Share

6

Author: Gleoriud
last update Last Updated: 2022-08-12 11:17:48

Bulan duduk berhadapan dengan James. Jujur saja, setelah acara merajuk tadi, dia belum makan apa pun. Tentu saja, sarapan sederhana berupa sandwich itu terlihat menggoda bagi Bulan. Perutnya sudah meronta minta diisi.

James memandang wajah Bulan, dia yakin wanita itu masih marah padanya, buktinya dia tak tersenyum seperti biasanya. Walaupun dia tak menolak sarapan yang dibuatkan James.

"Kau masih marah padaku?" tanya James.

Bulan mengangangkat wajahnya, kemudian kembali fokus memakan sandwich itu.

"Tidak."

"Aku yakin kamu masih marah. Wajahmu cemberut. Aku sudah bilang padamu, bahwa aku adalah teman yang menyebalkan? Apa kau lupa?"

Pertanyaan James membuat Bulan tak berkutik.

"Itu baru nol koma sekian yang kau ketahui, dan kau sudah merasa tersinggung. Aku yakin kau takkan bertahan selama yang kau prediksikan."

"Aku belum berfikir untuk menyerah."

James baru tau, ternyata wanita yang terlihat lemah dan penakut itu gigih juga.

"Aku minta maaf."

"Untuk?" Bulan kaget, dan tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Untuk ucapanku yang menyakitimu. Tapi, jujur, aku tak bisa dan tak suka orang terlalu banyak bertanya padaku. Aku harap kau mengerti."

Bulan mengangguk, sambil menyelesaikan sarapannya.

"Baik!"

"Dan satu lagi,"

"Apa itu?"

"Jangan paksakan dirimu untuk memperlakukan aku dengan baik."

Bulan tersenyum lemah, kemudian mengusap rambutnya yang masih basah.

"Denganmu, atau dengan siapa pun, aku memang begini, tidak pura-pura baik."

"Bulan, pada akhirnya kau yang akan terluka, aku takut, merasa bersalah dan memupuk perasaanmu sendiri. Padahal aku,"

"Padahal kamu tak bisa dan tak mungkin membalasnya. Itu kan maksudmu? Pernahkah kau berusaha sedikit saja, James? Jawabannya tidak."

"Bulan ...."

"Biarkan aku menjadi diriku sendiri. Dan kamu, terserah pada dirimu. Jangan pikirkan aku!" Bulan mengangkat piringnya dan meletakkan ke westafel lalu mencuci benda itu dan menaruhnya di rak kaca di sudut dapur.

Ting!tong! Bel berbunyi. James hendak bangkit sebelum Bulan berjalan ke arah pintu lebih dulu.

"Biar aku saja." Bulan membuka pintu masuk rumah mereka. Dahi bulan berkerut, dia tak mengenal pria ini. Rambutnya gondrong di cat pirang, kontras dengan kulitnya yang putih pucat. Memakai kaus polo dan celana jins selutut, dia balas menatap Bulan penuh selidik.

Mata Bulan menangkap, koper besar bewarna coklat tua di samping pria itu.

"Sia ... Pa?" Pertanyaan James seakan tenggelam. Matanya melebar saat menyaksikan siapa yang tengah berada di ambang pintu.

"Riyan?"

Tak hanya James, Bulan juga kaget saat mendengar nama yang diucapkan oleh James.

"Oh, Honey." Tanpa diduga tubuhnya yang sedikit kurus itu menubruk James dan memeluknya begitu mesra. James tidak sempat menghindar, namun ekor matanya bisa melihat Bulan yang menyingkir kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri.

"Apa ini? Kau mau kemana?" James melirik koper besar Riyan.

"Honey, please. Jangan biarkan aku tersiksa di rumah itu sendiri, aku tak mau dikurung lebih lama lagi."

"Lalu kau mau ke mana?" James belum mengerti ke mana arah pembicaraan Riyan, dia terlalu terkejut.

"Aku ingin tinggal di sini! Bersamamu, setidaknya aku bisa memastikan wanita itu tak merebutmu dariku."

James gusar. Lalu meletakkan tangannya di pundak Riyan. Sungguh! Kejutan ini tidak lucu, bagaimana jika mendadak orangtuanya datang ke sini? Pasti dia akan terkena masalah.

