Share

Istri Orang

Anna perlahan mulai membuka matanya, rasa nyeri kini terasa mendera di sekujur tubuhnya. Ia melihat samar-samar sosok yang tengah duduk disebelahnya, sampai akhirnya dia bisa melihat dengan jelas sosok tersebut.

“Robert?”

Robert yang sempat terlelap disamping ranjang Anna kini terbangun mendengar namanya dipanggil, ia langsung meraih tangan lembut istrinya.

“Anna, ada apa denganmu? Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Robert dengan raut wajah khawatir, Anna justru merasa jengah melihat wajah Robert malam itu.

‘Bukankah dia yang menolak untuk ikut memberikan hadiah kepada mami malam ini? Seolah-olah dia peduli saja!’ Batin Anna kesal.

Anna tidak menjawab, ia justru memalingkan wajahnya dari Robert. Anna tidak mungkin mengatakan jika ia hampir diperkosa oleh laki-laki simpanannya sendiri.

‘awas saja kau Gerald! Tidak akan aku biarkan perbuatanmu malam ini!’ Anna menahan emosinya dalam hati.

Tiba-tiba Anna teringat akan Rayen, ia bisa mengingat jelas wajah Rayen sesaat sebelum akhirnya dia jatuh pingsan. Sepertinya Rayen yang sudah membawa Anna kerumah sakit ini.

“Dimana dia?” tanya Anna dengan suara lirih, Robert menatap heran mendengar pertanyaan Anna.

“Siapa sayang?”

“Bukankah ada laki-laki yang juga bersamaku disini?” Anna jelas bisa mengingat kejadian tadi.

“Tidak ada siapa-siapa saat aku datang, memangnya siapa laki-laki yang kau maksud Anna?” tanya Robert penasaran.

“Sudahlah, lupakan saja.” Anna menolak untuk membahas lebih lanjut dengan Robert, ia berpikir mungkin saja Rayen pergi setelah membawanya kesini mengingat ayahnya yang baru saja meninggal dunia.

Anna masih ingat dirinya sempat bertemu dengan Rayen bersama dengan adik dan juga jasad sang ayah di IGD rumah sakit ini.

“Kenapa kau kesini? Kupikir Merry tidak akan membiarkanmu pergi malam ini.” tanya Anna dengan nada suara tidak senang, dirinya memang sangat membenci Robert saat ini.

“Bukan seperti itu Anna, jangan selalu berpikiran buruk tentang Merry.” Robert masih tetap membela istri pertamanya tersebut, seolah-olah dia sangat mencintai istrinya.

“Hah! Kalau dia benar-benar mencintainya, harusnya dia tidak menikah lagi dengan cara menipu.” Gumam Anna dengan suara sangat lirih, ia bahkan tersenyum miring melihat Robert.

“Apa sayang? Kau bilang apa barusan?” Robert kembali menggenggam tangan Anna.

“Pulanglah, aku pun akan segera pulang kerumah mami malam ini.” Anna menepis tangan Robert, ia berusaha bangkit dengan tubuh yang lemah. Ia baru sadar ditubuhnya sudah terpasang jaket yang tidak dikenalinya. Jaket itu menutupi bagian baju Anna yang sedikit sobek.

“Kenapa? Bukankah seharusnya kau diperiksa dulu?” tanya Robert.

“Tidak, aku baik-baik saja. Suster!” Panggilnya.

“Iya nyonya, ada yang bisa saya bantu?”

“Apakah saya bisa pulang sekarang juga?sepertinya saya pingsan hanya karena sedikit kelelahan saja.” Anna mencoba menjelaskan.

“Saya coba tanyakan dulu kedokter yah.” Perawat itu lalu pergi meninggalkan Anna dan Robert.

Tiba-tiba ponsel Robert berdering, Anna bisa menduga dari siapa panggilan itu berasal. Robert menatap Anna dengan raut tidak nyaman, seolah ia segan untuk mengangkatnya.

“Angkatlah, apa kau ingin dia menemui dan melabrakku disini hanya karena kau tidak mengangkat teleponnya?” tanya Anna dengan sorot mata tajam, Robert tertegun dan dengan cepat ia berlari keluar IGD untuk mengangkat panggilan dari Merry.

“Nyonya, kata dokter anda sudah bisa pulang setelah menghabiskan infusnya.” Jawab suster kemudian, Anna menoleh dan menatap botol infus yang bahkan belum setengah berkurang.

“Hah! Baiklah.”

Anna terpaksa harus menunggu sampai infus benar-benar habis, sepertinya ia harus bermalam di IGD malam ini. Tak berapa lama Robert kembali, ia terlihat gelisah.

“Kenapa? Dia menyuruhmu untuk pulang bukan?” tanya Anna seolah bisa menebak.

“Maafkan aku Anna, aku janji akan menjemputmu besok. Aku harus segera kembali kerumah Merry.” Kata Robert dengan wajah penuh penyesalan.

“Tidak perlu minta maaf, pergilah sekarang.” Perintah Anna, sejujurnya Anna memang ingin suami menyebalkannya ini pergi dari sini. Melihat wajahnya hanya membuat tubuh Anna semakin sakit saja.

“Baiklah, aku pergi dulu yah sayang.” Pamitnya dan langsung mengecup kening Anna, Anna seketika bergidik ngeri entah sejak kapan kecupan yang dulu membuatnya bahagia kini justru terasa begitu menjijikan.

“Ahh Robert, tunggu.” Panggil Anna saat dia akan pergi.

“Kenapa Anna? Kau tidak ingin aku pergi ya? Sungguh maafkan aku.” Robert berbalik dan menggenggam tangan Anna lagi.

