Share

44. Menjebak

Author: VAD_27
last update Last Updated: 2025-05-23 07:02:01

Langit kelabu menggantung rendah di atas laut Selatan. Awan menggulung seperti pusaran, menahan hujan yang tak kunjung jatuh. Di bawahnya, Kael berdiri di atas bebatuan hitam, ujung kemejanya berkibar ditiup angin asin. Di hadapannya, lautan berderu liar, gelombang menghantam pantai seperti memanggil pertumpahan darah yang akan datang.

Ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan aura spiritual dari tubuhnya menyatu dengan kekuatan air di sekitarnya. Thal energy dalam tubuhnya mulai berdenyut perlahan, merespons kekuatan laut.

Hari ini, segalanya akan berubah.

Dari balik kabut, langkah ringan terdengar di permukaan air. Seorang wanita muncul dengan anggun, berjalan seolah ombak menjadi jalannya sendiri. Rambutnya menyala jingga keemasan, jatuh hingga pinggang, berkilau seperti api di tengah badai. Matanya berwarna pirus dalam, dingin, dan tajam—seperti mata ikan predator dari kedalaman samudra. Ia memakai jubah pendek. Simbol bintang lima cabang di lengannya.

"Dia mencari Jenings sampai s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   44. Menjebak

    Langit kelabu menggantung rendah di atas laut Selatan. Awan menggulung seperti pusaran, menahan hujan yang tak kunjung jatuh. Di bawahnya, Kael berdiri di atas bebatuan hitam, ujung kemejanya berkibar ditiup angin asin. Di hadapannya, lautan berderu liar, gelombang menghantam pantai seperti memanggil pertumpahan darah yang akan datang.Ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan aura spiritual dari tubuhnya menyatu dengan kekuatan air di sekitarnya. Thal energy dalam tubuhnya mulai berdenyut perlahan, merespons kekuatan laut.Hari ini, segalanya akan berubah.Dari balik kabut, langkah ringan terdengar di permukaan air. Seorang wanita muncul dengan anggun, berjalan seolah ombak menjadi jalannya sendiri. Rambutnya menyala jingga keemasan, jatuh hingga pinggang, berkilau seperti api di tengah badai. Matanya berwarna pirus dalam, dingin, dan tajam—seperti mata ikan predator dari kedalaman samudra. Ia memakai jubah pendek. Simbol bintang lima cabang di lengannya."Dia mencari Jenings sampai s

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   43. Pesan cinta

    Suasana ramainya pasar yang hangat membuat suasana malam tidak begitu dingin. Lampu-lampu minyak diletakan di depan kios dagangan, malam semakin larut, namun pengunjung pasar malah semakin ramai.Tapi itu tidak cukup untuk mengalihkan perhatian Anna dari pikiran dan hatinya yang terus gusar pada dua pilihan Kael atau Jenings?Sebenarnya ...,"Bagaimana cara memutuskan apa aku mencintainya atau tidak?" Gumam Anna.Langkahnya terhenti tepat di tengah-tengah ribuan orang, netra Anna berbinar saat mendapati dua orang menggotong gantungan kayu dengan beberapa lampion digantung di sana. Tidak hanya dua orang, tapi mereka berombongan."Hei, tunggu aku!""Kau sudah menulis untuk siapa pesanmu?"Anna menoleh mendapati gerombolan anak-anak berteriak riang sambil membawa lampion dan berlari melewatinya."Apa akan ada festival di sini?" Tanya Anna, mendekat pada pedagang wanita yang menjual beberapa lampio di kios lampunya."Nona ini turis, ya?" Tanya si pedagang sambil menghisap cerutu."Ah, iya

