Home / Fantasi / Lahirnya Kultivator Dewa Samudra / 5. Keterlambatan yang fatal

Share

5. Keterlambatan yang fatal

Author: VAD_27
last update Last Updated: 2025-03-27 12:51:14

Erangan pelan keluar dari bibir merah Kael, keningnya mengernyit tatkala denyutan terasa menyakitkan, netranya mengerjap mendapati langit-langit ruangan dengan lampu gantung sedernana.

Kesadarannya berasung-angsur pulih sebelum netranya melotot dengan tubuh beranjak duduk.

Napasnya memburu, adrenalin dan perasaannya terpacu ke kejadian terakhir tatkala mulutnya dibekap.

Siapa yang melakukannya?

"Anda baik-baik saja, Pangeran?"

Kael mengernyit, kebingungan dan amarah terselubung di bisikannya. "Kau—,"

Walikota sontak bersimpuh, pundaknya bergetar seolah menanti vonis kematian.

"Mohon maafkan kelancangan saya, Yang Mulia. Hanya saja, anda sudah menghilang selama dua hari setelah masuk ke pintu rahasia itu. Putra Mahkota mendadak mengirimkan secarik surat dengan kemampuan kultivasi buminya bahwa beliau akan datang mengunjungi Tydoria untuk mencari anda yang menghilang. Posisi pemimpin yang kosong tidak bisa dibiarkan dan sangat fatal."

"Riverin?" Gumam Kael mengernyit.

"Hanya saja, saya takut jika Putra Mahkota tahu bahwa anda tengah menghilang karena masuk ke jalan rahasia. Saya tidak tahu apa yang anda lakukan dan kenapa anda membuat jalan rahasia. Tapi, firasat saya mengatakan bahwa anda sedang melakukan sesuatu yang akan berdampak besar dan sangat rahasia. Maka dari itu saya pikir, mungkin rencana anda akan terbongkar jika Putra Mahkota tahu tentang jalan rahasia ini. Itu sebabnya saya membuat anda tidak sadarkan diri dan menggunakan kekuatan kultivasi Bumi saya untuk mengeluarkan kita berdua dari sana dengan cepat. Hasilnya, anda sudah terbaring di sofa saat Putra Mahkota datang." Ujar Walikota, suaranya bergetar lirih.

Kael terdiam paham. Seharusnya dia mengantisipasi ketiadaan jabatannya dalam dua hari saat memasuki jalan rahasia menuju pegunungan Kurozen, ini murni keteledorannya.

"Mohon ampukan saya, Yang Mulia!"

Kael tersentak mendengar jerit ketakutan Walikota, pundaknya bergetar, kepalanya semakin dalam bersujud.

"Hentikan, Walikota. Kau sudah menyelamatkanku, tidak ada alasan bagiku menghukummu." Ujar Kael mendorong pundaknya agar bangkit, menatapnya tegas. "Dan jangan bersujud padaku, kau bukan orang yang aku inginkan untuk meminta ampunan." Bisik Kael dingin membuat Walikota tertegun.

"Jadi, Putra Mahkota bergerak mencariku sendiri?" Tanya Kael, berpikir selain pekerjaan, apa mungkin Riverin khawatir tentang pembunuhan saat itu?

Walikota menggeleng. "Kaisar Agung yang memerintahkannya, Pangeran."

Netra Kael melebar dengan jantung mencelos, seketika amarah, mual, benci, yang hilang sementara karena terdistrak hal lain jadi membludak.

Bayangan saat para kultivator laut dikubur hidup-hidup, membuat darahnya mendidih seketika, urat lehernya mengencang dengan gigi menggertak sebelum,

BRAK! PRANG!

Meja kaca pecah berhamburan saat dihantam telapak tangan Kael.

"Yang Mulia! Tangan anda!" Pekik Walikota panik, melihat selubung merah mewarnai telapak tangan Kael yang kurus, dia beranjak cepat, membongkar laci meja untuk mencari obat.

BRAK!

"ARGH! SIAL! SIAL! SIAL!" Umpat Kael menjambak rambutnya frutasi, netranya berkilat tajam dengan gigi menggertak.

Walikota menelan ludah, ujung jarinya bergetar mendapati pertama kalinya menemukan wajah bengis penuh amarah di raut Kael yang biasa penuh senyuman sedih.

"Yang Mulia, maafkan kelancangan saya, tapi apa yang terjadi? Kenapa mendadak emosi anda—,"

Walikota berjengit dengan napas tercekat tatkala Kael menoleh garang, mendekat dan mencengkram kedua bahunya.

