LOGINDi zaman serba canggih, apartemen ini masih menggunakan mesin penerima dan perekam suara. Pemilik apartemen ingin mempertahankan kesan klasik, mulai dari eksterior dan interior serta peralatan elektronik tak terkecuali mesin tersebut.
Sayangnya, hal ini malah menjadikan blunder oleh Rachel. Mereka saling mengirim pesan suara melalui mesin itu karena khawatir jika ponselnya disadap. Isi pesan berisi percakapan antara mereka yang merencanakan pertemuan untuk menuju ke Rosewood. Rachel menemukan sesuatu yang mencurigakan dan meminta Judy menemaninya. "Jadi ini alasan kamu mengapa sampai bolos kuliah." Gregor hendak menghubungi anggota organisasi tapi diurungkannya karena mereka akan tahu jika dirinya lalai dalam bertugas. "Tidak, tidak. Ini ide buruk, lebih baik aku tidak memberi tahu mereka." Gregor lantas memutuskan menyusul kemana Rachel dan Judy pergi. Petang itu juga Gregor hendak memacu mobil menuju Rosewood berbekal rekaman suara. Dia berpacu dengan waktu sebelum dia gadis itu menuju Burren tanpa sepengetahuannya. Akan tetapi, baru saja keluar garasi dia dihadang empat orang anggota The Myth. Gregor diturunkan dengan paksa dan dijejali serentetan pertanyaan seperti seorang terdakwa. "Kemana saja kau semalam?" "Apa maksudmu, aku berdiri di depan apartemen sesuai perintah," jawabnya. Sebuah pukulan keras mendarat di perut, dia terjatuh tapi lengannya dicekal untuk memaksanya tetap berdiri. Lutut terasa lemas tak mampu menopang tubuh lantaran sakit yangbluar biasa di ulu hati. "Aaaah." "Kemana kau semalam?" Orang itu mengulangi pertanyaan serupa, dia tahu Gregor berbohong. Karena menurutnya, pengkhianat sama halnya seperti pembohong. "Aah, aku semalam di sana," jawabnya dengan menahan sakit. Namun, orang itu tidak memberi belas kasihan. Sekali lagi dia mengajar menggunakan lutut tepat di pelipis hingga terjungkal. Kali ini dia dibiarkan terbaring di aspal, menggeliat seperti ikan keluar air. "Jangan berbohong kepadaku. Katakan kemana kau semalam. Atau .." Pria itu menggunakan ujung sepatu untuk menyingkirkan tangan Gregor yang menutupi wajahnya sendiri. Dia tergolek lemah di antara kaki pria yang mengenakan setelan hitam itu. "Semalam aku pulang karena hujan lebat, kupikir dia tidak mungkin keluyuran setelah menyaksikan Adam terjatuh. Tapi ternyata dia saat ini ada Rosewood." Pria-pria itu saling tatap mendengar jika Rachel saat ini ada di sana, mau apa dia ke sana. Sedangkan di sana ada markas mereka yang saat ini tengah ada kegiatan penting. Akan sangat berbahaya jika orang luar sampai tahu. "Apa kau bilang, darimana kau tahu?" Kerah baju Gregor dicengkeram lalu diberdirikan dengan paksa, tapi kepala dan perutnya masih melilit. Dengan susah payah dia berdiri, nafas terasa sesak dan untuk menjawab pertanyaan rasanya susah. Namun dia memaksa bicara daripada harus dihajar sekali lagi. "Aku, aku mendengar dari mesin perekam suara. Dia bersama temannya pergi ke Rosewood untuk mencari informasi, tapi aku tidak tahu informasi apa yang dimaksud." Tidak dapat mengendalikan emosinya, dia menyudahi hukuman dengan memukul tengkuk Gregor hingga pingsan. "Naikkan dia ke mobil, kita bawa ke markas. Kita siksa dia di sana, baru setelah itu kita tanyakan nasibnya pada bos." Tiga orang pria lainnya paham dan segera menaikkan Gregor ke dalam mobil. Tangan dan kakinya diikat, mulut dilakban dan kepalanya ditutup kain hitam. Sebelum berangkat, pria yang menghujani Gregor dengan pertanyaan menyempatkan diri memeriksa kamera pengawas. Dia menyamar sebagai seorang detektif dengan menunjukkan lencana palsu. Dia mendatangi pos keamanan yang di dalam terdapat seorang petugas. Bukan aparat, tapi penghuni salah satu apartemen juga yang dipercaya untuk menjadi penjaga di pintu depan. "Selamat malam, Pak. Saya detektif Morray," kata anggota The Myth yang menyamar. Dia mengajak penjaga apartemen berjabat tangan lalu menunjukkan lencana serta identitas palsu. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" "Ya. Saya ingin mengecek cctv. Salah satu penghuni melaporkan ada kegaduhan dari lantai empat, saya ingin memastikan apakah pria yang kami tangkap adalah penyusup di apartemen. Kami menangkapnya karena kebetulan dia kepergok saat turun melalui tangga darurat saat menuju ke sini." Penyusup yang dimaksud adalah Gregor. Dia mengatakan jika Gregor adalah seorang penyusup, untuk itu dia ingin mengecek apakah benar Gregor masuk ke apartemen. Padahal tujuan sebenarnya adalah ingin mengetahui dengan siapa Rachel pergi dan menggunakan kendaraan jenis apa. "Sungguh sial nasibnya penyusup itu jika terbukti bersalah. Baiklah, dengan senang hati." Penjaga itu menunjukkan hasil rekaman dari