankan setengah akal sehat."Lagi-lagi kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar sangat berlebihan. Seseorang berjalan menghampir
Kania meneteskan air matanya pilu. "Mama... Kania harus cepet-cepet lunasin hutang-hutang keluarga kita, sebelum Kania benar-benar pergi." Gumam Kania seraya menyimpan selembar kertas itu ke dalam tasnya. Kania hanya mengambil cuti selama 3 hari. Dia akan tetap bekerja keras demi melunasi hutang keluarganya. Setelah kepergian sang ayah, perekonomian Kania dan mamanya lama-lama memburuk. Para kerabat tidak begitu peduli pada mereka. Apalagi waktu itu Kania bersikeras ingin kuliah demi kehidupan yang lebih baik. Tapi hal itu juga menyebabkan hutang-hutang yang semakin membesar. Dan umur mamanya yang sudah tidak muda lagi membuat Kania semakin kesulitan. Kania mengerjakan pekerjaannya yang tertunda beberapa hari lalu. Badannya lemas pagi tadi, dia tidak sempat sarapan karena bangun terlalu siang. Arya menatap Kania dari kejauhan, tatapannya terlihat khawatir. Tapi dia sama sekali tidak berniat untuk menghampiri dan menanyakan kondisi wanita itu. "Nanti juga sembuh lagi," gum
"Tapi saya juga sambil beker-"ucapan kania sengaja di sela oleh arya "Tidak ada tapi-tapi yang punya perusahaan ini adalah saya bukan anda, mulai sekarang lanjutkan perkejaan mu dengan baik." Ketus nya lalu pergi dengan angkuh, membuat Kania semakin bad mood dan segera menghentikan aktivitas mengunyah permen "Dasar bos songong!" Umpat kania pelan namun entah kenapa kania merasa arya mendengar nya karna setelah mengucapkan umpatan itu kania mendengar suara gebrakan yang berasal di ruangan arya.Kania memilih menutup mulut nya rapat - rapat dan segera menyelesaikan pekerjaan, waktu berlalu hingga setengah jam kania masih berkutat dengan berkas-berkas nya "semangat, 5 tumpukan lagi.." gumam nya menyemangati diri sendiri Arya keluar dari ruangan nya dan menghampiri kania "ekhem." Arya mencoba mengambil perhatian kania tapi kania terlihat fokus pada berkas-berkasnya"Ekhem!" Arya memasang wajah datar melihat kania yang masih berkutat tak mengalihkan perhatian nya Plak!Arya menggebrak m
Pagi hari yang cerah, para siswa dan siswi SMA Negeri 1 Bandung bersiap untuk memulai pembelajaran mereka. Bu Sarah, selaku penghimpun mata pelajaran Bahasa Indonesia, jam pertama di kelas 12 MIPA 2. Pembelajaran mereka dimulai dengan khidmat dan penuh ketenangan sampai kedua sejoli yaitu Mahesa dan Zaki, datang mendobrak pintu kelas. Mahesa dan Zaki mendobrak pintu dengan keras dan mematung setelah melihat Bu Sarah yang sedang mengajar dan menatap mereka berdua dengan tatapan tajam. Mahesa dan Zaki menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Selamat pagi, Bu Sarah cantik," celetuk mereka berdua. Memang Mahesa dan Zaki terkenal nakal dan penuh drama di kelas 12 MIPA 2. Bu Sarah mengambil penggaris sepanjang kedua kaki mereka, sangat panjang. "Dari mana aja kalian berdua?" Pertanyaan penuh penekanan Bu Sarah mengintimidasi. "Anu, Bu..." Mahesa menatap Bu Sarah dengan takut. Seisi kelas terasa tegang sampai kepada Zaki yang mengeluarkan trik Mokondo-nya. "Bu, ini seikat bunga untuk