"Aku tidak tahan lagi melihat ketidakadilan dan perilaku Kekaisaran yang semena-mena," gumam Kael serak, menggeleng kuat dengan raut wajah mengeras, tatkala semua kejadian hari ini kembali terlintas dalam benaknya—rakyatnya yang mati kekeringan, para kultivator laut yang dikubur hidup-hidup—.

Kael mengepalkan tangannya dengan rahang mengeras, berbisik dingin tatkala amarah melenyapkan kewarasannya.

"Aku akan menggulingkan tahta Kaisar sekarang."

Walikota membelalak dengan jantung mencelos. Dia sontak menoleh pada lantai, melotot pada Kael dengan panik. "Yang Mulia! Kata-kata anda!" Tegur Walikota namun Kael sudah tidak peduli lagi. Emosi mengambil alih kerasionalannya, membuat Kael gelap mata.

"Maaf, tapi aku harus pergi sekarang. Terima kasih untuk segalanya, Walikota. Jangan lupa hal yang perlu kau lakukan dengan uang yang aku berikan, segera lakukan agar tidak ada rakyat yang menderita lagi." Pesan Kael, di saat seperti ini pun, dia masih tetap memikirkan rakyatnya.

Walikota mengernyit, "tunggu, Pangeran! Perkataan anda sebelumnya—,"

Ucapannya terpotong, pundaknya merosot tatkala Kael sudah menghilang di balik pintu, membuat Walikota mengernyit panik, jantungnya bergemuruh dengan tangan meremas rambut frustasi.

Apa? Memberontak?

...

Aroma kayu jati dan lilin memenuhi ruang kerja Kael, didominasi warna cokelat keemasan, atapnya tinggi dengan ukiran naga di langit-langitnya, simbol Kekaisaran Ardor terukit di tengahnya. Meja kerjanya menghadap jendela besar dengan satu rak buku yang menghadap ke arahnya. Kael duduk di kursi berbantal hitam dengan ukiran emas di kayu jatinya.

Keningnya mengernyit dalam, meja kerja yang tidak pernah rapi semakin dibuat berantakan tatkala seluruh dokumen di letakan di sana. Kael mengacaknya, mencari dokumen yang dia butuhkan.

Kael adalah manusia biasa tanpa kemampuan kultivasi, berat dan sedih, namun sekarang dia harus mengakuinya. Dan satu-satunya cara yang dapat dilakukan manusia biasa ini untuk menggulingkan Kaisar—selain mencuri artefak yang salah—adalah dengan membawa semua bukti penyimpangan yang dilakukan oleh Kaisar ke Hall of Celestial Judgement.

Bukti yang dimaksud adalah kejadian genosida kultivator laut di penjara dimana itu bukanlah hukuman Kekaisaran tapi ego dan menyalahi aturan. Untuk bukti ini, dia sendiri saksi matanya. Ini adalah bukti terkuat karena setelah mengecek deretan nama pemimpin Militer khusus penangkapan kultivator laut, yang memimpinnya adalah Kaisar Plagius langsung. Hal ini akan menjadi boomerang baginya, semua rakyat akan mempertanyakan legitimasinya yang dapat membunuh manusia semudah menjentikan jari.

Bukti kedua adalah, adanya diskriminasi terselubung pada manusia biasa dimana seharusnya hukum berlaku dengan adil untuk seluruh warga Kekaisaran. Ini bukti kuat, Kael membawa semua dokumen anggaran bagi Tydoria yang tidak adil, sistem irigasi air yang dipotong tanpa alasan jelas, meskipun semuanya adalah keputusan Mentri, tapi keputusan akhirnya tetap ditandatangani Kaisar. Apalagi bukti ini begitu banyak dari beberapa tahun terakhir.

Kael tahu, kenapa Kaelthar sebelumnya hanya diam meskipun terus didiskriminasi, karena mengumpulkan bukti konkret. Jika satu kasus bisa saja dianggap kesalahan namun ribuan kasus sama, itu akan menjadi akhir dari game ini.

Dan Kael pemenangnya.

Itu semuanya akan berakhir jika semua dokumen ini sampai ke tangan Hall of Celestial Judgement yang dimana merupakan pengadilan terbaik di Kekaisaran. Mereka punya yuridiski sendiri tanpa campur tangan Kaisar dan jabatan tinggi di pemerintahan lain, sehingga penghukumannya akan adil, tidak akan timpang sebelah.

Itu sebabnya seorang Putra Mahkota takut saat memikirkan akan diseret ke sana.

