Kael menipiskan bibir, dia tidak suka senyuman yang sekarang disunggingkan Pollux. Itu adalah senyuman yang penuh makna dan akan membuat Kael berakhir sekarat.Tapi, Kael tetap menurutinya untuk lepas dari perasaan gundah ini."Jadi, apa yang akan kita lakukan." Tanya Kael.Pollux benar, kini perasaan gelisah itu perlahan berganti oleh degupan jantungnya yang terus bergemuruh karena was-was dan exited di saat bersamaan akan hal yang Pollux rencanakan."Kau tahu kuda laut?"Kael mengangguk."Kau akan mengendalikan dan menunggangi mereka dalam perjalanan kali ini." Ujar Pollux membuat Kael terpengarah."Tidak mungkin aku akan mengendalikan kuda laut yang berukuran asli. Apakah yang kau maksud adalah kuda laut berukuran raksasa?" Tanya Kael dengan mata berbinar.Pollux mengangguk, dia membuka telapak tangan—mengalirkan esensi laut ke sana sebelum mencelupkan ke dalam air. Matanya terpejam dengan kening mengerut. Kael tahu bahwa gurunya tengah memanggil mahluk laut yang dia kendalikan.Pe
"Balsami."Pundak Balsami masih bergetar dengan napas memburu, dia mendongak pada Kael yang menatapnya tenang tanpa kemarahan apapun padahal Balsami sudah menyerang dengan niat menghabisi barusan."Apa? Kau kecewa padaku yang masih menyerangmu padahal istriku memang berbuat salah? Kau marah dan tidak terima karena aku masih kukuh dan kekanak-kanakan dengan menyimpan emosi padamu?" Bentak Balsami dengan pundak naik turun.Namun, jawaban Kael selanjutnya membuat Balsami tertegun dengan jantung mencelos."Tidak sama sekali. Marah dan semua perasaan yang kau rasakan padaku, adalah milikmu sendiri. Aku tidak punya hak membuatmu agar tidak merasakannya. Kau punya hak untuk membenciku, marah padaku. Tapi, Balsami ... aku harus pergi sekarang."Tangan Balsami terkepal dengan gigi menggertak."K-kenapa? Kenapa kau sangat murah hati seperti ini? Apa itu akting hanya karena kau dipilih oleh lautan? Kau sedang berpura-pura menjadi orang suci agar aku terlihat rendah dan kau terlihat sangat tinggi
Laut membentang luas di bawah langit kelabu. Ombak bergulung perlahan, seakan menunggu, menahan napas untuk menyaksikan pertarungan yang akan segera terjadi. Dua sosok berdiri berhadapan di atas permukaan air laut, tubuh mereka diselimuti oleh aura esensi laut yang bergetar hebat.Balsami menatap Kael dengan dingin. Sorot matanya tajam seperti mata harimau laut yang siap mencabik mangsanya. Tubuhnya besar, berotot, dan penuh bekas luka, hasil dari ratusan pertempuran yang pernah ia lalui. Tapi hari ini, dia akan menghadapi satu lawan yang berbeda.“Tak perlu banyak bicara lagi, Kaelthar.” ujar Balsami dengan suara serak. “Akan aku buktikan bahwa kau hanya kultivator biasa bukan seseorang yang dipilih Lautan! Aku bisa mengalahkanmu!”Tanpa aba-aba, Balsami langsung menyerang.Ia melesat seperti peluru, kaki menghentak permukaan air tanpa menimbulkan cipratan sedikit pun. Tinju kanannya melesat ke arah kepala Kael, berlapis esensi laut yang memperkuat kekuatan fisiknya.Namun Kael mengh
Langkah Kael dan Pollux dibawa menjauhi pesisir pantai Marianthe, meskipun jantung Kael terus bergemuruh untuk sesuatu baru yang akan dia lakukan.Namun langkah dan tekadnya sudah mantap."Apa kau sudah siap?"Kael mengangguk tegas. "Aku sangat siap.""Kau harus beradaptasi untuk tinggal di bawah lautan selama 24 jam terus menerus. Dan lagi, jangan mengharapkan semua anggota Sekte Black Ocean akan menerimamu dengan pasrah dan lapang dada. Setiap anggota punya dendam yang dalam dan besar pada Kekaisaran Ardor." Ujar Pollux.Kael tersenyum miris. "Dengan latar belakang Kaelthar yang merupakan Pangeran dari Kekaisaran ... aku mengerti. Mereka akan sulit menerimaku. Tapi, jangan khawatir guru. Aku datang ke Sekte bukan berniat berperang dan memusuhi satu sama lain. Aku berniat menjalin kerja sama, serahkan saja padaku. Aku yang akan membuat semua anggota Sekte percaya padaku."Pollux tertegun sebelum mengelum senyum."Kau benar-benar terlihat seperti seorang Pangeran yang bijaksana." Puji
Atmosfer menegang, padahal suasana ramai namun baik Kael maupun Balsami merasa bahwa mereka ada dalam dunianya sendiri dengan suara yang senyap.Kening Kael mengerut samar, dari tadi Balsami terus menanyakan hal sama. Digali sedalam apapun, Kael tidak menemukan kenangan tentang Balsami.Sekali lagi, dia menggeleng dan menyahut tegas."Aku sungguh yakin, kita tidak pernah bertemu sebelumnya."Balsami menatap Kael lekat, seolah mencari kebohongan dari sorot matanya namun dia tidak menemukannya. Tapi bukan berarti perasaan tidak enaknya menghilang.Kali ini Balsami senyap, semua kata meleleh di tenggorokannya. Perasaan buruk yang semakin menggerogoti tanpa tahu apa alasannya membuat pikirannya kacau dan berisik."Balsami, kau—,""Pangeran."Keduanya terkejut dan menoleh mendapati pria tua dengan wajah tertutup tudung dari jubah putih yang dia pakai—berdiri di depan mereka."Siapa?" Tanya Balsami."Ah, dia kenalanku." Ujar Kael."Sudah waktunya." Ucapan Pollux yang dingin dan tegas di sa
"Apakah sudah waktunya?"Gadis berambut hitam panjang sepunggung yang bergelombang—duduk di atas karang yang berada di permukaan laut, kulit putihnya bersinar bening di bawah terpaan cahaya matahari.Matanya terpejam, bibirnya tersenyum dengan wajah damai sambil bersiul—menggemakan nada yang terdengar merdu, bagai nyanyian lautan. Membuat ikan-ikan kecil berputar mengelilingi karang tempatnya duduk seolah sedang berdansa.Namun ikan-ikan kecil itu bubar saat langkah kaki di atas permukaan air membuat mereka takut.Gadis berparas damai dan cantik tadi jadi menunduk untuk mengetahui siapa yang menghampirinya."Austin."Pria yang disebut mendongak menatapnya, matanya menatap tajam dengan wajah mengeruh."Apa yang kau lakukan di sini, Vaeli?" Tanya Austin datar."Menunggu kedatangan Kael dan guru Pollux." Jawab Vaeli mengulum senyum."Kenapa kau harus menunggu mereka seperti orang yang tidak punya pekerjaan?" Tanya Austin sarkas."Karena Pollux bilang, dia akan kembali ke Sekte Black Ocea