Wilson Xia masih ingin bertanya banyak hal pada dua orang ini, tapi kondisi tubuhnya tidak memungkinkan lagi.
kerusakan pusat energi mengakibatkan organ tubuhnya tidak stabil dan mengalami pendarahan internal. apalagi di bagian perutnya ada luka tusukan pedang. Demi memastikan Wilson Xia menjadi orang cacat, Rudi Xia menusuk perut Wilson Xia sebanyak dua kali menggunakan pedang. Tubuh Wilson Xia mulai kehilangan tenaga dan kesadaran nya juga perlahan-lahan memudar. Tapi sebelum kesadaran Wilson Xia benar-benar menghilang, dia samar-samar mendengar percakapan Rudi Xia dan Zula Xia. . . . Menyaksikan Wilson Xia yang kelihatannya sudah pingsan, Zula Xia bertanya pada ayahnya, "Ayah, kali ini rencana yang ayah buat dan kak Cuba Liu benar-benar berhasil." "Dengan begini maka sesuai kesepakatan, aku harusnya bisa berlatih di sekte Gunung pedang kan?" Tanya Zula xia dengan antusias. Rudi Xia juga mengangguk dan berkata, "Yah.. rencana kami berhasil sempurna. selanjutnya kamu bisa menjadi murid sekte dan membanggakan keluarga Xia kita," ucap Rudi Xia. "Ohya ayah, kenapa Kak Cuba harus melakukan hal ini? kenapa tidak membunuh Wilson saja?" Zula Xia bertanya dengan rasa penasaran. Rudi Xia berkata pada anaknya ini, "Kau harus tau nona Cuba itu sangat menjaga nama baiknya. dia melakukan ini agar tidak ada yang tau ada keterlibatan dirinya dalam hal ini, sebab nantinya semua orang pasti akan berfikir Wilson Xia gagal melewati malapetaka langit." "Nona Cuba ingin membuat Wilson Xia tetap hidup biar dia sadar jika mereka itu tidak berada di level yang sama. Dan dia ingin Wilson Xia menyaksikan dirinya terus melangkah lebih jauh lagi bersama Malvin," ucap Rudi Xia. "Oh jadi ada hal seperti itu. berarti setelah ini Kak Cuba akan menjalin hubungan dengan Malvin?" Tanya Zula Xia dengan rasa penasaran. "Sepertinya Wanita itu sangat beruntung bisa di sukai oleh jenius pertama di sekte gunung pedang," Zula Xia bergumam dengan suara kecil. . . . Zula Xia juga mengetahui siapa Malvin itu, dia adalah murid nomor satu di sekte gunung pedang. Banyak gadis yang ingin mendekati Malvin ini, hanya saja tidak ada yang berhasil. Malvin itu sangat sombong dan tidak memasukkan orang-orang kecil di matanya. . . . "Ayah, lalu benih spiritual suci ini apakah akan di berikan pada wanita itu juga?" tanya Zula Xia. "Tentu saja harus di berikan pada nona Cuba itu, sebab dia akan menjadikan ini sebagai hadiah pada Malvin" Ucap Rudi Xia dengan jujur. "Aku lupa memberi tau." ucap Rudi Xia. Lalu dia berkata lagi "Sebagai hadiah dari pekerjaan ini maka kita akan mendapatkan 1 juta koin emas dan 5 batu spiritual kelas rendah, tentu saja yang penting adalah Cuba Liu akan membawamu masuk ke sekte gunung pedang." . . . Entah sudah berapa lama dia tidak sadarkan diri.!! Saat Wilson Xia bangun dari pingsan dia berada di pinggir sungai yang cukup luas, dia juga tidak tau saat ini dia berada dimana, ini adalah wilayah asing yang tidak dia ketahui. "Sepertinya ini bukan wilayah kerajaan Tianmen," Wilson Xia bergumam kecil. Sambil menahan sakit di perutnya dia mengamati sekeliling mencoba memahami arah untuk kembali ke wilayah kerajaan Tianmen. Tapi sejauh mata memandang yang terlihat hanya sungai dan hutan yang rimbun. "Tidak perduli ini dimana, yang penting aku masih hidup. dengan memiliki nyawa baru bisa membalas dendam pada keluarga Xia dan Cuba Liu," Ucapnya dengan penuh tekad. ketika mengingat nama Cuba Liu, tangan Wilson Xia terkepal erat. "Cuba Liu... jika aku memiliki kesempatan untuk bangkit lagi, kau akan merasakan apa yang aku alami sepuluh kali lipat." "Keluarga Xia dan Alvin, kalian tunggu saja pembalasan ku" Wilson Xia berkata. "Alvin tidak mungkin tidak tau hal ini, dia bisa saja menjadi dalang