Share

Bab II - Undead

Suara sesosok misterius membuat ruh Halbert terbangun di suatu tempat yang sama misteriusnya. 

“Apa kamu ingin hidup?” 

“Siapa itu?!”

Terkejut akan suara tersebut, ruh Halbert mencoba mencarinya. 

“Aku tahu kau tidak puas jika mati begitu saja bukan?”

“Apa-apaan itu? Aku memang tidak puas tapi—”

“Kau pikir dengan mati, kau bisa melupakan segalanya?”

“Lalu untuk apa ...,argh, entah siapa kau tapi aku takkan melakukan apa-apa selain pergi ke dunia seberang,” celetuk Halbert sok tangguh. 

“Kau yakin? Tidak mau hidup kembali dan membalaskan kematianmu itu?” Sesosok itu bisa meledek rupanya, ia membangkitkan amarah Halbert hanya dengan kalimat sepatah dua kata saja. 

“JANGAN BERCANDA! KAU PIKIR AKU MAU MATI BEGITU SAJA?! MASIH BANYAK YANG INGIN AKU LAKUKAN, DAN BEGITU AKU MASIH HIDUP MAKA AKU AKAN MEMBUNUH SI KURANG AJAR ITU, GASTON!!!”

Pada akhirnya, isi hatinya membludak keluar dalam sekejap. Nampaknya sosok suara itu membuat umpan yang jauh lebih besar sampai-sampai Halbert pun marah besar.

“Baiklah, sudah kuduga itu jawabannya. Dah!”

Dan dalam sekejap, Halbert benar-benar hidup kembali. Ia terbangun di ranjang yang terbuat dari jerami padi. Kedua matanya terbuka dan melihat selimut kasar di atas tubuhnya. 

“Eh?” 

Bingung apa yang tengah terjadi sebenarnya. Halbert yang linglung memutuskan untuk pergi keluar dari gubuk kecil itu. 

“Pagi? Ini masih pagi? Atau ...sudah berganti hari?” 

Ingatan yang paling segar dalam memorinya hanyalah pengkhianatan Gaston dan lainnya. Di mana Gaston telah memeganggal kepala Halbert. Saat sadar bahwa itu sudah lama berlalu, ia kemudian berlari keluar dalam keadaan telanjang bulat, pergi menuju danau yang kebetulan dekat di sana. 

“Kepalaku masih tersambung, tapi ini seperti bekas jahitan. Eh?!” Semakin terkejutlah Halbert melihat kepalanya utuh dengan seberkas jahitan di bagian leher. 

Ditambah lagi, ia sadar kalau jantungnya sama sekali tidak berdetak. Sekujur tubuh pun terasa sangat dingin. Lantas pria malang itu kembali dibuat bingung. 

“Aku sebenarnya sudah mati atau belum sih?” 

Hanya pertanyaan inilah yang ada di dalam pikiran Halbert. 

Serta, 

“Gaston, kurang ajar kau! Kau berani membunuhku? Apa yang sebenarnya aku lakukan, ada dendam apa kau sampai harus membunuhku begini?” celoteh kesal Halbert. 

Ya, bagaimana ia tidak kesal? Secara Halbert dan Gaston adalah sahabat karib sedari kecil. Mereka tidak pernah terpisahkan baik suka maupun duka, mereka selalu bersama seperti saudara sedarah.

Tapi tidak lagi sekarang, ketika Gaston mengangkat pedang dan mengayunkannya untuk membunuh Halbert. Ini masih sulit dipercaya. 

“Ngomong-ngomong, aku benar-benar kembali hidup, padahal aku hanya bercanda. Yah, meskipun aku tidak benar-benar bisa dikatakan masih hidup atau mati sih.” 

Di lain sisi, suara misterius itu cukup menganggu Halbert. Sekalipun benar-benar menginginkan dirinya hidup kembali, tapi ia hanya setengah bercanda karena tahu itu tidak mungkin terjadi. Kecuali satu hal, 

“Adakah seorang penyihir gelap di sekitar sini? Siapa yang membuatku hidup kembali?” 

Benar, yakni sihir gelap yang seharusnya sudah disegel agar tak ada satu orang di kerajaan Lidah Buaya mempelajarinya. Selain terlarang ini juga amat berbahaya bagi penggunanya sendiri. 

“Dan lagi, aku jadi Undead? Ironis sekali ya, setelah membunuh Raja Undead aku mati lalu hidup kembali sebagai Undead,” keluh Halbert seraya menggelengkan kepala. 