Sedari awal jika punya yuridiski seperti Hall of Celestial Judgement, harusnya menghukum para pejabat bedebah itu akan mudah tapi membawa semua bukti ke sana yang sulit.

Mereka banyak bermain licik sebelum bukti di serahkan.

Sampai membuat para aristokrat dan kultivator dari klan besar yang congkak tidak berkutik di ruang pengadilan, kekuasaan Hall of Celestial Judgement selalu membuat bulu kuduk Kael meremang.

Setelah merapikan semua bukti, Kael membungkusnya dalam kotak kayu rapat dengan kunci. Saat ini diserahkan, Kaisar tak akan bisa menghindar dari keadilan dan penghukuman.

Kael beranjak sebelum pintu kerjanya dibuka kasar.

"Kenapa kalian masuk tanpa ijinku?" Bentak Kael mendapati lima penjaga berjubah hitam dengan bukaan depan tanpa kain apapun lagi, memamerkan otot liat mereka, mengintimidasi Kael walau tanpa senjata.

"Pangeran Kaelthar S. Azure. Anda ditangkap karena dugaan pemberontakan terhadap Kekaisaran Ardor. Harap ikuti saya dengan tenang."

Bagai tersambar petir, tempat menyimpan semua buktinya jatuh menghantam lantai begitu saja.

Kael ... terlambat.

...

—Hall of Celestial Judgement—

Kael berdiri dibelakang podium terdakwa—dikelilingi oleh lingkaran batu yang lebih rendah dari lantai utama— mendongkak lurus menatap pada podium Hakim Agung yang berada di titik pusat ruangan berbentuk setengah lingkaran, didominasi oleh basalt hitam dan marmer cokelat keemasan.

Ada 12 pilar batu kolosal yang mengelilingi aula, diukir ornamen peradilan jaman kuno, ujung pilar dibentuk cakar raksasa yang mencengkram bumi—simbol Kekaisaran Ardor—.

Para kultivator dari klan besar, aristokrat dan pejabat tinggi lain duduk di tribun penonton yang dibangun seperti amfiteater dangkal dengan podium terdakwa di tengahnya.

Semua berdiri memberi hormat saat Hakim Agung masuk podium, duduk di kursi yang terbuat dari obsidian hitam, platform podiumnya dibangun dengan dua pilar di kedua sisi dan pedimen di atasnya. Kubah di atap ruangan yang dihiasi mozaik juga membawa cahaya matahari masuk, menyorot langsung pria paruh baya berambut putih panjang, mengenakan kacamata berantai emas dengan jubah hitam polos, seolah cahaya merujuk pada keadilan yang diturunkan dari langit berbentuk manusia.

Setelah pembukaan panjang lebar, Kael meneguk ludah dengan perasaan bergemuruh, jantungnya terus berdebar kencang dalam artian buruk membuat rantai di pergelangan tangan dan kakinya terasa perih menggesek kulit. Kael pernah membayangkan berada di sini, namun bukan menempati podium terdakwa, dia menginginkan menempati podium saksi dengan Kaisar yang berada di posisinya saat ini.

Sial, Kael menggertakan giginya. Padahal tinggal satu langkah lagi, Kael dapat menyerahkan bukti, namun kenapa waktu penangkapan Kael sangat pas seolah disengaja? Bibirnya bergetar, ini jelas ulah dari satu oknum. Tapi siapa? Meskipun niat memberontak tapi perilaku Kael sampai saat ini belum merugikan siapapun karena dia memang belum sempat bertindak.

"Terdakwa, Pangeran Kaelthar S. Azure, dengan ini anda didakwa kasus penggunaan dana pribadi terhadap keperluan rakyat yang menyebabkan sistem keuangan Kekaisaran tidak stabil, dan akibat merugikan lainnya. Apa anda mengakuinya?" Tanya Hakim Agung.

Kepalan tangan Kael mengepal, giginya menggertak dengan wajah masam, menjawab tegas. "Saya mengakuinya. Hati nurani saya terguncang melihat rakyat saya yang mati kekeringan karena ketidakadilan dan penyimpangan yang dilakukan oleh Pemerintahan terhadap anggaran rakyat Tydoria."

"Sungguh mulia sekali, Pangeran Kaelthar, semoga The Lord of Aethelgran membalas kebaikan anda. Tapi, perilaku anda yang menggunakan dana pribadi juga merupakan penyimpangan dan ketidakadilan pada wilayah lain. Selain itu, tindakan anda saat ini dianggap sedang membangun pengaruh diri anda sendiri di luar otoritas Kaisar. Pengadilan mengganggap ini sebagai ancaman bagi kekuasaan Kekaisaran Pusat dan bentuk pemberontakan terselubung."

