Share

3. Menjadi Pangeran

Penulis: VAD_27
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-27 12:18:17

"Kau baik-baik saja, Kael? Selain nampak aneh, kau juga nampak tidak seperti biasanya." Komentar Shipor, menaikan sebelah alis, memeriksa wajah pias Kael lamat. Ada ketakutan yang tersirat dalam binar netranya.

"Padahal menggulingkan tahta Kaisar adalah tujuan hidupmu, jika kau mengatakan lupa begitu saja, artinya ada yang tidak beres dengan kepalamu." Shipor mengambil kesimpulan, menatap Kael tajam. "Ceritakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi? Jika merasa tidak dapat menyelesaikannya sendiri, kau harus membagi masalahmu. Kita harus saling membantu sampai tujuan kita tercapai, ingat?"

Kael melepaskan jambakan pada helai rambut, melirik Shipor namun yang dia lihat adalah fragmen ingatan dimana Shipor dan Kael berbicara tentang bahu-membahu saling mengandalkan di masa lalu.

"Kau benar." Gumam Kael, itu mengendurkan rasa ragunya, membuat Kael menceritakan seluruh kejadian, bahwa dia mati dan roh pohon bangkitk dalam tubuh Kaelthar karena kekuatan artefak kuno.

Kael meremas ujung jubahnya. "Semua yang aku lakukan terasa seperti meniru bayangan seseorang. Apakah aku benar-benar Kaelthar? Atau hanya bayangan sisa dari pria itu? Semakin mencoba mengingat, ingatanku semakin kosong."

"Begitu. Itu menjawab sikapmu barusan." Gumam Shipor.

Kael mengernyit, tidak menyangka bahwa reaksi Shipor akan setenang ini. Apa ini efek pengalaman bertahun-tahun sebagai jendral dalam menghadapi semua situasi tidak biasa? Apa efek dari hal lain?

"Apa kau melihat ada ingatan lain yang asing? Yang bukan milikmu sendiri."

Kael tersentak, seluruh kata meleleh di tenggorokannya. "Ba-bagaimana kau tahu?"

Shipor mengangguk sekali. "Begitu ya, ternyata kau juga sama. Tapi, Kael. Ini hanyalah awal dari segala hal yang akan terjadi. Untuk saat ini, lihatlah dengan mata kepalamu sendiri tentang keadaan di Kekaisaran. Nanti kau akan mengerti, kenapa kau memutuskan untuk memberontak. Aku harus pergi, tugasku di perbatasan menanti."

Kael tertegun, menahannya namun Shipor tidak berbalik lagi.

Kenapa Shipor nampak seperti orang yang sudah mengetahui seluk beluk kekuatan artefak? Apa yang pria itu sembunyikan di balik wajah datarnya?

"Pangeran."

Kael tersentak, mendongkak mendapati Shipor yang menoleh.

"Ini kesempatanmu untuk mencoba menguji takdir berbeda yang dibuat artefak itu. Karena disebabkan konsolidasi jiwa dari roh pohon, sisa-sisa jiwa Kaelthar yang sudah mati dalam tubuh, dan sisa esensi laut dari artefak kuno ... Cobalah arungi takdirmu sendiri, karena sekarang kau ... sudah bukan Kaelthar yang dulu hanya manusia biasa tanpa bisa berkultivasi."

Kael tertegun dengan jantung mencelos. Getaran rasa menggelitik dan membuncah yang menghantarkan perasaan senang, kembali datang tanpa Kael tahu namanya.

Dia sudah lama menantikan hal ini.

...

"Kenapa mendadak sekali, Yang Mulia?" Tanya pria pelontos, mengenakan jubah putih melambangkan kesucian anti duniawi dengan kain putih polos yang membebat pinggang sebagai ganti ikat pinggang yang melambangkan kesederhanaannya.

Raut wajah Hawkins gusar, banyak fakta menyakitkan yang ingin disampaikan namun semua tertelan di tenggorokan karena rasa hormatnya pada Kael yang kini tengah bersila di dalam hutan pegunungan Kurozen.

Hawa dingin menusuk epidermis, aura mistis menggelenyar tengkuk di tengah hutan dengan pepohonan tinggi yang tidak membiarkan celah matahari masuk membuatnya tiada malam dan siang. Hanya gelap.

Kael memejam, mencoba memfokuskan semua indranya untuk bermeditasi, merasakan getaran tanah di bawahnya agar atmanya bisa menyentuh energi bumi.