Lekas ia kembali ke gubuk, dan menemukan kain hitam polos yang cukup untuk membebat seluruh tubuhnya kecuali bagian wajah sebagai ganti pakaiannya. 

“Gaston, apa kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja?”

Dendam adalah salah satu cara dan sifat yang akan dimiliki seseorang yang telah dikhianati. Apa pun alasannya, pengkhianatan tetaplah pengkhianatan. Lalu sekarang Halbert telah hidup kembali meski sebagai Undead (Mayat Hidup), ia akan melakukan pembalasan terhadap orang yang telah memenggal kepalanya. 

“Ngomong-ngomong badanku tidak bau justru harum seperti bunga. Kenapa begitu ya?”

***

Sementara masih banyak teka-teki mengenai tubuh Halbert sendiri. Sebelum kebangkitan Halbert, lebih tepatnya pada saat setelah kematiannya. 

Malam itu, di kedai yang terlihat cukup sepi. Hanya ada beberapa orang selain kelompok Pedang Raja yang berkumpul di satu meja. 

“Hei, Gaston! Apakah tidak masalah?” tanya pria berambut merah, si penyihir api dan pemilik kontrak atas roh api—salamander. 

“Apanya yang tidak masalah?” balas Gaston bertanya. Selagi ia mengambil tempat duduk di sampingnya. 

Kemudian pria berambut merah itu berbisik pelan di dekat telinganya, “Aku cemas jika seseorang menemukan tubuh dan kepalanya di tempat pembuangan sampah.” 

“Ha, jangan khawatir. Tempat pembuangan sampah itu akan dikubur dengan tanah. Mayatnya akan menyatu di dalam tanah.”

“Yah, aku tahu itu. Tapi masalahnya ...,”

“Tak seorang pun mau menyelamatkan dia yang sudah mati. Percayalah, aku telah benar-benar memeganggal kepala pria itu,” tutur Gaston dan mengangkat telapak tangannya yang gemetar ke depan. 

“Kau gemetaran tuh.”

“Bukankah ini bisa dijadikan sebagai bukti? Aku membunuh temanku sendiri sampai tanganku gemetar karena takut.”

“Takut? Kupikir kau yang paling senang karena telah membunuhnya dengan tanganmu sendiri.”

Mendengar sindiran si penyihir api, Gaston berdecak kesal dengan bibir tersungging. 

“Hm, kau peka juga.” 

“Hei, hei, kalian jangan asik berbicara sendiri dong!” serobot si pemanah. Lelaki berambut coklat melingkarkan tangan ke belakang leher Gaston dengan sok akrab. 

“Sudahlah, jangan bicarakan itu lagi. Kita ada di sini untuk berpesta bukan? Sekalipun aku tidak mau menyewa kedai bobrok ini, aku tetap ingin bersenang-senang setelah kerja kerasku!”

Setelah ungkapan Gaston yang begitu berani, disusul tawa bahak-bahak yang nampaknya sangat bahagia dari para rekannya. Mereka sangat bahagia karena akhirnya telah membunuh pemimpin mereka sendiri. 

“Mungkin hanya aku yang kotor di sini. Tapi kalian tidak mungkin akan mengotori tangan kalian sendiri dengan cara menggunakanku 'kan?”

“Maksudmu apa itu? Maksudmu kami akan membunuhmu begitu? Hahaha!!” 

“Hei, suaramu terlalu keras!!” 

Bersenang-senang setelah orang yang mereka benci telah pergi dari dunia ini. Itulah yang sedang mereka lakukan sekarang. 

“Bersulang!!” seru mereka bersamaan seraya mengangkat gelasnya. 

Raut wajah tanpa dosa, tanpa merasa bersalah, mereka berempat yang sudah merencanakan ini semua berpikir bahwa ini semua sudah selesai. Tanpa tahu bahwa malapetaka akan segera muncul di depan mereka. 

“Bersulang untuk pemimpin kita yang baru, Gaston Bruke! Bersulang untuk Ahli Pedang! Bersulang untuk pria bermata abu-abu!”

“Bersulang! Hahahaha!!” 

Selang beberapa saat mereka yang tak ada habis-habisnya bersenang-senang, Gaston beranjak dari tempat duduk.

“Mau ke mana Gaston?”

“Tunggu saja di sini. Aku ada urusan.” 

Gaston undur diri dari kelompok tersebut untuk sementara. Ia pergi menghampiri seorang lelaki bertudung yang duduk di belakang meja mereka. 

Secara tidak langsung mereka berinteraksi tanpa bertukar tatap mata. 

“Aku sudah melakukannya. Kau harus tepati janjimu,” ucap Gaston.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status