Kael tercekat, "A-apa? Tapi aku tidak—," semua kalimatnya meleleh ditenggorokan. Dia memang ingin memberontak, tapi perilakunya yang menggunakan dana pribadi itu murni bentuk tanggung jawabnya yang salah. Dia tidak pernah berpikir melibatkan hal itu dalam pemberontakannya.

Gigi Kael menggertak, sialan. Dia ... salah langkah, lagi.

"Untuk memperkuat dakwaan atas pemberontakan yang Pangeran Kaelthar S. Azure lakukan, saya datangkan saksi sekaligus pelapor, silahkan memasuki podium saksi dan berikan kesaksian anda." Tukas Hukum Agung.

Kael menoleh cepat pada podium saksi saat suara tanah bergemuruh, lantai podium saksi bergerak terbuka dan menaikan orang yang berdiri di atasnya.

Sebenarnya siapa yang melaporkan Kael?

Dunia Kael seolah berhenti begitu saja, jantung mencelos, tengkuknya dingin saat mata mereka bertemu.

Mendapati Walikota yang muncul di balik podium saksi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   6. Pesan

    "Walikota! Kau—, ba-bagaimana mungkin?" Sentak Kael, rantainya berderak memaksa Kael berdiri di tempat tatkala tubuhnya maju, ingin menarik kerah Walikota yang kini membuang muka dengan raut tidak terbaca.Jantung Kael bergemuruh dengan wajah memerah, perasaan marah meletup-letup namun dia tahan sampai giginya menggertak dan pundak naik turun.Wajah Kael menunduk dalam dengan urat leher mengencang, buku-buku jarinya memutih mau seberapa emosi pun dirinya saat ini, tetap saja semua kata meleleh ditenggorokannya. Dia sudah tidak tahu harus berkata apa mengomentari atau mengumpati Walikota yang menghianatinya dan rencananya yang gagal.Gigi Kael menggertak dengan dada bergemuruh, kenapa walikota menghianatinya? Amarah Kael tidak bisa meluap tatkala fragmen ingatan wajah hangat Walikota yang tengah tersenyum saat membantu rakyat Tydoria memperbaiki infrastuktur terasa jelas di netra Kael.Rasa bersyukur dan senang yang bahkan tidak dia rasakan sendiri begitu meluap begitu fragmen ingatan

    Last Updated : 2025-03-28
  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   7. Mata Bumi

    'Tanah Kekaisaran Ardor adalah telinga Kaisar Plagius. Tidak ada tempat yang aman. Maafkan aku, Yang Mulia. Tolong ... bencilah aku yang lemah dan hanya tunduk pada penguasa dzolim karena di dalam hatiku masih ada rasa takut kehilangan keluargaku. Aku salah, jangan maafkan aku, Pangeran Kaelthar. Penangkapanmu murni karena kelemahan dan ketakutanku. Aku tidak pernah punya niatan untuk menghianatimu, Pangeran.' Kening Kael mengkerut dalam, punggungnya terasa sakit saat bersandar pada besi sel, memikirkan pesan rahasia yang dikirim oleh Walikota lewat debu pasir di telapak tangannya kemarin. Jika digali maksudnya lebih dalam, artinya seluruh tanah di Kekaisaran Ardor berada di bawah Kaisar Plagius. Fragmen ingatan itu datang kemudian, mengingat bahwa Kaisar Plagius adalah kultivator tingkat tertinggi di ajaran kultivasi bumi, yaitu Gaia Warth. Hanya dua orang yang mencapai tingkat tersebut di Kekaisaran, contoh lainnya adalah salah satu diantara penasihat. Bahkan Putra Mahkota sendir

    Last Updated : 2025-04-03
  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   8. Dijebak

    Riverin melipat tangan di depan dada, keningnya mengerut dalam, memikirkan apa yang diincar oleh sekte pemberontak dari tubuh adik tirinya. Sebenarnya persoalan Kaelthar yang hidup kembali menggunakan artefak curian menganggu benak Riverin. Namun, setelah mengamatinya diam-diam, dia bersikap seperti sebelumnya tanpa perubahan yang signifikan. Sebenarnya eksekusi Kaelthar hari ini bukan menjadi persoalan untuk dirinya. Riverin jadi menyandarkan punggung ke kursi, menyangga dagunya dengan seulas senyum tipis. Menatap pada platform eksekusi di bawahnya. Justru ini bagus untuk rencananya. Karena kini, tidak ada lagi adik bodoh yang ingin menempati tahta Kaisar miliknya. Riverin sudah tidak punya saingan lain. Hanya tinggal sekte Black Ocean saja. Netranya jadi melirik pada Kaisar Plagius yang duduk di singgasana, sebelahnya. 'Dan Ayah tua ini.' Benak Riverin keki. Tempat duduk aristokrat kerajaan terletak di bangunan yang ditinggikan dari area eksekusi, terbuat dari kayu eboni dan

    Last Updated : 2025-04-05
  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   9. Siapa yang bidak?

