Share

Bab 8. Ketahuan

Penulis: Ady Farista
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-28 21:56:59

Di zaman serba canggih, apartemen ini masih menggunakan mesin penerima dan perekam suara. Pemilik apartemen ingin mempertahankan kesan klasik, mulai dari eksterior dan interior serta peralatan elektronik tak terkecuali mesin tersebut.

Sayangnya, hal ini malah menjadikan blunder oleh Rachel. Mereka saling mengirim pesan suara melalui mesin itu karena khawatir jika ponselnya disadap.

Isi pesan berisi percakapan antara mereka yang merencanakan pertemuan untuk menuju ke Rosewood. Rachel menemukan sesuatu yang mencurigakan dan meminta Judy menemaninya.

"Jadi ini alasan kamu mengapa sampai bolos kuliah."

Gregor hendak menghubungi anggota organisasi tapi diurungkannya karena mereka akan tahu jika dirinya lalai dalam bertugas.

"Tidak, tidak. Ini ide buruk, lebih baik aku tidak memberi tahu mereka."

Gregor lantas memutuskan menyusul kemana Rachel dan Judy pergi. Petang itu juga Gregor hendak memacu mobil menuju Rosewood berbekal rekaman suara. Dia berpacu dengan waktu sebelum dia gadis itu menuju Burren tanpa sepengetahuannya.

Akan tetapi, baru saja keluar garasi dia dihadang empat orang anggota The Myth. Gregor diturunkan dengan paksa dan dijejali serentetan pertanyaan seperti seorang terdakwa.

"Kemana saja kau semalam?"

"Apa maksudmu, aku berdiri di depan apartemen sesuai perintah," jawabnya.

Sebuah pukulan keras mendarat di perut, dia terjatuh tapi lengannya dicekal untuk memaksanya tetap berdiri. Lutut terasa lemas tak mampu menopang tubuh lantaran sakit yangbluar biasa di ulu hati.

"Aaaah."

"Kemana kau semalam?" Orang itu mengulangi pertanyaan serupa, dia tahu Gregor berbohong. Karena menurutnya, pengkhianat sama halnya seperti pembohong.

"Aah, aku semalam di sana," jawabnya dengan menahan sakit. Namun, orang itu tidak memberi belas kasihan. Sekali lagi dia mengajar menggunakan lutut tepat di pelipis hingga terjungkal. Kali ini dia dibiarkan terbaring di aspal, menggeliat seperti ikan keluar air.

"Jangan berbohong kepadaku. Katakan kemana kau semalam. Atau .."

Pria itu menggunakan ujung sepatu untuk menyingkirkan tangan Gregor yang menutupi wajahnya sendiri. Dia tergolek lemah di antara kaki pria yang mengenakan setelan hitam itu.

"Semalam aku pulang karena hujan lebat, kupikir dia tidak mungkin keluyuran setelah menyaksikan Adam terjatuh. Tapi ternyata dia saat ini ada Rosewood."

Pria-pria itu saling tatap mendengar jika Rachel saat ini ada di sana, mau apa dia ke sana. Sedangkan di sana ada markas mereka yang saat ini tengah ada kegiatan penting. Akan sangat berbahaya jika orang luar sampai tahu.

"Apa kau bilang, darimana kau tahu?"

Kerah baju Gregor dicengkeram lalu diberdirikan dengan paksa, tapi kepala dan perutnya masih melilit. Dengan susah payah dia berdiri, nafas terasa sesak dan untuk menjawab pertanyaan rasanya susah. Namun dia memaksa bicara daripada harus dihajar sekali lagi.

"Aku, aku mendengar dari mesin perekam suara. Dia bersama temannya pergi ke Rosewood untuk mencari informasi, tapi aku tidak tahu informasi apa yang dimaksud."

Tidak dapat mengendalikan emosinya, dia menyudahi hukuman dengan memukul tengkuk Gregor hingga pingsan.

"Naikkan dia ke mobil, kita bawa ke markas. Kita siksa dia di sana, baru setelah itu kita tanyakan nasibnya pada bos."

Tiga orang pria lainnya paham dan segera menaikkan Gregor ke dalam mobil. Tangan dan kakinya diikat, mulut dilakban dan kepalanya ditutup kain hitam.

Sebelum berangkat, pria yang menghujani Gregor dengan pertanyaan menyempatkan diri memeriksa kamera pengawas. Dia menyamar sebagai seorang detektif dengan menunjukkan lencana palsu.

Dia mendatangi pos keamanan yang di dalam terdapat seorang petugas. Bukan aparat, tapi penghuni salah satu apartemen juga yang dipercaya untuk menjadi penjaga di pintu depan.

"Selamat malam, Pak. Saya detektif Morray," kata anggota The Myth yang menyamar. Dia mengajak penjaga apartemen berjabat tangan lalu menunjukkan lencana serta identitas palsu.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Ya. Saya ingin mengecek cctv. Salah satu penghuni melaporkan ada kegaduhan dari lantai empat, saya ingin memastikan apakah pria yang kami tangkap adalah penyusup di apartemen. Kami menangkapnya karena kebetulan dia kepergok saat turun melalui tangga darurat saat menuju ke sini."