Hawkins tersentak, mendapati Kael yang membuka netra setelah hampir berjam-jam. "Bagaimana, Yang Mulia? Apakah kultivasi bumi paling dasar yang aku ajarkan berhasil?"

Kael menghela napas kotor, mendongkak dengan sorot tidak terbaca, dia mengeluh panjang, beralih menyangga tubuh pada siku dengan lebih santai. "Ini tidak berhasil. Maafkan aku merepotkanmu, Hawkins. Tadinya aku meminta bantuanmu karena kau tidak terikat dengan Klan besar manapun, jadi tidak masalah membagikan ilmu kultivasimu sendiri yang kau asah puluhan tahun sebelum menjadi pendeta."

Hawkins menggeleng, dia memang lebih fokus menjaga Astrava Temple—kuil yang diperuntukan bagi orang biasa— mengajarkan keyakinan dan membagikan ilmu kultivasi pada manusia rendah—yang tidak masuk bangsawan, klan besar dan sekte—.

Keduanya jadi berjalan menuruni lereng untuk kembali, jika bukan karena kemampuan kultivasi Hawkins yang bisa merasakan energi bumi dari tanah untuk menjadi petunjuk jalan, mungkin Kael sudah tersesat di pegunungan Kurozen.

Kael membuang napas panjang, menatap cahaya matahari setelah menginjak Astrava Temple yang berbatasan langsung dengan Kurozen. Gurat wajahnya menurun dengan netra menyendu.

Gelombang rasa sakit, malu dan kesal menyeruak di atmanya. "Apa ya, namanya?" Tanya Kael, menatap jauh ke langit, kedua tangannya terlipat di belakang.

Hawkins menatap postur belakangnya sekilas. "Namanya perasaan kecewa, Yang Mulia. Tapi itu hal biasa dalam hidup, anda jauh lebih istimewa."

Bibir Kael berkedut, tahu bahwa Hawkins menenangkannya.

Kael bersimpuh di tepi tanah, menunduk pada sungai besar yang mengelilingi temple, menatap gamang pada bayangan dirinya sendiri di sana. "Aku terlalu berharap besar, aku pikir akan mudah menghadapi pertemuan hari ini jika punya kekuatan dari kultivasi yang selalu dibanggakan orang-orang. Perasaan yang terus-terusan haus ingin meneguk dunia ini ... apa namanya?"

Hawkins menunduk murung, "serakah, Yang Mulia."

"Aku mungkin terlalu serakah sekarang. Padahal Kael sebelumnya sangat hebat sampai bisa bertekad menggulingkan Kekaisaran meskipun sadar bahwa dirinya manusia biasa." Gumam Kael pelan, melempar senyum getir, merasa bahwa takdir menekannya untuk percaya dirinya yang memang bukan siapa-siapa.

Hawkins terenyuh menatap Kael yang menjulurkan ujung jarinya menyentuh bayangannya sendiri di dalam air. Mencoba merengkuh dirinya apa adanya.

Netra Hawkins membelalak, jantungnya mencelos mendapati sinar kebiruan muncul, memantul di permukaan air dengan lambat dan indah bagaikan peri kecil yang menari saat ujung jari Kael menyentuh air.

Lidah Hawkins kelu, "I-itu—,"

Kael beranjak berdiri tanpa menyadari apapun, dia melempar senyum hangat pada Hawkin, berterimakasih. "Aku harus pergi, ada pertemuan."

"Tunggu, Yang Mulia." Ujar Hawkins, pundaknya merosot tatkala Kael tidak berbalik lagi, jantungnya bergemuruh.

"Dibandingkan mendengarkan gemuruh tanah ... anda sebaiknya mendengarkan suara ombak, Yang Mulia."

...

Kael membalik dokumen, keningnya terus mengkerut sepanjang rapat berlangsung. Duduk melingkar bersama Mentri dan para petinggi Klan besar yang punya jabatan langsung mengelola adsministrasi dan urusan domestik setiap wilayah.

The Grand Imperium dipenuhi pilar cokelat raksasa dan tinggi berornamen ukiran emas dengan simbol Kekaisaran Ardor—bumi— di tengah langit-langit ruangan.

"Apakah ada hal lain lagi?" Tanya Putra Mahkota selaku pemimpin yang menggantikan Kaisar dalam pengambilan keputusan sementara saat Rapat tanpanya.