    Kepalan tangan Kaisar Plagius menguat, menatap nyalang dengan jantung bergemuruh pada area eksekusi yang kacau balau. Tidak sesuai prediksi dan rencananya membuat kepalanya berasap dengan gigi menggertak. Seharusnya, Kaelthar hanyalah bidak catur dalam permainannya untuk menangkap Sekte Black Ocean! Kenapa sekarang Plagius yang hanya menjadi bidak catur bagi Sekte Black Ocean untuk menangkap Kaelthar?! Plagius menggeram dengan urat leher mengencang dan rahang mengeras, pegangan singgasana yang terbuat dari kayu eboni itu hancur tatkala Palgius mencengkramnya. Pertama kalinya, dia dipermainkan seperti ini. Getaran amarah Kaisar Plagius memancar seperti gelombang panas, membuat para pengawal di sekelilingnya menunduk ngeri karena auranya mencekik atsmosfer. Plagius itu penguasa terhebat ... Kaisar tertinggi dan terkuat yang bisa menghancurkan siapapun di Kekaisaran Ardor! Dia hanya boleh dan mampu memainkan bidak catur lain, bukan dirinya yang menjadi bidak catur yang dipermainkan o

    Last Updated : 2025-04-06
  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   10. Tantangan pertama

    Kael memeluk tubuhnya sendiri yang bergidik, seolah cahaya terik matahari yang menyorot punggungnya tidak cukup, dua orang yang memakai jubah putih menyalakan api unggun untuknya, membuat Kael sesekali mendekatkan kedua telapak tangan sambil menggosoknya. Netra Kael mengerjap, menatap kawasan hutan kelapa di sebelah kirinya. "Aku akan pergi mengawasi sekitar." Tukas pria jubah putih sambil beranjak berdiri dan melipir untuk menyusuri area. Menyisakan satu temannya dan Kael yang duduk berhadapan dengan api unggun sebagai partisi. "Jadi," tanya Kael setelah bibirnya berhenti bergetar. "Kenapa kalian menyelamatkanku dan bagaimana caranya? Bukankah Kaisar Plagius mengganti rencana untuk menjebak kalian?" Hening. Hanya deburan ombak dan suara api melahap kayu yang terdengar nyaring. Pria itu membuka jubah penutup kepalanya, menampilkan rambut beruban, epidermisnya cokelat, layu dan keriput, sorot netranya dalam dan lembut dengan kerutan di sepanjang garis wajahnya. "Perkenalkan, aku

    Last Updated : 2025-04-07
  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   11. Persembahan di atas api

    Kael sontak berlari untuk menghindari panah-panah api yang datang dari balik pohon kelapa. Kael menoleh dan menyipit, dia tidak bisa melihat siapa dan berapa orang yang tengah menyerangnya saat ini.Sementara Pollux dan rekan satunya—Austin, berdiri di pesisir pantai, membiarkan ombak membasahi dan menyeret kaki mereka. Austin membuat setengah lingkaran dengan telapak tangan, seketika ombak bergerak seirama membentuk kubah air yang menudungi dan melindungi dari panah api yang langsung padam juga hancur berserakan terbawa ombak ketika menghantam kubahnya.Kael berdecak melihatnya, merasa diasingkan di neraka sendirian. Tidak ada pilihan lain! Ini adalah langkah pertamanya untuk menjadi kultivator laut dan Kael harus melewatinya!Kening Kael mengernyit, dia membakar otaknya untuk berpikir cepat dalam situasi gawat.Apa yang bisa manusia biasa seperti dirinya untuk selamat dari hujan panah api?...Kening Austin yang tertutup tudung mengernyit tatkala menonton Kael berlari masuk hutan.