tiap-tiap kamera. Kamera depan, belakang dan samping. "Saya mendapat laporan sekitar pukul lima sore. Tolong mundurkan waktunya agar aku bisa tahu persis kapan kejadiannya." "Baik, Pak." Setelah beberapa saat, layar menampilkan seorang pemuda berbekal linggis kecil melalui sisi samping menaiki apartemen menggunakan tangga darurat. "Berhenti, tolong perbesar. Aku ingin memastikan wajahnya." Dan benar saja, dia adalah Gregor. Modus pertama berhasil meyakinkan penjaga, sekarang dia meminta untuk memundurkan lagi sampai bisa mendapat rekaman Rachel saat meninggalkan apartemen. "Apartemen itu milik siapa?" tanya detektif palsu itu. "Dia Nona Rachel, putri dari kurator museum. Pagi-pagi sekali dia izin keluar, dia dijemput temannya menggunakan sedan hitam, tapi saya tidak tahu siapa dia." "Laki-laki atau perempuan?" "Perempuan." "Bisa tunjukkan wajah Nona Rachel?" "Bisa, sebentar." Rekaman kembali dimundurkan sampai pukul lima pagi. Dan yang nampak adalah Rachel yang sedang menaiki mobil sedan hitam metalik. Hanya sekali lihat, detektif palsu itu langsung ingat plat nomornya. "Baiklah, sudah cukup. Terima kasih atas bantuannya. Anda ingin melihat penyusup itu? Dia di dalam mobil sekarang," tawarnya untuk sekedar meyakinkan penjaga jika dia benar-benar seorang aparat. "Boleh, nanti bisa saya buat bukti dan laporan. Terima kasih, Pak detektif, anda sangat membantu." "Itu sudah tugas kami." Sesuai janji, dia ditunjukkan wajah Gregor setelah kain penutup dibuka. Misi berhasil, penjaga mendapat bukti dan anggota The Myth mendapat kepercayaan dari penjaga apartemen. "Sekarang dia akan kami amankan ke kantor polisi. Permisi, Tuan. Selamat malam."Kedatangan August yang muncul tiba-tiba seperti hantu, membuat raksasa penjaga kembali bangkit. Rupanya roh tersebut merasakan kekuatan gelap dan besar hadir, kekuatan yang bisa saja mengundang bencana di kemudian hari.Sihir Geovani hanya membuat raksasa itu jatuh untuk sementara. Sekarang roh itu kembali berdiri dengan mata merah menyala. Hanya bagian dada yang terlihat di permukaan air, sedangkan sisanya berada di dalam."Dia bangkit lagi." Geovani menatap makhluk itu dengan kecewa, lantaran sihirnya ternyata tidak berpengaruh.Krul lantas mengeluarkan bayangan rantai. Kedua tangannya dijulurkan ke depan, lalu sekitar sembilan buah rantai hitam meluncur deras mengikat kaki, tangan, dan leher raksasa itu hingga tidak bisa bergerak.Tak berhenti sampai di situ, rantai itu melilit kencang. Rantai sihir yang dilengkapi duri itu menancap kuat hingga tubuh raksasa itu terkoyak dan mengeluarkan cahaya merah.Dengan tetap menapakkan kedua tangan di permukaan tanah, Krul tersenyum miring. "
“Triskele ini bukan hanya kunci. Ia juga penentu siapa yang layak mengakses altar Cumhail. Jika kita bisa mengaktifkan sisi pelindungnya, mungkin kita bisa mengunci kembali segel itu bahkan sebelum August sampai di sana.”Sam bersandar ke kursinya. “Dan untuk itu, kita butuh waktu. Sementara mereka menggali Calais, kita harus mendahului mereka dengan memahami cara kerja artefak itu sepenuhnya.”Rachel berdiri, menatap peta besar di dinding yang menandai lokasi-lokasi Celtic kuno. “Kalau lokasi altar Cumhail benar-benar ditemukan di Calais, itu berarti jalur energi ley line dari Irlandia melewati titik itu. Artinya, semua energi spiritual akan berpusat di sana saat ritual dilakukan.”Adam berjalan ke sisinya, mengangguk. “Dan jika Triskele ditempatkan di titik pusat ley line, mungkin bisa memutus arus itu.”Sam menatap mereka berdua. “Lalu siapa yang akan pergi ke Calais?”Keheningan memenuhi ruangan sejenak.Akhirnya, Adam menjawab tanpa ragu, “Aku dan Rachel. Kau tetap di Dublin, Pam
Rachel menatap Adam. “Artinya… August tidak akan bisa membangkitkan segel itu meski ketiga syarat sudah dipenuhi?”Adam diam beberapa saat sebelum menjawab, “Tidak semudah itu. Triskele hanya mencegah kekuatan segel bangkit dengan sempurna. Tapi jika seseorang menemukan cara untuk memutar spiralnya ke arah sebaliknya… keseimbangan itu bisa hancur.”Rachel terdiam. Dalam hatinya muncul rasa takut yang tak bisa dijelaskan. “Dan kau yakin August akan mencoba?”Adam mengangguk mantap. “Dia tidak akan berhenti sampai segel itu terbuka. Karena di balik segel Cumhail bukan hanya kekuatan sihir kuno—tapi sesuatu yang jauh lebih besar. Sebuah entitas yang bahkan Oishin sendiri takutkan. Tapi aku tidak tahu siapa entitas tersebut yang sanggup mencegah segel Cumhail terbebas."Suara jam berdetak pelan. Di luar, hujan turun semakin deras.Rachel menatap Triskele dengan wajah tegang. “Kalau begitu… apa yang harus kita lakukan sekarang?”Sebelum Adam menjawab, pintu kamar mereka diketuk tiga kali.