Kael mengangkat tangannya, kerutan nampak di wajahnya. "Aku butuh alasan kenapa Mentri Keuangan memotong anggaran untuk Distrik Tydoria? Rakyat di sana hanya mendapat 500 Aurum sedangkan distrik bangsawan mendapatkan 1200 Aurum. Ini sangat timpang tindih dan keterlaluan. Secara kasar, orang-orang di distrik Noble jauh lebih bisa mengembangkan wilayah dengan keuangan pribadi meskipun itu dilarang, tapi distrik kalian sudah sangat tercukupi, berbeda dengan distrik Tydoria."

Pertanyaan itu mengundang tatapan mencemooh pada Kael secara terselubung.

"Karena distrik Tydoria hanya pantas mendapatkan sejumlah demikian, Yang Mulia." Jawab Mentri Keuangan.

"Aku bertanya alasannya." Tuntut Kael tegas.

Mentri menghela napas. "Berbeda dengan para manusia biasa, para aristokrat di Kekaisaran cukup banyak menyumbang peran mereka di hubungan luar negeri, apalagi tingkat kultivator para aristokrat yang membuat Kekaisaran Ardor ditakuti dan dihormati."

Kael menatapnya tajam. "Kekaisaran ditakuti karena kekuatan militernya." Tekannya.

"Dan juga para kultivatornya." Tekan Mentri Keuangan. "Anda tidak merasakannya karena anda tidak bergelut di dunia kultivator, Yang Mulia. Anda manusia biasa."

Gigi Kael menggertak, menatap nyalang dengan jantung bergemuruh. Tawa mencemooh samar dilayangkan padanya. Pada akhirnya, Kael hanya bisa memijit glabelanya pening.

"Untuk Mentri Lingkungan Hidup, bisa jelaskan kenapa menutup saluran air ke wilayah Tydoria Utara? Perilaku anda membuat rakyat kekeringan!" Tukas Kael, nada suaranya meninggi namun dia masih menahan sesuatu yang meletup di dadanya.

"Karena Benteng di samping Tydoria lebih membutuhkannya, Yang Mulia."

Kael mengernyit tidak paham. "Benteng sudah memiliki saluran airnya sendiri."

"Kali ini kita membutuhkan lebih banyak untuk para Penjaga Benteng, Yang Mulia. Musim panas mulai datang." Jawabnya.

Kael berdecih pelan. "Memangnya musim panas tidak datang di Tydoria?" Tanyanya satir.

Mentri menghela napas. "Tapi dokumennya sudah ditandatangani Kaisar, Pangeran Kaelthar."

Kael termenung, merebahkan punggung pada bantalan kursi, mengabaikan intruksi Riverin atau sikap hormat yang harus dilakukan saat rapat. Putra Mahkota juga tidak menegurnya meskipun tatapan cemoohan tidak dapat di tahan.

Keputusan tidak adil dan saling tumpang tindih ini benar-benar mengganggu benak Kael. Netra biru lautnya mengerjap, menatap simbol Kekaisaran di langit-langit dengan wajah mengeruh.

Kael mengepalkan tangan di bawah meja. Gelombang kemarahan menghantam dadanya. Ini tidak masuk akal. Ini bukan keadilan. Tapi semua orang di ruangan ini bersikap seolah-olah ini adalah hal yang wajar. Layaknya dia hanya anak kecil yang mengeluh tanpa alasan.

Jadi ini ... salah satu alasan kenapa Kaelthar melakukan pemberontakan. Dia cukup mengerti karena dirinya yang sekarang pun ingin segera menggulingkan pemerintahan yang mendiskriminasi manusia biasa dan secepatnya mengganti rezim.

Tapi Kael masih merasa ada sebagian yang hilang.

Alasan lain yang memperkuat alasannya sekarang untuk memberontak dan memenggal kepala Kaisar.

Apa alasannya?

"Pangeran Kaelthar, anda ditugaskan melaporkan pergerakan kultivator laut yang dilaporkan berada di wilayah anda, Distrik Tydoria." Ujar Riverin.

Kael menegakan tubuh, menatapnya lamat. "Kenapa aku harus?"

Tinta Riverin jatuh bersamaan dengan ekspresi terkejut dari semua orang. Wajah Riverin mengeras, menatap lurus pada Kael.

"Maksudmu kau tidak ingin bertanggung jawab akan tugas?"