    Last Updated : 2025-04-30
  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   1. Artefak yang salah

    Langkahnya dibawa berlari kencang menyusuri lorong marmer, memasukan artefak ke balik sabuk kerajaan, menarik kain yang membebat dibaliknya. "Pangeran Kaelthar terlihat memasuki lorong ketiga, kepung di bagian pintu depan dan belakang Temple!" Mengabaikan teriakan yang menggema ke langit kuil, Kael melecutkan kain ke arah obor sampai padam. Salah satu penjaga yang berdiri di mulut lorong mengeluh dalam hati tatkala lorongnya berubah gelap, dia tidak bisa melihat sosok Kael berbelok kemana dibanyaknya persimpangan lorong. "Tutup semua pintu yang mengarah keluar." Titahnya sebelum masuk ke lorong gelap berbekal obor. "Pangeran Kaelthar!" Netra Kael mengerjap tatkala mendegar suara dari belakangnya, dia memutuskan berbelok ke lorong kanan, menempelkan punggung pada marmer dingin sambil mengatur napas agar lebih tenang. Suara tegap penjaga terdengar tepat di sampingnya, riak api dari obor memenuhi dinding tempat Kael berdiri, tangan Kael melepas ornamen giok yang menggantung di sa

    Last Updated : 2025-03-27
  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   2. Roh pohon yang berkultivasi

    "Aku ... masih hidup?"Kael meraba ulu hatinya, tidak ada rasa sakit dan kebocoran darah maupun lubang di sana. Hanya kulit yang terasa perih terkena air garam.Deburan ombak menggelitik kakinya, Kael berdiri ditengah hamparan laut tidak berujung, selubung-selubung putih menudungi kepalanya tanpa matahari maupun bintang. Semua putih dan biru mencolok layaknya lukisan impresionis, hanya suara deburan dan pantulan cahaya samar pada riak ombak.Kael mengerjap, apa dia bermimpi?"Apa ini yang mereka sebut ... alam setelah kematian?" Tanya Kael gamang, dadanya bergemuruh kecewa dan takut secara bersamaan."Bukan, tapi ini adalah Samudra Nirwana. Tempat kesadaran luas tanpa batas layaknya keabadian yang tersimpan dalam lautan. Ini adalah tempat yang terbuat karena luapan esensi laut yang terkandung di dalam mutiaraku."Kael tersentak tatkala suara dalam bagai deburan ombak menggema di seluruh penjuru. Kael mendongkak, terpaku pada gumpalan cahaya yang melayang di atas kepalanya."Kau yang b

    Last Updated : 2025-03-27

Latest chapter

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   11. Persembahan di atas api

    Kael sontak berlari untuk menghindari panah-panah api yang datang dari balik pohon kelapa. Kael menoleh dan menyipit, dia tidak bisa melihat siapa dan berapa orang yang tengah menyerangnya saat ini.Sementara Pollux dan rekan satunya—Austin, berdiri di pesisir pantai, membiarkan ombak membasahi dan menyeret kaki mereka. Austin membuat setengah lingkaran dengan telapak tangan, seketika ombak bergerak seirama membentuk kubah air yang menudungi dan melindungi dari panah api yang langsung padam juga hancur berserakan terbawa ombak ketika menghantam kubahnya.Kael berdecak melihatnya, merasa diasingkan di neraka sendirian. Tidak ada pilihan lain! Ini adalah langkah pertamanya untuk menjadi kultivator laut dan Kael harus melewatinya!Kening Kael mengernyit, dia membakar otaknya untuk berpikir cepat dalam situasi gawat.Apa yang bisa manusia biasa seperti dirinya untuk selamat dari hujan panah api?...Kening Austin yang tertutup tudung mengernyit tatkala menonton Kael berlari masuk hutan.

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   10. Tantangan pertama

    Kael memeluk tubuhnya sendiri yang bergidik, seolah cahaya terik matahari yang menyorot punggungnya tidak cukup, dua orang yang memakai jubah putih menyalakan api unggun untuknya, membuat Kael sesekali mendekatkan kedua telapak tangan sambil menggosoknya. Netra Kael mengerjap, menatap kawasan hutan kelapa di sebelah kirinya. "Aku akan pergi mengawasi sekitar." Tukas pria jubah putih sambil beranjak berdiri dan melipir untuk menyusuri area. Menyisakan satu temannya dan Kael yang duduk berhadapan dengan api unggun sebagai partisi. "Jadi," tanya Kael setelah bibirnya berhenti bergetar. "Kenapa kalian menyelamatkanku dan bagaimana caranya? Bukankah Kaisar Plagius mengganti rencana untuk menjebak kalian?" Hening. Hanya deburan ombak dan suara api melahap kayu yang terdengar nyaring. Pria itu membuka jubah penutup kepalanya, menampilkan rambut beruban, epidermisnya cokelat, layu dan keriput, sorot netranya dalam dan lembut dengan kerutan di sepanjang garis wajahnya. "Perkenalkan, aku

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   9. Siapa yang bidak?