Besoknya di sekolah, Kania tak sengaja berpapasan dengan Zaki di kantin. Kania ingat bahwa Zaki meminta semangkuk bakso sebagai ucapan terima kasih. "Nih bakso lu," Kania meletakkan baksonya di hadapan Zaki, dan Zaki menerimanya dengan senang hati. "Thanks ya," Zaki sengaja tersenyum begitu ramah ke arah Kania di depan Galang. Dalam sekilas, Zaki melihat ekspresi wajah Galang yang berubah. "Ay sini," pinta Galang pada Kania agar duduk di sampingnya, dan Kania pun menghampiri dengan sumringah. "Kamu napa ngasih itu?" Bisik Galang mempertanyakan interaksi dengan Zaki. Kania berbisik pada Galang, "Aku traktir karena kemarin dia anter aku pulang pas hujan, itu aja kok sayang." Bisiknya dan memberikan senyum manis. "Oke," Galang mengangguk sambil melihat Zaki yang menyantap semangkuk baksonya dengan nikmat. Selang beberapa menit, Zaki sudah menghabiskan baksonya dan tak sengaja melihat Saskia yang melewati mejanya. "Eh, Sas!" Panggil Zaki. Saskia berhenti dengan bingung. "Kenapa?" Za
"Tapi saya juga sambil beker-"ucapan kania sengaja di sela oleh arya "Tidak ada tapi-tapi yang punya perusahaan ini adalah saya bukan anda, mulai sekarang lanjutkan perkejaan mu dengan baik." Ketus nya lalu pergi dengan angkuh, membuat Kania semakin bad mood dan segera menghentikan aktivitas mengunyah permen "Dasar bos songong!" Umpat kania pelan namun entah kenapa kania merasa arya mendengar nya karna setelah mengucapkan umpatan itu kania mendengar suara gebrakan yang berasal di ruangan arya.Kania memilih menutup mulut nya rapat - rapat dan segera menyelesaikan pekerjaan, waktu berlalu hingga setengah jam kania masih berkutat dengan berkas-berkas nya "semangat, 5 tumpukan lagi.." gumam nya menyemangati diri sendiri Arya keluar dari ruangan nya dan menghampiri kania "ekhem." Arya mencoba mengambil perhatian kania tapi kania terlihat fokus pada berkas-berkasnya"Ekhem!" Arya memasang wajah datar melihat kania yang masih berkutat tak mengalihkan perhatian nya Plak!Arya menggebrak m
Kania meneteskan air matanya pilu. "Mama... Kania harus cepet-cepet lunasin hutang-hutang keluarga kita, sebelum Kania benar-benar pergi." Gumam Kania seraya menyimpan selembar kertas itu ke dalam tasnya. Kania hanya mengambil cuti selama 3 hari. Dia akan tetap bekerja keras demi melunasi hutang keluarganya. Setelah kepergian sang ayah, perekonomian Kania dan mamanya lama-lama memburuk. Para kerabat tidak begitu peduli pada mereka. Apalagi waktu itu Kania bersikeras ingin kuliah demi kehidupan yang lebih baik. Tapi hal itu juga menyebabkan hutang-hutang yang semakin membesar. Dan umur mamanya yang sudah tidak muda lagi membuat Kania semakin kesulitan. Kania mengerjakan pekerjaannya yang tertunda beberapa hari lalu. Badannya lemas pagi tadi, dia tidak sempat sarapan karena bangun terlalu siang. Arya menatap Kania dari kejauhan, tatapannya terlihat khawatir. Tapi dia sama sekali tidak berniat untuk menghampiri dan menanyakan kondisi wanita itu. "Nanti juga sembuh lagi," gum
