Share

Permintaan Tolong

Rayen berlari ke arah IGD, tangannya mengepal erat kotak perhiasan berisi kalung berlian. Cukup lama ia memikirkan ini, semakin dipikirkan semakin berat hati Rayen. Ia mencari keberadaan Anna tapi sayangnya dia sudah tidak ada disana. Saat ia bertanya kepada perawat, mereka mengatakan bahwa pasien itu sudah pulang karena kondisinya tidaklah begitu gawat. Jeslin hanya butuh istirahat dirumah.

“Aahhh, sekarang kemana aku harus mencarinya?” gerutu Rayen gusar. Ia tidak punya pilihan selain menjual kalung ini demi mengurus jasad sang ayah. Tapi Rayen juga tidak bisa menggunakan kalung ini begitu saja, rasanya mencuri lebih baik daripada menerima pemberian orang lain dan berhutang Budi padanya.

Rayen berjalan gontai, tapi bayangan ayahnya yang harus segera di kremasi membuatnya sadar ia tidak bisa bersantai saat ini. Dengan cepat ia berlari keluar rumah sakit, ia berniat menjual kalung ini demi mengurus ayahnya terakhir kali.

“Jika dia ingin tidur denganku, maka akan aku lakukan.” Batin Rayen yakin dengan pilihannya. Lagipula tidak ada hal lagi yang bisa Rayen banggakan dalam dirinya, ia adalah pria gagal dengan segudang kelemahan diri.

Anna tampak diam sepanjang perjalanan, pikirannya tertuju pada bayangan Rayen dan keluarganya yang menyedihkan. Anna bisa melihat jelas kesedihan dan beban berat dari mata Rayen. Hal itu membuat Anna tidak menyesal mengambil keputusan menolongnya saat itu.

“Apa kau yakin tidak mengenal keluarga itu Anna?” tanya Jeslin pada putrinya.

“Tidak mi.” Jawab Anna singkat. Jelas memang Anna tidak mengenali keluarga itu, tapi ia tahu laki-laki itu meski tidak saling mengenal nama sebelumnya.

Ddrrrrttt.. Drrrttt..

Dering ponsel mengganggu lamunan Anna. Nomor tak di kenal tampak disana memanggil, Anna sontak mematikan panggilan itu secara sepihak. Panggilan itu terus berulang hingga beberapa kali, namun lagi-lagi Anna mengabaikannya.

“Kenapa tidak diangkat sayang?” tanya Jeslin.

“Hanya nomor spam saja mi, Anna sering dapat panggilan seperti itu belakangan ini.” Tandasnya.

Seusai mengantarkan ibunya kerumah, Anna meminta Marlin untuk menjaga sang ibu. Ia harus kembali kekantor karena ada hal yang ingin di pastikannya. Anna berjanji akan segera kembali.

Waktu menunjukkan pukul 10 malam, butik milik Anna yang cukup besar itu kini tampak lengang karena semua pegawainya sudah pulang kerumah masing-masing. Anna sudah biasa berada di butik yang sudah seperti rumahnya sendiri ini hingga larut malam untuk bekerja, meski Marlin sering kali menemaninya.

Rupanya Anna harus mengambil kotak hadiah untuk ibunya yang tertinggal, dia bisa saja menyuruh Marlin kembali ke butik tapi rasanya ia tidak tega melihat wajah Marlin yang sama lelahnya, dengan cepat Anna masuk kedalam butik. Lampu butik hampir seluruhnya padam, Anna hanya menyalakan lampu seadanya saat akan naik ke lantai 3 tempat ruangannya berada.

Anna berjalan tanpa rasa takut, ia adalah wanita pemberani dan mandiri. Namun Anna tidak menyadari bayangan yang sedari luar mengikutinya. Ia terus berjalan hingga tiba diruangannya, malam ini Anna cukup merasa bergidik ngeri tidak seperti biasanya. Tapi ia menganggap itu hanya pengaruh cuaca yang semakin dingin saja. Namun saat akan keluar dari ruangannya, benar saja ada sosok yang menghadangnya. Wajahnya tidak begitu terlihat karena lampu yang temaram, tapi Anna bisa mengenalinya dengan baik.

“Gerald? Apa yang kau lakukan disini?” tanya Anna dengan raut datar, ia mengenal jelas pria ini.

Gerald berjalan mendekat membuat Anna berjalan mundur selangkah demi selangkah, tiba-tiba saja firasat Anna merasakan pertanda buruk, jika saja ia berteriak saat ini sudah pasti tidak akan ada yang mendengarnya. Ia menjaga raut wajahnya tetap tenang karena tidak ingin menunjukkan kelemahan dirinya dihadapan pria ini.

“Apa yang kau inginkan?” tanya Anna lagi.

“Kenapa kau membuang ku? Bukankah selama hampir 5 bulan ini aku setia menemani dan melayani mu?” Tanya Gerald dengan tatapannya yang memerah, bau alkohol menyeruak dari mulutnya. Gerald memiliki wajah yang tampan dan imut, hal itu lah yang disenangi oleh Anna.

“Bukankah sudah jelas alasannya?” Langkah Anna terhenti karena tubuhnya sudah sampai pada batas meja kerjanya. Anna tertegun, ia tahu bahwa Gerald berada dalam pengaruh alkohol saat ini.