Penyusup yang dimaksud adalah Gregor. Dia mengatakan jika Gregor adalah seorang penyusup, untuk itu dia ingin mengecek apakah benar Gregor masuk ke apartemen. Padahal tujuan sebenarnya adalah ingin mengetahui dengan siapa Rachel pergi dan menggunakan kendaraan jenis apa.

"Sungguh sial nasibnya penyusup itu jika terbukti bersalah. Baiklah, dengan senang hati."

Penjaga itu menunjukkan hasil rekaman dari tiap-tiap kamera. Kamera depan, belakang dan samping.

"Saya mendapat laporan sekitar pukul lima sore. Tolong mundurkan waktunya agar aku bisa tahu persis kapan kejadiannya."

"Baik, Pak."

Setelah beberapa saat, layar menampilkan seorang pemuda berbekal linggis kecil melalui sisi samping menaiki apartemen menggunakan tangga darurat.

"Berhenti, tolong perbesar. Aku ingin memastikan wajahnya."

Dan benar saja, dia adalah Gregor. Modus pertama berhasil meyakinkan penjaga, sekarang dia meminta untuk memundurkan lagi sampai bisa mendapat rekaman Rachel saat meninggalkan apartemen.

"Apartemen itu milik siapa?" tanya detektif palsu itu.

"Dia Nona Rachel, putri dari kurator museum. Pagi-pagi sekali dia izin keluar, dia dijemput temannya menggunakan sedan hitam, tapi saya tidak tahu siapa dia."

"Laki-laki atau perempuan?"

"Perempuan."

"Bisa tunjukkan wajah Nona Rachel?"

"Bisa, sebentar."

Rekaman kembali dimundurkan sampai pukul lima pagi. Dan yang nampak adalah Rachel yang sedang menaiki mobil sedan hitam metalik. Hanya sekali lihat, detektif palsu itu langsung ingat plat nomornya.

"Baiklah, sudah cukup. Terima kasih atas bantuannya. Anda ingin melihat penyusup itu? Dia di dalam mobil sekarang," tawarnya untuk sekedar meyakinkan penjaga jika dia benar-benar seorang aparat.

"Boleh, nanti bisa saya buat bukti dan laporan. Terima kasih, Pak detektif, anda sangat membantu."

"Itu sudah tugas kami."

Sesuai janji, dia ditunjukkan wajah Gregor setelah kain penutup dibuka. Misi berhasil, penjaga mendapat bukti dan anggota The Myth mendapat kepercayaan dari penjaga apartemen.

"Sekarang dia akan kami amankan ke kantor polisi. Permisi, Tuan. Selamat malam."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 46. Keluar sarang

    Dua setengah tahun Adam menahan diri di dalam hutan Arkhivum. Hutan itu bukan sekadar tempat pelatihan, melainkan juga penjara yang mengurungnya dari dunia luar. Ia belajar mengendalikan Orion—daya kuno yang bersemayam dalam dirinya—tanpa campur tangan sihir. Nuada pernah berpesan: *“Hanya dengan menguasai dirimu di tempat di mana sihir tidak berlaku, kau akan benar-benar memahami arti kekuatan.”*Hari-hari Adam dipenuhi keringat, luka, dan kesunyian. Ia melawan kelelahannya sendiri, mengasah ketajaman indra, membiasakan tubuhnya dengan ritme alam. Tidak ada lawan selain dirinya sendiri. Tidak ada suara selain bisikan dedaunan dan tarikan napas yang berat. Namun dari situ, Adam lahir kembali.Ketika akhirnya ia keluar dari hutan, tubuhnya berbeda—lebih berisi, gerakannya lebih terkendali. Mata yang dulu penuh keraguan kini memancarkan tekad dingin. Dunia di luar menantinya, dan di sanalah hutang lama belum terbayar.Salah satu yang pertama ada di benaknya: Rachel.Adam menelusuri kota

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 45. Kemunculan murid Nuada

    Di tempat lain, di dasar jurang tempat Adam dulu terjatuh, Nuada duduk bersila dengan mata terpejam. Posisinya menghadap ke arah pintu masuk gua seperti tengah menunggu kedatangan seseorang.Suasana di luar goa diguyur hujan badai, kilat menyambar, ombak berdebur keras menghantam karang menjadi pertanda akan hadirnya seseorang dengan kekuatan jahat.Di saat petir melintas, mulut gua yang tadinya gelap dalam sekejap menjadi terang. Menampilkan bayangan hitam seseorang berdiri di ambang pintu dengan pongah, tatapan matanya tajam menusuk seseorang hingga membuat nyalinya menciut."Kau sudah datang rupanya, wahai muridku," sapa Nuada kepada sosok pria yang baru saja datang entah dari mana. Kedatangannya seolah beriringan dengan petir. Cepat, dan muncul dalam sekejap.Dia bukanlah Adam, melainkan seseorang yang pernah dilatih Nuada. Sosok pria yang diceritakan kepada Adam, tentang seorang penjaga yang lalai hingga menyebabkan David Lloris tewas.Pria misterius yang mengenakan jubah dengan