Kania menghampiri meja Tarisa. "Pekerjaanmu belum selesai ya?" tanya Kania, dan dibalas dengan anggukan lesu. "baru di hari pertama, tapi kepala ku sudah ingin meledak," ucap Tarisa terdengar sangat miris dan menyedihkan. "Hmm... ini soal coding ya? Kayaknya lo bisa tekan ini deh..." Tarisa mengikuti arahan Kania. "Berhasil!" seru Tarisa membuat Kania ikut senang. "Bisa gitu lo? Keren-keren." Tarisa mengacungkan jempol. "Pernah belajar dikit itu mah." Mereka berdua terlihat asik, untungnya mereka hanya berdua saja yang ada di ruangan ini karena sebagian dari mereka pergi meeting dan pulang. "Lo mau pulang sekarang?" tanya Tarisa sambil menyeruput kopinya. "Iya, yaudah ya, gue pulang dulu, bye-bye," pamit Kania seraya berjalan pergi dari sana. Satu jam telah berlalu, akhirnya Tarisa sudah menyelesaikan pekerjaannya. "Akhirnya selesai setelah mengorbankan setengah akal sehat."Lagi-lagi kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar sangat berlebihan. Seseorang berjalan menghampir
Karna itu bukan hal yang wajib untuk ia hadiri. Sambutan dari Bu Manajer dan ketua HRD dengan senang hati Kania dan Tarisa menerimanya dengan penuh rasa terima kasih. Ketua tim HRD mempersilakan Kania dan Tarisa untuk memberi sambutan. Tarisa berbicara terlebih dahulu. Dari penampilannya, ia terlihat elegan, terpancar dalam dirinya. "Terima kasih atas sambutan hangat dari tim. Saya Tarisa Yuliani, senang bergabung dengan perusahaan ini dan berharap dapat berkontribusi dalam tim." Sekarang adalah giliran Kania untuk memberi sambutan. Ia sedikit mengambil langkah maju dan membungkukkan diri sejenak. "Halo semua, saya Kania." "Saya sangat senang bergabung dengan tim ini dan berharap dapat belajar serta berkembang bersama." Pembawaan Kania yang santai dan tenang membuat beberapa orang mengaguminya, karena pertama kali kerja sebagai pemula, dia terlihat berbakat dan bisa beradaptasi dengan mudah. Acara sambutan pun selesai. Semua karyawan sudah kembali fokus pada pekerjaannya.
Hari seleksi akhir wawancara pun tiba arya dengan stelan hitam dan kemeja coklatnya menambah kesan elegan dan memukau.Wawancara pun segera dimulai dari perkenalan dan beberapa pertanyaan pada masing-masing kandidat. Ada sekitar 12 orang yang terpilih.Para kandidat duduk berjajar dan berhadapan dengan para tokoh penting seperti manajer dan presdir.Ada sedikit hal yang menarik saat setiap orang sedang memerhatikan keberlangsungan acara.Tapi perhatian Arya sepenuhnya diberikan kepada seorang perempuan berambut cokelat yang duduk di tengah-tengah kandidat lain.Arya menatapnya dengan tatapan tajam layaknya predator yang sedang memperhatikan mangsanya. Pergerakan Kania tidak akan luput dari penglihatannya.Perempuan berambut cokelat yang tergerai indah itu adalah Kania, teman semasa SMA, teman yang beberapa tahun lalu begitu ia nanti kepulangannya dan berharap bisa bertemu lagi.Arya berdecak kesal, membuat beberapa orang menatap cemas ke arahnya. Sebenarnya apa ada yang salah? Apa ada
"Gue duluan, bro, ada yang harus gue urus," pamit Zaki, mengambil sweater nya dan keluar dari tempat itu.Saat Zaki berjalan ke arah mobilnya, tiba-tiba sesuatu yang keras menghantam tengkuknya keras, membuat Zaki kehilangan kesadarannya. Itu adalah perbuatan Galang."Cepet masukin ke mobilnya," perintah Galang pada Saskia dan satu perempuan lainnya. Mereka pun berhasil memasukkan Zaki ke dalam mobil dan mendudukkannya.Gadis yang menemani Saskia pun masuk dan duduk bersebelahan dengan Zaki. "Lu acak rambutnya, Shel," perintah Saskia.Ia juga mengoleskan jejak lipstik di pipi dan di bibir Zaki. "Mantap, sekarang lu pose, lagi ciuman sama dia.""Kepalanya agak miring kan, cium beneran aja ah lama!" Ucap Saskia membuat Shella tersenyum malu.Shella adalah cewe yang menjadikan Zaki sebagai crush nya. Tak disangka dia mempunyai kesempatan untuk menciumnya.Crak! "Wih mantap, tinggal dikirim," sahut Galang. Tiba-tiba seorang supir dari keluarga Zaki datang untuk mengecek."Sedang apa kalia