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   42. Dua orang berbeda

    "Kau sudah kembali?" Tanya Anna yang duduk di atas gelondongan kayu."Hm," jawab Kael lemas sebelum tubuhnya ambruk ke atas pasir dengan posisi telentang.Napasnya masih memburu, seluruh tubuhnya basah dengan netra terpejam."Lelah sekali." Gumam Kael."Selama dua hari ini kau berlatih apa?" Tanya Anna, menunduk sopan saat Pollux menghampiri."Membelokan dan membuat gelombang laut. Aku sudah menduga bahwa lautan tidak bisa dikendalikan, tapi aku keras kepala." Jawab Kael."Itu sudah jelas. Tidak ada yang bisa mengendalikan lautan, kau harus berenang bersamanya agar tidak tenggelam." Ujar Anna.Kael sontak membuka mata dan melirik Anna dengan sorot tertegun."Kau mengatakan hal yang sama dengan guru.""Semua mahluk hidup yang berhubungan dengan lautan pasti tahu dasar pengetahuan ini." Sahut Pollux duduk di atas gelondongan kayu lain.Anna jadi bangkit berdiri, berjalan dengan kedua kakinya sebelum berjongkok di samping Kael."Apa kau baik-baik saja? Kau terluka?" Tanya Anna membuat Ka

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   41. Kebebasan

    "Kau harus melapisi permukaan kakimu dengan esensi laut, membuatnya berlapis-lapis agar dapat berjalan di atas air."Pollux sudah berdiri di atas air laut yang tenang dan damai, jernihnya air membuat batu-batu karang dan ikan-ikan kecil di bawahnya terlihat jelas seolah Pollux berdiri di atas akuarium kaca.Burung-burung berkicau di langit dengan panas matahari terik yang membakar kulit, membuat lautan berkilau bagai bertabur emas.Sementara Kael masih berada di air dengan memunculkan setengah badan ke permukaan. Kael beranjak untuk naik ke perahu dengan kedua kaki terjulur ke bawah.Kael mencoba memusatkan esensi laut di bawah telapak kakinya seperti yang dikatakan Pollux, sensasi dingin dan geli dia rasakan saat esensi laut bergumul di telapak kakinya."Jangan hanya membuatnya berkumpul di satu titik, di bawah kakimu. Ratakan dan jadikan lapisan, seperti sepatu yang melindungi kakimu saat berjalan." Titah Pollux membuat Kael menurutinya.Membutuhkan fokus tinggi dan ketenangan untuk

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   40. Kultivasi terlarang

    Suara senandung menggema di seluruh ruangan berdinding kayu yang dihiasai banyak kain hitam menjuntai. Wanita berambut orange dengan tato bintang di lengan itu tengah menyisir rambut, mematut dirinya sendiri di depan cermin.Kamar itu gelap dan kecil, jendela dibiarkan tertutup menghalangi udara masuk, hanya terdapat satu meja yang dia pakai dan ranjang di belakangnya."Kau sudah bangun, Jenings?" Tanya Lacres, melirik dari cerminnya pada pria yang terduduk di ranjang."Dimana aku?" Tanya Jenings serak sebelum meregangkan pundaknya yang kaku."Tentu saja, di rumahku. Apa kau tidak ingat kita baru saja melakukan kegiatan yang indah?" Tanya Lacres, suaranya sengaja dibuat mendayu-dayu.Jenings menatap tubuhnya sendiri yang polos sebelum termenung lama."Kau benar. Kenapa, ya? Rasanya aku terus melupakan sesuatu." Tukas Jenings menjambak rambutnya sendiri dengan kening mengerut."Hari ini pun, aku seperti melupakan sesuatu. Setelah bertarung dan membawa uang, aku bertemu kau di Pasar, se

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   39. Sebuah kutukan

    Jantung Kael berdebar seiringan dengan deburan ombak saat mendapati raut gelisah dan terkejut yang kentara dari Pollux."Sebenarnya ada apa? Maksud bintang hitam itu apa?" Desak Kael.Pollux bergeming dengan kening mengernyit sebelum menatap Kael dalam."Aku harus memastikannya sendiri. Untuk sekarang, jagalah Anna dan jangan mencari keributan dengan Jenings maupun wanita itu." Peringat Pollux."Tunggu! Guru!" Tukas Kael namun Pollux sudah melenggang pergi.Kael jadi menipiskan bibir dengan wajah gelisah. Ini sungguh mengganggu hatinya. Dia resah memikirkan segala kejadian dan kemungkinan buruk yang akan terjadi.Anna mengerang pelan sebelum mengerjapkan netranya dan beranjak bangun."Kau sudah baik-baik saja?" Tanya Kael."Berapa lama aku tidur?" Gumam Anna menguap dan mengucek sudut matanya."Hanya sebentar." Jawab Kael melirik pada pundak polos Anna dan kaki telanjangnya."Ayo, ikut aku sebentar." Ujar Kael menarik lengan Anna dengan tergesa membuat gadis itu tidak sempat bertanya.