seperti Cuba Liu" Wilson Xia menggertakan gigi dengan penuh kebencian di hatinya. . . . "Kruak kruak.." Bunyi perut yang lapar membangunkan Wilson Xia dari lamunannya. "Kesampingkan dulu balas dendam dan juga ini dimana itu tidak penting, yang penting saat ini mencari makan terlebih dahulu." Wilson Xia bergumam pada dirinya sendiri. . . . Akhirnya setelah mencari-cari cukup lama di dalam hutan sekitar sungai ini, Wilson Xia menemukan buah pir liar. Melihat buah buah pir dengan ukuran yang sangat besar ini, Wilson Xia tidak bisa menahan rasa laparnya lagi, dia pun langsung bergegas memetik buah pir tersebut. Wilson Xia melihat buah pir ini sangat berbeda dengan buah pir pada umumnya, jika pir pada umumnya hanya sebesar kepalan tangan, maka ini sebesar kepala bayi. Warna pir ini juga kuning ke emasan, sementara pir yang biasa dia lihat di negara Tianmen itu putih ke Kuningan. Meskipun pir ini sedikit aneh, Wilson Xia tidak punya waktu untuk mengagumi pir ini, perutnya benar-benar lapar sekali. Karena ukuran pir ini ukurannya lebih besar, Wilson Xia memetik tiga buah pir untuk menghilangkan rasa laparnya. meskipun dia melihat pir disini sangat banyak, tapi Wilson Xia hanya mengambil seperlunya saja. Wilson Xia adalah orang yang ber prinsip.. Dia tau bahwa di hutan ini banyak makhluk hidup lainnya, jadi meskipun dia lapar itu tidak menjadikan alasan agar dia menjadi orang rakus. . . . Setelah memakan dua buah pir, Wilson Xia tidak merasakan rasa lapar lagi, kemudian dia juga menanam biji buah pir yang dia makan sebelumnya. Dia berharap itu akan tumbuh dan bisa memberikan tambahan makanan bagi makhluk hidup lainnya yang ada di sekitar sini. Setelah menanam biji buah pir, dia kembali berjalan menyusuri sungai selangkah demi selangkah. Wilson Xia berharap bisa menemukan pemukiman penduduk agar dia bisa tau ini ada di mana. Hal lain yang harus dia lakukan juga harus mengobati lukanya, dia berharap di pemukiman penduduk itu ada tabib yang bisa mengobatinya. jika lukanya tidak segera di obati maka cepat atau lambat dia akan mati juga. . . .Tiba-tiba langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap gulita. Awan-awan tebal berkumpul dengan kecepatan yang tidak wajar, menciptakan pusaran menakutkan di atas arena pertandingan. *KRAAKKK! BOOOMMM!* Kilatan petir berwarna ungu mulai menyambar ke segala arah. Bukan hanya satu atau dua kilatan, tapi puluhan petir yang menghantam tanah, pohon, bahkan tembok kediaman gubernur dengan suara menggelegar. "PETIR MALAPETAKA LANGIT!" seseorang berteriak dengan nada panik. "LARI! LARI SEMUA!" "JANGAN SAMPAI TERSAMBAR PETIR ITU ATAU KITA AKAN MATI!" Kerumunan yang tadinya antusias menyaksikan pertandingan kini berubah menjadi lautan manusia yang berlarian dalam kepanikan total. Suara teriakan, tangisan, dan langkah kaki berderap memenuhi udara. "IBU! DI MANA IBU?!" seorang anak kecil menangis keras mencari ibunya di tengah kerumunan yang kaca
Wilson Xia merasakan semua tatapan yang tertuju padanya. Dalam hati, dia sedikit menyesal sudah bersuara tanpa pikir panjang. Faktanya, dia sendiri juga memiliki elemen tipe petir, pengetahuan yang dia dapatkan dari Xuan Chen saat latihan. "Sepertinya aku terlalu ceroboh," gumam Wilson Xia dalam hati sambil mencoba bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Di arena, Jerry yang hampir tidak bisa bergerak karena efek pembekuan, akhirnya... "Puffft!" "Aku... Aku mengaku kalah, Putri," kata Jerry dengan mulut yang masih mengeluarkan darah segar, napasnya terasa sesak. Saat darah di mulutnya jatuh ke lantai, seketika Langsung membeku menjadi mutiara kecil. Seluruh arena sunyi senyap. "Ini... Putri Lian Yu ternyata sekuat ini. Sebelumnya dia masih menyembunyikan kekuatan aslinya." Suara itu seperti bel yang membangunkan lamunan semua or