    Kepalan tangan Kaisar Plagius menguat, menatap nyalang dengan jantung bergemuruh pada area eksekusi yang kacau balau. Tidak sesuai prediksi dan rencananya membuat kepalanya berasap dengan gigi menggertak. Seharusnya, Kaelthar hanyalah bidak catur dalam permainannya untuk menangkap Sekte Black Ocean! Kenapa sekarang Plagius yang hanya menjadi bidak catur bagi Sekte Black Ocean untuk menangkap Kaelthar?! Plagius menggeram dengan urat leher mengencang dan rahang mengeras, pegangan singgasana yang terbuat dari kayu eboni itu hancur tatkala Palgius mencengkramnya. Pertama kalinya, dia dipermainkan seperti ini. Getaran amarah Kaisar Plagius memancar seperti gelombang panas, membuat para pengawal di sekelilingnya menunduk ngeri karena auranya mencekik atsmosfer. Plagius itu penguasa terhebat ... Kaisar tertinggi dan terkuat yang bisa menghancurkan siapapun di Kekaisaran Ardor! Dia hanya boleh dan mampu memainkan bidak catur lain, bukan dirinya yang menjadi bidak catur yang dipermainkan o

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   8. Dijebak

    Riverin melipat tangan di depan dada, keningnya mengerut dalam, memikirkan apa yang diincar oleh sekte pemberontak dari tubuh adik tirinya. Sebenarnya persoalan Kaelthar yang hidup kembali menggunakan artefak curian menganggu benak Riverin. Namun, setelah mengamatinya diam-diam, dia bersikap seperti sebelumnya tanpa perubahan yang signifikan. Sebenarnya eksekusi Kaelthar hari ini bukan menjadi persoalan untuk dirinya. Riverin jadi menyandarkan punggung ke kursi, menyangga dagunya dengan seulas senyum tipis. Menatap pada platform eksekusi di bawahnya. Justru ini bagus untuk rencananya. Karena kini, tidak ada lagi adik bodoh yang ingin menempati tahta Kaisar miliknya. Riverin sudah tidak punya saingan lain. Hanya tinggal sekte Black Ocean saja. Netranya jadi melirik pada Kaisar Plagius yang duduk di singgasana, sebelahnya. 'Dan Ayah tua ini.' Benak Riverin keki. Tempat duduk aristokrat kerajaan terletak di bangunan yang ditinggikan dari area eksekusi, terbuat dari kayu eboni dan

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   7. Mata Bumi

    'Tanah Kekaisaran Ardor adalah telinga Kaisar Plagius. Tidak ada tempat yang aman. Maafkan aku, Yang Mulia. Tolong ... bencilah aku yang lemah dan hanya tunduk pada penguasa dzolim karena di dalam hatiku masih ada rasa takut kehilangan keluargaku. Aku salah, jangan maafkan aku, Pangeran Kaelthar. Penangkapanmu murni karena kelemahan dan ketakutanku. Aku tidak pernah punya niatan untuk menghianatimu, Pangeran.' Kening Kael mengkerut dalam, punggungnya terasa sakit saat bersandar pada besi sel, memikirkan pesan rahasia yang dikirim oleh Walikota lewat debu pasir di telapak tangannya kemarin. Jika digali maksudnya lebih dalam, artinya seluruh tanah di Kekaisaran Ardor berada di bawah Kaisar Plagius. Fragmen ingatan itu datang kemudian, mengingat bahwa Kaisar Plagius adalah kultivator tingkat tertinggi di ajaran kultivasi bumi, yaitu Gaia Warth. Hanya dua orang yang mencapai tingkat tersebut di Kekaisaran, contoh lainnya adalah salah satu diantara penasihat. Bahkan Putra Mahkota sendir