Selang beberapa menit, Zaki keluar. Dia terlihat menghela napas lega. Kania memberikan tisu, lalu Zaki menerimanya."Buat lo, biar gak mual," ucap Kania sambil menyerahkan sekotak susu rasa vanila, membuat Zaki tersenyum dan menerimanya."Thanks." Waktu pulang pun tiba. Hari ini Kania pulang bersama Zaki atas ajakannya.Sedangkan Fara hari ini dia ada ekstrakurikuler, jadi tidak bisa pulang lebih awal bersama Kania."Far, gue duluan ya, bye!" Pamit Kania pada Fara yang sedang membereskan buku-bukunya.Kania berdiri menunggu kedatangan Zaki. Tak lama kemudian, lelaki itu datang dengan tas gendongnya."Hai," Kania menoleh ke arah suara dan melihat Zaki. Kania mengangguk dan berjalan ke arah parkiran motor, tapi tiba-tiba langkah Zaki terhenti."Eh, bentar!" Raut wajah Zaki membuat Kania penasaran. "Kenapa?" "Kunci motor gue ketinggalan, tunggu dulu ya, nih, bantu gue pegangin HP ama tas dulu, thanks."Zaki pun segera pergi kembali ke kelasnya. Kania menghela napas menyaksikan keceroboha
Galang mengirimkan pesan teks bahwa dia akan pergi ke kelasnya. Kania akan memperjelas semua hal hari ini dan akan memutuskan hubungannya dengan Galang. Keputusan ini sudah ia pikirkan sejak dua hari sebelumnya. Kania juga sudah menceritakan hal ini pada sahabatnya, Fara. Sekarang mereka berdua berada di kelas menunggu si bajingan Galang datang. "Gue dukung lo, pokonya lu harus putusin dia! Jangan dengerin penjelasannya, oke?" Dukungan Fara membuat Kania semakin yakin.Toh dari dulu juga dia merasa curiga, cuma belum sampai dilihat depan mata aja kelakuan busuknya.Fara duduk di bangku paling belakang dan melihat Galang masuk ke kelasnya, menghampiri Kania. Galang duduk di bangku yang bersebelahan dengan Kania."Kamu kenapa gak bales chat aku dari dua hari kemarin? Aku khawatir, tau!" Kania menatap Galang malas. "Stop, Lang, gak usah munafik."Ucapan kasar yang dilontarkan Kania secara tiba-tiba membuat Galang merasa bingung dan kesal. Galang masih terdiam, dan Kania sudah beranjak
Melihat reaksi bundanya, Zaki menghentikan makannya dan minum. "Udah, nanti aja makanannya Bun. Bun, kalo aku punya temen terus dia tukang selingkuh gimana?" Bundanya mengernyit, "Temen kamu ada yang suka selingkuh?"Zaki menjelaskan situasinya pada bundanya. Bundanya memberikan pendapatnya, "Selingkuh kan perbuatan ga baik, nanti kalo nular sama anak Ibu gimana? Masih banyak orang baik yang bisa dijadikan teman."Zaki sedikit berpikir lalu mengangguk. "Temen kaya gitu dibuang aja, kalo cewe yang diselingkuhin sama temenku, aku wajar ga ngerasa bersalah, Bun?" Bundanya sedikit berpikir, "Bersalah gimana sayang? Kamu kan ga buat jahat sama cewe temenmu."Zaki menjelaskan perasaannya, "Cewe nya ga tau, Bun, kalo cowo nya selingkuh, dan ga Zaki kasih tau juga... Zaki kasian, Bun." Sekilas bundanya melihat Zaki terlihat murung saat menceritakan hal tersebut.Bundanya memberikan dukungan pada Zaki, "Ya udah, koko kasih tau aja, harus berani jangan sampe temen koko terus nyakitin dia."Mend