Kael menggeleng pelan. "Kenapa kultivator laut harus ditangkap?"

Pertanyaan Kaelthar mengundang cemoohan dan riuh.

"Apa maksud anda, Pangeran? Tentu saja karena kultivator laut melarang aturan. Energi laut tidak boleh dijadikan dasar sebagai kultivasi karena itu terlarang."

"Itu maksudnya, apa yang menjadikannya terlarang?" Tanya Kael tidak paham dan itu tidak ada di dalam fragmen ingatannya.

Ketua Klan besar Somaris, Sylus berdehem di sebelah Kael, mendekatkan dan berbisik memberi peringatan dengan tajam.

"Maafkan kelancangan saya, tapi sebaiknya anda menghentikan pertanyaan tentang ini, Yang Mulia. Beliau tidak pernah senang jika ada yang membantah dan mempertanyakan aturannya terkait penangkapan kultivator laut. Ini dapat membawa ancaman pada hidup anda."

Kael menegakkan tubuhnya. "Beliau siapa?" Tanyanya serak. Untuk pertama kalinya dalam rapat ini, dia merasa sesuatu yang dingin merayap di punggungnya. Seolah ada mata yang menatap langsung ke jiwanya.

"Kaisar Plagius...," Sylus berbisik, suaranya nyaris tak terdengar. "Beliau sedang mengawasi kita sekarang."

"Dan beliau tidak suka dengan pertanyaan anda."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   56. Marianthe

    "Apa kau lahir dan besar di sini?" Tanya Kael membuat Balsami mengangguk."Apa kau sedang berjalan-jalan? Sebagai permintaan terima kasih karena menangkap anakku, bagaimana jika aku memandumu mengelilingi Marianthe?" Tawar Balsami."Itu terdengar menyenangkan." Sahut Kael mengikuti langkah Balsami.Sementara Lacmi sudah diserahkan pada kenalan Balsami yang membawa anak itu pergi, meskipun awalnya meronta tapi setelah diancam dengan iming-iming Ibunya akan marah—Lacmi langsung diam dan menurut untuk pulang."Sepertinya rumah kalian menyenangkan dan ramai karena kehadiran Lacmi di sana." Komentar Kael menaiki perahu yang Balsami sewa.Penyewa memberikan setengah harga pada Balsami karena dia penduduk lokal dan terlihat akrab. "Iya, aku bersyukur soal itu. Meakipun anak itu kadang nakal dan tidak mendengar ucapanku, tapi dia tetap menganggapku Ayahnya dan merengek setiap hari. Aku senang Lacmi bergantung padaku tanpa ragu." Ujar Balsami mengulum senyum dan ikut menaiki perahu.Kening Ka

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   55. Siapa?

    "Kau akan pergi kemana?" Tanya Pollux saat Kael berlari melewatinya yang duduk di atas gelondongan kayu tepi pantai."Biarkan aku jalan-jalan untuk melihat negara ini!" Teriak Kael menoleh sekilas sambil melambai.Pollux menatap punggung Kael yang menjauh sebelum mengulum senyum dengan sorot mata bangga."Kau sudah sangat kuat sekarang, Pangeran."...Langkah Kael memelan saat memasuki pelabuhan yang dipenuhi kapal-kapal besar dan berbagai muatan. Yang menarik perhatian Kael adalah semua warga asli Marianthe mempunyai tanda tetesan air di bagian tubuhnya.Kael banyak mengambil napas dalam sebelum menghembuskannya dengan perasaan lega. Udaranya lembab dan sejuk, tidak panas sama sekali meskipun matahari bersinar terang.Setelah dari pelabuhan, dia masuk bagian pasar. Disini jalanan tidak berfungsi, diganti dengan aliran air seperti sungai kecil yang berlaku sebagai jalan. Mata Kael berbinar saat mereka menaiki perahu sebagai sarana transportasi."Mereka mengendarai perahu dengan arus a