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   6. Pesan

    "Walikota! Kau—, ba-bagaimana mungkin?" Sentak Kael, rantainya berderak memaksa Kael berdiri di tempat tatkala tubuhnya maju, ingin menarik kerah Walikota yang kini membuang muka dengan raut tidak terbaca.Jantung Kael bergemuruh dengan wajah memerah, perasaan marah meletup-letup namun dia tahan sampai giginya menggertak dan pundak naik turun.Wajah Kael menunduk dalam dengan urat leher mengencang, buku-buku jarinya memutih mau seberapa emosi pun dirinya saat ini, tetap saja semua kata meleleh ditenggorokannya. Dia sudah tidak tahu harus berkata apa mengomentari atau mengumpati Walikota yang menghianatinya dan rencananya yang gagal.Gigi Kael menggertak dengan dada bergemuruh, kenapa walikota menghianatinya? Amarah Kael tidak bisa meluap tatkala fragmen ingatan wajah hangat Walikota yang tengah tersenyum saat membantu rakyat Tydoria memperbaiki infrastuktur terasa jelas di netra Kael.Rasa bersyukur dan senang yang bahkan tidak dia rasakan sendiri begitu meluap begitu fragmen ingatan

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   5. Keterlambatan yang fatal

    Erangan pelan keluar dari bibir merah Kael, keningnya mengernyit tatkala denyutan terasa menyakitkan, netranya mengerjap mendapati langit-langit ruangan dengan lampu gantung sedernana.Kesadarannya berasung-angsur pulih sebelum netranya melotot dengan tubuh beranjak duduk.Napasnya memburu, adrenalin dan perasaannya terpacu ke kejadian terakhir tatkala mulutnya dibekap.Siapa yang melakukannya?"Anda baik-baik saja, Pangeran?"Kael mengernyit, kebingungan dan amarah terselubung di bisikannya. "Kau—,"Walikota sontak bersimpuh, pundaknya bergetar seolah menanti vonis kematian."Mohon maafkan kelancangan saya, Yang Mulia. Hanya saja, anda sudah menghilang selama dua hari setelah masuk ke pintu rahasia itu. Putra Mahkota mendadak mengirimkan secarik surat dengan kemampuan kultivasi buminya bahwa beliau akan datang mengunjungi Tydoria untuk mencari anda yang menghilang. Posisi pemimpin yang kosong tidak bisa dibiarkan dan sangat fatal.""Riverin?" Gumam Kael mengernyit."Hanya saja, saya

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   4. Kebenaran penangkapan Kultivator Laut

    Satu persatu mulai meninggalkan The Grand Imperium, menyisakan Kaelthar seorang diri dengan lampu berlian yang perlahan memendar lemah, memancarkan perasaannya saat ini.Tangannya meremas kuat setiap helaian rambut pirangnya, mencoba mengalirkan rasa frustasi dan ketidakberdayaannya di rapat hari ini.Padahal tanggung jawab rakyat Distrik Tydoria berada di tangannya, namun tangan yang hanya manusia biasa ini tidak mampu memberikan keadilan pada mereka. Tidak ada yang peduli pada manusia biasa, Kael berjuang seorang diri.Brak!Kael menghantam kepalan tangannya ke meja, beranjak berdiri dengan napas memburu.Perasaan api yang berkobar membakar atmanya terasa panas, membuat kepalanya berasap. Tidak hanya gagal di dunia kultivasi, namun dia juga harus gagal memberi rakyatnya keadilan.Sial...."Your Highness." Ujar Walikota memberi salam, raut terkejut tercetak jelas di wajah pria paruh baya itu mendapati kedatangan mendadak tanpa pemberitahuan."Mohon ampunan atas sambutan yang sederha

  • Lahirnya Kultivator Dewa Samudra   3. Menjadi Pangeran

    "Kau baik-baik saja, Kael? Selain nampak aneh, kau juga nampak tidak seperti biasanya." Komentar Shipor, menaikan sebelah alis, memeriksa wajah pias Kael lamat. Ada ketakutan yang tersirat dalam binar netranya. "Padahal menggulingkan tahta Kaisar adalah tujuan hidupmu, jika kau mengatakan lupa begitu saja, artinya ada yang tidak beres dengan kepalamu." Shipor mengambil kesimpulan, menatap Kael tajam. "Ceritakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi? Jika merasa tidak dapat menyelesaikannya sendiri, kau harus membagi masalahmu. Kita harus saling membantu sampai tujuan kita tercapai, ingat?" Kael melepaskan jambakan pada helai rambut, melirik Shipor namun yang dia lihat adalah fragmen ingatan dimana Shipor dan Kael berbicara tentang bahu-membahu saling mengandalkan di masa lalu. "Kau benar." Gumam Kael, itu mengendurkan rasa ragunya, membuat Kael menceritakan seluruh kejadian, bahwa dia mati dan roh pohon bangkitk dalam tubuh Kaelthar karena kekuatan artefak kuno. Kael meremas ujung j

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status