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 44. Ciarán

    Sementara itu saat Adam melakukan perjalanan menuju Hutan Arkhivum tidak mudah. Jalannya berliku, melewati tebing dan lembah yang dipenuhi kabut. Namun semakin dekat ia berjalan, semakin terasa suasana asing di sekelilingnya. Pepohonan seperti memiliki mata yang mengawasinya setiap saat, ranting-ranting seperti tangan yang sigap menyergap kapan mereka mau.Udara di sana berat, seolah-olah setiap langkah menurunkan daya magis yang melekat pada tubuh. Cahaya Orion yang biasanya berkilau di balik kulitnya, kini terasa meredup. Adam merasakan kejanggalan: setiap kali ia mencoba mengeluarkan energi, kekuatannya lenyap begitu saja, seakan diserap oleh tanah.“Aneh… jadi begini maksudnya,” pikir Adam. “Tidak ada sihir yang bekerja di sini. Tapi… mengapa aku merasa ada sesuatu yang lain?”Sesampainya di tengah hutan, Adam duduk bersila di sebuah batu besar. Ia memejamkan mata, mencoba masuk ke dalam meditasi. Lalu sesuatu terjadi. Kabut tipis muncul, bukan dari luar, melainkan dari dalam dir

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 43. Tiga tahun lagi

    Adam duduk termenung di tepi sungai kecil yang alirannya tenang, namun dalam hatinya tidak ada ketenangan sedikit pun. Bayangan wajah August menghantui pikirannya. Tatapan dingin pria itu, gerakan tangannya yang cepat, serta kekuatan yang seakan melampaui batas manusia biasa, semuanya berulang kali muncul dalam benaknya seperti lukisan kelam yang tidak bisa dihapus.Kekalahan itu bukan sekadar luka fisik, melainkan pukulan pada harga dirinya. Adam yang selama ini berlatih keras di bawah bimbingan Nuada merasa runtuh karena kenyataan pahit: ketika benar-benar menghadapi pertempuran nyata, ia tak mampu berbuat banyak.“Aku gagal…,” gumamnya lirih.Nuada, yang memperhatikan muridnya dari kejauhan, menghela napas panjang. Ia tahu Adam tidak kekurangan semangat, namun pengalaman bertarungnya masih mentah. Pertemuan dengan August—yang seharusnya baru terjadi ketika Adam matang—datang terlalu cepat.“Adam,” panggil Nuada sambil berjalan mendekat. “Menyesal itu manusiawi. Tetapi jangan biarka

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 42. Kalung bulan sabit jatuh ke tangan August

    August tertawa, suara dingin yang menggema. “Kau masih sama saja. Terjebak pada murid, pada harapan yang sia-sia. Apa kau pikir dia mampu menahan badai yang akan datang? Kau salah, Nuada. Sangat salah.”Pertarungan berlangsung sengit. Adam berusaha menyerang August, tapi setiap tebasannya hanya mengenai bayangan. Sekali dorongan dari August, tubuh Adam terpental menghantam pohon besar. Nafasnya hampir putus, tulang rusuknya nyeri. Ia tahu dirinya tidak sebanding.Nuada pun terdesak. Walau sihir tingkat tinggi dikuasainya, kekuatan August terlalu mengerikan. Seakan waktu sendiri tunduk pada lelaki itu. Tongkat Nuada patah sebagian, darah mengalir di sudut bibirnya. Namun ia tidak menyerah. Ia menyalurkan seluruh kekuatan ke tanah, menciptakan gempa kecil yang membuka celah untuk melarikan diri.“Adam! Sekarang!” teriak Nuada sambil menarik muridnya bangkit.Mereka berlari, tubuh limbung dan penuh luka. Hutan terasa tak berujung, tapi Nuada tahu jalur rahasia yang hanya ia pahami. Di be

  • Lahirnya Pengendali Orion    Bab 41. Pertarungan dimulai

    Malam itu bulan hanya terlihat separuh, cahayanya redup dan terhalang kabut tipis. Adam kehabisan napas setelah berlari sekuat tenaga, sementara di belakangnya Nuada mengayunkan tongkat kayu yang sesekali memancarkan cahaya biru sebagai perisai untuk berjaga-jaga. Mereka sudah menempuh perjalanan panjang, dan malam ini bukanlah pengecualian. Nafas Adam memburu, tubuhnya masih terasa gemetar setelah sihir Nuada membuka jalan keluar dari hutan berliku yang dipenuhi jebakan gaib.Namun semua itu buyar saat suara berat dan penuh wibawa terdengar dari balik kegelapan.“Jadi akhirnya aku bertemu kalian.”Adam mematung, jantungnya berdentum keras. Nuada menoleh, matanya melebar seakan melihat hantu dari masa lalu. Dari balik kabut, muncul seorang pria berpakaian hitam dengan mantel panjang menjuntai hingga tanah. Rambutnya hitam pekat, wajahnya tegas, dan sorot matanya menusuk. Di belakangnya, tiga orang lain berjalan dengan tenang, membawa aura mencekam: Geovani, Elber, dan Krul, para petin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status