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   54. Ancaman

    "Ada apa?" Tanya Kael dengan jantung bergemuruh, menunggu kalimat keluar dari bibir Pollux yang berwajah serius."Kapan kau akan menemui Sekte Black Ocean, apakah setelah resmi menjadi kultivator level 3 atau level 4?"Kael merenung sebelum menyahut. "Bagaimana menurutmu, guru? Jika pilihanku sendiri, aku lebih memilih setelah menjadi kultivator level 4.""Alasannya?" Tanya Pollux."Di dalam sekte Black Ocean pasti terdapat banyak kultivator level tinggi yang kuat dan berbakat, aku tidak ingin mengecewakan kalian yang sudah membantuku melarikan diri dari eksekusi dan menawarkan bantuan. Maka dari itu aku ingin menjadi kuat, alasan lainnya adalah untuk diriku sendiri. Aku ingin kuat untuk bisa menggapai tangan orang yang butuh bantuan, untuk menggulingkan tahta Kaisar Plagius ... aku butuh kekuatan besar. Hanya itu alasannya." Jawab Kael tegas dengan sorot mata determinasi.Pollux menatapnya lamat sebelum mengangguk mengerti."Itu bukan keputusan yang buruk." Tukas Pollux melempar tusu

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   53. Negara kultivator laut

    Setelah memerintahkan monster belut listriknya untuk pergi, Kael menoleh pada Pollux."Ada apa?" Tanya Kael saat menemukan raut wajahnya yang gelisah dengan kening mengerut."Pangeran, bagaimana caramu mengendalikan monster laut tingkat menengah? Kemampuan itu harusnya bisa dilakukan saat kau mencapai kultivator laut level 4. Tapi tahap akhir level 3 saja kau belum selesai." Tukas Pollux."Ah—itu, aku ...,""Jangan-jangan ... apa kau menelan informasi lautan lagi?" Tanya Pollux.Kael menggangguk kaku, menatap khawatir. "Apa kau marah?"Pollux termenung sebelum menggeleng pelan dan menghembuskan napas panjang."Aku tidak marah." Jawab Pollux melipat tangan di depan dada. "Guru mana yang marah saat melihat muridnya adalah seorang genius yang dipilih lautan?"Kael sontak mengulum senyum malu dan berdehem canggung akan pujian itu."Aku hanya khawatir."Senyum Kael luntur saat melihat raut wajah Pollux mengeras. Sebenarnya ada apa? Kael tidak dapat membaca atau sekedar menebak apa yang dik

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   52. Di luar dugaan

    Napas Kael terkesiap dengan jantung mencelos saat mendapati ribuan taring dari mulut yang terbuka lebar.Dua cahaya merah barusan berasal dari mata sang monster laut. Tubuhnya hampir setinggi sepuluh meter dengan bobot tang terlihat ribuan ton. Itu adalah belut listrik versi monster.Apakah Kael berhenti? Inginnya begitu namun yang terjadi malah Kael mencoba menelusuri informasi lautan itu lebih jauh sampai,Mata Kael terbuka dengan napas memburu. Informasi lautannya berhenti.Dia terbatuk dan tersedak darahnya sendiri sebelum mengerang memgang kepalanya yang serasa pecah dengan mata berkunang-kunang. Ini adalah konsekuensi yang harus Kael terima karena telah melahap informasi lautan.Lagi.Semburat-semburat darah mengambang di dalam lautan.Setelah sekian lama mengerang dalam kesakitannya, Kael menetralkan napas yang berangsur-angsur lega.Setelah memperbaiki dan menyamakan frekuensi esensi laut ditubuhnya dengan laut sekitar, kumpulan gurita kecil keluar dari pasir dan batu karang t

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   51. Mengendalikan

    Kael meronta dan mendesis, meskipun napasnya aman, tapi tetap saja kerongkongannya terasa perih tergerus ais asin yang mengalir memenuhi paru-paru dan membuat perutnya kembung.Sekelompok gurita kecil melilit tangan dan kaki Kael dengan tentakel mereka—menekan kulitnya dengan gelenyar aneh namun perih serasa kulitnya akan robek.Sementara mahluk air kecil masuk ke tenggorokan bersama air lalu menempel di saluran pernapasan dan menggerogotinya.Kawanan ikan mendorong dengan sirip dan ekor, menampar tubuh Kael sampai dagingnya tersayat membuat darah keluar. Bibir Kael mengerang saat lukanya semakin perih di dalam air asin.Tangan Kael sudah terangkat, hendak menyerang balik namun terhenti. Tubuhnya membeku dengan kening mengerut saat menyadari sesuatu.Jika Kael menyerang, mereka akan semakin ganas dalam mempertahankan diri. Kael jadi memejam mata dan menghembuskan napas panjang. Dia menetralkan jantungnya yang berdebar dan napas yang memburu.Kael kembali bermeditasi di sela mahluk-mah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status