“Alasan? Hanya karena aku mengatakan bahwa aku mulai menyukai dan menginginkanmu seutuhnya kau membuangku?” Tanya Gerald sambil tersenyum miring, sorot matanya tajam bagai sorot mata elang yang menatap mangsanya. Itu membuat Anna semakin bergidik ngeri.

‘Sial, kenapa aku tidak menyadari keberadaan pria ini sejak diluar?’ batin Anna kesal pada dirinya sendiri.

“Bukankah sudah jelas dalam perjanjian itu kalau kau tidak boleh jatuh cinta padaku? Saat kau jatuh cinta padaku maka perjanjian kita akan otomatis batal.” Tegas Anna.

“Hahahahah” Gerald tertawa keras seolah menganggap ucapan Anna adalah lelucon.

Gerald meremas pundak Anna yang kini tidak berkutik lagi, dia menatap marah padanya. Semantara Anna terlihat menahan rasa sakit akibat genggamannya yang kuat.

“Apa salahnya menyukaimu haa? Kau dan aku bukankah sama-sama menginginkannya? Beberapa kali kita melakukan itu karena kau juga menginginkannya bukan? Ohh atau kau masih amat mencintai suamimu yang penipu itu? Bukankah kau hanya istri kedua yang bahkan tidak tahu jika suamimu memiliki istri sebelumnya?”

Plaakk. Anna mendorong Gerald dan menamparnya dengan keras.

“Jaga bicaramu Gerald, aku memang membayarmu untuk datang saat aku membutuhkanmu.”

Gerald mengelus pipinya yang panas akibat tamparan dari Anna. “Kau menganggapku sebagai laki-laki koleksimu? Apa setelah ini kau akan mencari laki-laki lain lagi ha?” Gerald semakin kehilangan kendali.

“Tentu saja, aku akan menggantikanmu dengan yang lain. Jika pria lain lagi-lagi mengatakan dia mencintaiku maka aku akan kembali membuangnya dan menggantikannya dengan yang lain.” Teriak Anna yang juga mulai kesal. Gerald tertunduk marah mendengarnya, rasa cemburu membayangkan Anna bergumul dengan pria lain menguasai hatinya saat ini. Ia dengan spontan mendekap tubuh Anna, ia mulai menjamahnya tanpa ampun, leher jenjang itu kini menjadi santapannya.

“Lepaskan aku Gerald!” teriak Anna marah. Ia mencoba menjauhkan Gerald dari tubuhnya, tapi tenaga Anna jauh kuat dari tenaga Gerald.

“Bukankah ini yang kau sukai? Kau selalu memuji permainanku bukan? Biar aku lakukan seperti yang kau suka.” Sergahnya dan langsung menjamah bagian tubuh yang lain, pakaian Anna yang sejak awal menunjukkan lekuk tubuhnya semakin membuat Gerald gelap mata. Ia bahkan sengaja merobek bagian atas baju Anna.

“Gerald!!” Anna kini benar-benar marah, tangannya mencoba menggapai sesuatu dimeja. Ia merasakan benda keras yang sepertinya adalah hiasan meja yang terbuat dari kaca.

Buuggg..

Anna menghantam kepala Gerald hingga limbung, tapi posisi Anna tidak membuatnya bisa menghantamnya dengan keras hingga Gerald hanya merasa kesakitan saja dan tidak sampai pingsan. Meski begitu, Anna jadi punya ruang gerak untuk berlari keluar.

“Annaaaaa..” teriak Gerald marah, ia bergegas mengejarnya keluar.

Anna berlari dengan wajah takut, air matanya pun mulai mengalir. Beberapa kali ia mencoba memperbaiki pakaiannya yang robek dan memperlihatkan bahu kanannya yang mulus. Ia berlari sekuat tenaga. Tepat ditangga menuju lantai dasar Gerald menangkap tubuhnya.

Anna sontak berontak, sementara Gerald semakin beringas. “Aku hanya menginginkanmu Anna, aku mencintaimu tolong!” Teriak Gerald dengan suara frustasi. Anna yang benci mendengar kalimat cinta itu langsung mendorongnya dengan keras, Gerald oleng dan jatuh dari tangga.

“Aaarrggghh..” ia mengerang kesakitan didasar tangga. Anna sempat memekik panik dan syok, ia bahkan kehilangan rasa fokusnya untuk kabur dari Gerald. Tapi sedetik kemudian ia sadar dan kembali berlari karena melihat Gerald yang sepertinya masih bisa bangkit untuk menahannya.

Ia berlari menuju mobilnya, tapi sialnya tasnya tertinggal didalam bersama dengan kunci mobilnya. Anna mulai panik, jalanan itu benar-benar sangat sepi. Ia lalu berlari menuju ke arah jalan yang mungkin lebih ramai. Sampai ia melihat sosok yang berjalan di trotoar jalan. Anna menarik tangannya dari belakang.

“Tolong, tolong akuuu.” Teriak Anna dengan nafas tersengal, suara teriaknya bahkan terdengar lirih. Pria itu kaget dan berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya. Mata pria itu membesar melihat Anna, sementara Anna sama terkejutnya.

“Nona?” Rayen kaget melihat sosok Anna yang kacau, bahkan bajunya terlihat robek dan berantakan.

Anna menatap Rayen dengan perasaan lega, Anna seolah merasa dirinya saat ini sudah aman. Rasa lelah membuat tubuh Anna limbung.

“Tolong..” Itu kalimat terakhirnya sebelum semua pandangan Anna gelap. Ia limbung dalam pelukan Rayen.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status