Pemuda berambut merah berdiri tegak di atas arena dengan aura percaya diri yang menguar dari sekujur tubuhnya. Mata hijau zamrudnya menatap Putri Lian Yu dengan tatapan serius namun penuh dengan niat bertarung. "Perkenalkan, saya murid dalam dari Sekte Gunung Pedang Cabang Kota Muyun. Nama saya Jerry Cai" ucapnya dengan suara lantang yang bergema di seluruh arena. "Saya mohon izin untuk menantang Putri Lian Yu!" Wilson Xia yang semula mengamati dari mana pemuda itu berasal, seketika mendadak terkejut mendengar pemuda itu berbicara. "Murid dalam sekte gunung pedang? Tidak heran dia bisa bertahan tadi." Matanya menyipit tajam menatap Jerry dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Sekte Gunung Pedang..." gumam Wilson Xia dalam hati. Nama sekte itu langsung membangkitkan kenangan pahit yang sudah dia coba lupakan. Ingatannya melayang kembali ke masa lalu, saat dia masih
Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua mata tertuju pada dua sosok di atas platform - Chen Wulong yang berdiri dengan percaya diri, dan Putri Lian Yu yang menatapnya dengan tatapan dingin. Chen Wulong mengambil posisi bertarung sambil membuka kipas lipatnya. "Putri, aku harap kamu menunjukan kekuatan penuh, jika tidak aku pasti akan kecewa." "izinkan saya juga menunjukkan kemampuan terbaik saya." Tanpa menunggu jawaban, Chen Wulong langsung mengayunkan kipasnya dengan gerakan yang sangat cepat. Ternyata kipas yang selama ini terlihat seperti aksesoris biasa itu adalah senjata mematikan. . . . Disisi lain 2 lelaki tua tengah berdiskusi yang suaranya hanya mereka yang dengar. "Kakak, menurutmu apakah keponakanku akan mendapatkan tunangan sesuai ramalan?" Seorang lelaki berusia 40 tahun bertanya pada lelaki di sebelahnya. "Entahlah, jika ramalan senior Liu benar, maka harusnya pria yang di tak
Dengan langkah mantap, Wilson Xia berjalan menuju kediaman gubernur. Di sepanjang jalan, Wilson Xia mengikuti kerumunan orang yang tampaknya menuju arah yang sama. Sesekali dia bertanya pada beberapa orang untuk memastikan arah yang benar. "Permisi, apakah ini jalan menuju kediaman Gubernur Wei?" tanya Wilson Xia pada seorang pedagang. "Ya, terus saja mengikuti jalan ini. Lihat kerumunan itu? Mereka semua menuju ke sana," jawab pedagang sambil menunjuk ke depan. Setelah berjalan sekitar dua puluh menit, Wilson Xia akhirnya tiba di depan kediaman gubernur yang sangat megah. Bangunan berbentuk mansion dengan arsitektur tradisional yang mewah, dihiasi ukiran-ukiran indah di setiap sudutnya. Pagar emas yang tinggi mengelilingi kompleks, dengan gerbang utama yang terbuat dari kayu jati berkualitas tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah platform pertandingan raksasa yang berada t
Wilson Xia berdiri terdiam sejenak, menatap langit kosong tempat gurunya menghilang. Di jarinya, cincin naga berkilat lembut, mengingatkannya pada janji besar yang harus dipenuhi sepuluh tahun mendatang. "Baiklah, waktunya kembali ke dunia yang sesungguhnya," gumamnya sambil berjalan menuju Kota Beichan. Setelah berjalan sekitar satu kilometer, Wilson Xia tiba di gerbang kota yang megah. Kota Beichan ternyata jauh lebih besar dari yang dibayangkannya. Berbeda dengan Kota Changsen tempat tinggalnya dulu yang hanya berisi sekitar lima juta penduduk, kota ini dipenuhi sekitar 50 juta jiwa. Di gerbang kota, dua penjaga berpostur tegap berdiri dengan tenang. Keduanya mengenakan seragam berwarna biru tua dengan lambang penjaga kota di dada. Yang satu bertubuh tinggi dengan kumis tebal, satunya lagi lebih pendek namun dengan bahu yang lebar. Mereka tidak menghalangi siapa pun yang masuk, hanya mengamati dengan mata waspada. Wilson