Kabut tipis menyelimuti jalanan Calais di pagi hari. Angin laut yang asin bertiup dari arah pelabuhan, membawa aroma besi karat dan air laut yang menguap. Di kejauhan, deru ombak menghantam dinding beton dermaga tua yang sudah berlumut. Di antara suara camar dan kapal kargo yang merapat, sebuah mobil hitam berhenti di depan reruntuhan gereja tua, tak jauh dari tebing batu cadas abu-abu yang menjulang menghadap Selat Inggris.Dari dalam mobil itu keluar tiga orang: Geovani, Elber, dan Krul, tiga petinggi The Myth yang dipercaya langsung oleh August. Wajah mereka menyimpan keheningan yang berat, seolah menyadari bahwa langkah mereka kali ini bukan sekadar misi biasa.Geovani menatap reruntuhan di depan mereka, berupa tebing batuan cadas abu-abu menjulang tinggi.“Di sinilah,” katanya lirih. “Tempat sumpah gencatan senjata pernah diucapkan.”Elber membuka catatan tua di tangannya. Di antara lembaran kertas rapuh itu, tertera aksara kuno dengan tinta yang hampir pudar. “Menurut catatan da
Asap tipis masih mengepul dari kap mobil sedan hitam yang ringsek di tepi jalan Prague. Sopirnya meringis, mencoba keluar dengan tubuh penuh luka. Namun Krul tetap duduk tenang di kursi belakang. Tatapannya tajam menembus gelap, menatap jauh ke arah jalan yang telah ditinggalkan Adam.Tangan Krul meremas kursi kulit hingga robek. Ia tahu ini bukan kecelakaan biasa. Ada trik yang dimainkan. Namun tanpa bukti, ia tidak bisa langsung memastikan.Krul menarik napas panjang, lalu mengambil ponsel hitam berukiran lambang The Myth. Jemarinya menekan nomor cepat.Sambungan tersambung hanya dalam dua dering. Suara berat, penuh wibawa, terdengar dari seberang.“Krul.”Krul menundukkan kepala, seolah August bisa melihatnya melalui ponsel.“Bos… aku gagal membawa artefak dari Prague. Lelang itu dimenangkan oleh seorang investor muda dari Paris. Namanya Adrien Gilbert Lloris.”Suara di seberang hening sejenak. Lalu August berkata datar, “Artefak itu tidak sepenting yang kau kira. Jangan risau.”Kr
Sopir menoleh sebentar, lalu mengangguk. “Baik, Tuan.”Mobil melaju lebih kencang. Roda melibas genangan air, menyipratkan air kotor ke trotoar kosong. Kota Prague setelah hujan seperti labirin basah, dengan jalan sempit yang mudah menjerat siapa saja yang tidak tahu jalur.Di belakang, sedan hitam itu tetap mengikuti, menjaga jarak."Adam menghela napas. Aku tidak bisa melawan dia di sini. Jika aku menggunakan sihirku secara terang-terangan, Krul pasti akan mengenalinya," kata Adam seorang diri.Tiba-tiba, sebuah kilasan ide muncul di benaknya. Orion—entitas yang bisa ia bentuk sesuai kebutuhan. Dia tidak perlu menyerang langsung. Hanya butuh trik kecil, samar, tapi efektif.Adam menutup matanya sejenak, menyatukan pikirannya dengan Orion. Suara deras tetesan air dari atap gedung dan sisa rintik hujan menambah fokusnya. Orion muncul dalam imajinasinya, berwujud cahaya putih kebiruan yang berdenyut.Itu pilihannya. Jalanan Prague yang basah bisa menjadi senjata alami tanpa meninggalka