‘Mimpi!’ umpat Anna dalam hati.

“Tidak, aku hanya ingin meminjam ponselmu untuk menghubungi Marlin. Aku lupa dimana ponselku.” Sahut Anna dengan raut datar, membuat wajah Robert seketika kusut. Ia menyerahkan ponselnya dengan bibir yang mengerucut. Untungnya Robert menyimpan nomor Marlin, jadi dengan segera Anna bisa menghubunginya.

“Hallo nona! kenapa anda lama sekali? Apa ada masalah nona? Biar aku menyusul anda ke butik sekarang juga.” Suara Marlin seketika menggema diujung telepon.

“Maafkan aku Marlin, ceritanya panjang. Tolong kau jaga mami malam ini, sepertinya aku baru akan kesana besok pagi. Sebagai gantinya kau bisa mengambil libur untuk besok.” Hanya itu yang disampaikan oleh Anna, ia langsung mematikan panggilan sebelum Marlin bertanya lebih lanjut.

“Ini, pergilah.” Kata Anna sembari menyerahkan ponsel milik Robert.

“Sungguh tidak apa-apa aku meninggalkanmu sendiri Anna? Apa perlu aku meminta Yeslin untuk menemanimu?” Yeslin adalah sekretaris Robert diperusahaan.

Dengan tegas Anna menggeleng, jelas saja dia tidak ingin ditemani oleh Yeslin, Anna tau betul Yeslin adalah mata-mata Merry diperusahaan. Dia bahkan dengan terang-terangan menunjukan ketidakramahannya terhadap Anna sejak awal.

“Tidak Robert, pergilah sebelum istrimu benar-benar datang kesini dan membuat keributan.” Pinta Anna seolah sudah paham betul dengan tabiat istri pertama Robert.

“Baiklah, aku akan segera kembali.” Katanya sebelum pergi.

“Tidak kembali juga tidak masalah.” gumam Anna sesaat setelah Robert pergi.

Anna menatap jaket yang terpasang ditubuhnya, entah kapan Rayen memasangkan jaket ini ke tubuhnya.

**

Rayen berjalan dengan langkah pelan, ia tengah menuju keruang jenazah tempat sang ayah disemayamkan sementara waktu. Sely sudah Rayen titipkan ke salah seorang tetangga yang cukup dekat dengan mereka.

Ia kembali teringat bagaimana kondisi Anna saat ditemuinya, Anna terlihat kacau dengan pakaian yang berantakan. Bahkan saat kemudian Anna pingsan, dia bisa melihat seorang pria berlari ke arah mereka. Dengan cepat Rayen menutupi wajah dan tubuh Anna dengan jaketnya.

Saat itu Gerald hanya melihat kearah Rayen dengan curiga, tapi ucapan Rayen membuat Gerald akhirnya pergi.

“Ya ampun sayang, sudah ku bilang jangan minum terlalu banyak. Sekarang kau jadi mabuk dan muntah seperti ini.” Itulah yang Rayen katakan, ia bahkan pura-pura memeluk tubuh Anna.

Saat pria itu pergi barulah Robert membawa Anna kerumah sakit, untung saja Rayen melintasi jalan itu. Dia baru saja pulang dari rumahnya yang berada tidak jauh dari tempatnya menemukan Anna. Ia pulang untuk menitipkan Sely ke tetangga mereka karena tidak tega jika Sely harus bermalam dirumah sakit karena menunggu hari esok saat jasad sang ayah akhirnya akan dikremasi.

Namun diluar dari itu, Rayen masih terlihat kebingungan dengan pemandangan yang dilihatnya di IGD. Saat itu Rayen tidak tau harus mengabari siapa, untung saja saat itu Anna masih memegangi ponselnya.

Rayen akhirnya berinisiatif untuk menyerahkan ponsel itu kepada perawat agar pihak rumah sakit bisa menghubungi keluarganya, untung saja ponsel itu bisa dibuka dengan sidik jari Anna.

Saat itu Rayen dengan setia menemani Anna, namun saat ia meninggalkan Anna sebentar untuk melapor ke pihak rumah sakit terkait kremasi jasad sang ayah, Rayen melihat Robert sudah ada disamping Anna ketika dia kembali ke IGD.

“Apa pria itu keluarganya?” Ucapnya penuh tanda tanya.

Karena penasaran Rayen akhirnya hanya bertanya kepada perawat yang tadi mencoba menghubungi keluarga Anna. Sepertinya Rayen tidak berniat untuk mendekati Anna karena keberadaan Robert disana.

“Sepertinya dia suami dari pasien itu, tadi saat saya menghubunginya dia mengatakan bahwa wanita itu adalah istrinya.” jawab perawat itu, ternyata mereka mencoba menghubungi semua kontak di panggilan keluar dan yang mengangkat panggilan itu hanyalah Robert seorang.

Deg!

Jantung Rayen berdegup kencang mendengar kata suami dari mulut perawat itu, ia tidak menyangka jika Anna adalah wanita yang sudah bersuami. Dari penampilannya saja terlihat jelas Anna layaknya wanita single yang selalu bergaya dengan modis.

Yang membuat Rayen lebih syok lagi karena ia kembali teringat insiden kalung berlian, dimana permintaan Anna yang mengajaknya untuk tidur bersama malam itu sebagai balas ganti atas kalung yang awalnya memang diberikannya secara cuma-cuma kepada Rayen.

‘Jika dia sudah menikah, kenapa dia berani mengajak laki-laki lain untuk tidur bersamanya? Apa dia wanita yang seperti itu?’ Pertanyaan demi pertanyaan mulai menggantung di benaknya, Rayen seolah hanya bisa tenggelam dalam kebingungannya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status