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   38. Kenyataan pahit

    Pasar selalu ramai menjelang siang, saat matahari terbenam dan aroma herbal dari kios-kios pengobatan mulai bercampur dengan asap dari kedai babi panggang dan wangi teh roh merah. Kael berdiri di balik tiang kayu berukir, matanya menyipit menembus keramaian. Di antara puluhan pejalan kaki, dia tengah mengintai sosok yang kini berjalan santai melewati Pasar—Jenings.Kepalan tangan Kael menguat dengan gigi menggertak saat Jenings kembali bersama perempuan lain yang berbeda dari terakhir kali.Di sampingnya berdiri seorang wanita muda dengan rambut oranye menyala, jatuh hingga punggung. Kain hitam membebat tubuh wanita itu— menampilkan beberapa bagian seperti paha dan dada namun dia menutupinya dengan jubah hitam pendek sepunggung."Bagaimana dengan pertandinganmu hari ini?" Tanya si wanita, membelai halus lengan Jenings dengan jari lentiknya."Pertandingan tadi seri, lawanku bukan seorang keroco seperti biasa." Jawab Jenings."Uangnya?" Tanya si wanita dengan raut wajah menurun sebelum

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   37. Berjalan padamu

    "Jangan bercanda!" Tukas Kael naik pitam dan menarik kerah baju Jenings."Kau pikir aku akan tertipu?"Jenings sontak mengerutkan kening mendengar tudingan Kael sebelum menepis lengannya dengan kasar."Kau pikir aku tipe yang suka bercanda?" Desis Jenings, mulai tersulut karena dituduh sembarangan.Napas Kael memburu dengan pundak naik turun, netra tajamnya menatap Jenings lekat. Apa Kael sekarang sudah kena tipuan? Karena dia tidak melihat kebohongan sama sekali di wajah Jenings.Sorot matanya jujur.Kening Kael berdenyut pusing, Kael tidak boleh langsung percaya begitu saja. Bagaimanapun dia adalah pria yang mencumbu wanita lain saat sudah memiliki komitmen dengan Anna.Kedua kepalan tangannya kembali naik dengan pundak waspada, berniat melanjutkan pertarungan.Jika tidak dapat dikonfrontasi langsung, Kael akan membongkar perilaku Jenings diam-diam!Keduanya kembali melanjutkan pertarungan, kali ini dengan intensitas lebih tinggi membuat penonton terperangah karena kencangnya suara

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   36. Pertarungan di Arena

    Suara di arena bergemuruh, penonton bingung menentukan kepada siapa uang mereka ditaruhkan. Apakah kepada Jenings yang merupakan petarung terkuat tanpa bisa dikalahkan siapa pun? Atau pada penantang berinisial K yang bisa mengalahkan 100 orang dalam dua hari? Pertarungan itu dimulai dengan sengit. Kael melesat cepat ke arah Jenings sebelum melayangkan satu pukulan. Namun Jenings menahannya dengan menyilangkan kedua tangan di depan wajah, lantas balik memukul Kael yang meloncat mundur. "Ini pertama kalinya aku merasakan pukuln dari seseorang, karena biasanya pukulan mereka tidak pernah terasa atau berdampak apapun padaku. kau boleh juga." Ujar Jenings menyeringai. Kael tidak menjawab, dia beralih memutari arena itu, dengan Jenings yang langsung berlari lurus memotong arena dan melayangan tendangan membuat Kael menahannya dengan tangan di sisi kepala. Kael menangkap kaki Jenings, d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status