"Riyan, dengar! Jika tau tak mau terkurung, aku akan mencarikanmu tempat tinggal baru, tapi, please! Jangan di sini, oke?"

"Honey!" Riyan memajukan bibirnya, seperti anak kecil yang merajuk.

"Riyan, aku mohon!"

"Kau tak menyukai kedatanganku, honey?"

James mengembuskan nafasnya kasar.

***

Sudah satu jam James mematung sambil menunggu Bulan yang hilir mudik menata pakaian di kamar tanpa mempedulikannya. Bahkan setelah James memanggilnya berkali-kali. Tidak tahan dengan kakinya yang mulai pegal, James mendekati Bulan, mencekal lengan wanita itu dan memaksa menghadap padanya. Bulan meringis karena cekalan itu terlalu kuat.

"Apa lagi?" tanya Bulan lemah, matanya sudah memerah menahan tangis.

"Riyan ingin tinggal di sini sementara waktu."

Bulan tersenyum pahit.

"Lalu aku harus apa? Ini kan rumahmu, apa hakku untuk melarang kekasihmu."

"Bulan, aku sedang tak ingin bertengkar denganmu, sudah dua kali kita berdebat hari ini."

Bulan mendongak, menatap dalam ke mata James.

"Lalu, kalau aku tak mengizinkan, apa dia tidak jadi tinggal di sini?"

James gelagapan.

"Kasihan dia, dia tak punya tempat tinggal, setidaknya jika di sini dia selalu di dekatku."

"Kamu sudah punya jawabannya, James. Lalu kenapa masih butuh pendapat dariku?" Bulan tersenyum getir.

"Setidaknya, aku memberitahumu."

"Kita hanya punya dua kamar di rumah ini, kamarmu dan kamarku."

"Dia tidak mungkin tidur denganmu, Bulan!"

"Lalu dia tidur denganmu?" Nada suara Bulan meninggi."Kalian sepasang kekasih aneh, tidur berdua, apa yang akan terjadi?"

"Bulan,"

"James, kau ingin dia menumpang di sini bukan?"

"Kalau begitu, biarkan dia tidur di kamarmu, dan kau tidur di sini." Bulan menegaskan suaranya.

"Itu tidak mungkin."

"Kalau begitu, aku akan menelpon ibu mertuaku."

"Hei," wajah James langsung menegang. "Jangan menekanku! Itu lah sebabnya aku membenci perempuan!" James mencekal pergelangan tangan Bulan.

"Lepas! Sakit."

"Jangan sesekali menekanku! Ternyata kau sama saja, saat aku mulai dekat denganmu, kau mulai mengatur."

Bulan meneguhkan hatinya menantang mata murka James. Demi pencipta langit dan bumi, membiarkan suaminya semakin tersesat adalah perbuatan dosa.

"Kau tinggal pilih! Aku serius akan menelpon ibu mertua jika kau tak sepakat dengan usulanku." Bulan menarik tangannya, sehingga lepas dari cengkraman James.

Bulan menetralkan wajahnya, dia tak ingin terlihat lemah pada laki-laki yang duduk tenang di sofa ruang tamu sambil menonton televisi.

"Mas, temannya James ya?" Bulan menunjukkan wajah bersahabat. Riyan memandangnya bingung. Sedangkan James kehabisan kosa kata.

"Be ... Benar."

"Mau minum apa, Mas?"

Riyan memandang James. Sedangkan laki-laki itu mengangkat bahunya pasrah. Entah drama apa yang dilakukan Bulan. Ternyata, wanita itu tak selugu yang dia kira.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Laki-laki Selingkuhan Suamiku   35

    Tujuh tahun kemudianBulan kerepotan di dapur menggendong anak keduanya yang tak mau ditaruh. Anak pertamanya yang berusia lima tahun, sedang mempersiapkan dirinya untuk ke sekolah. Ini hari pertama baginya, dia begitu antusias saat mengetahui akan bertemu teman-teman baru."Menyisir rambut itu, bukan begitu caranya," kata James pada putranya. Anak laki-laki itu amat mirip dengan Bulan. Sedangkan anak kedua mereka yang berusia satu tahun berjenis kelamin perempuan dan tak mau lepas dari gendongan Bulan malah mirip dengan James."Apakah masih lama, James? Aku tak bisa bekerja sambil menggendong anak," seru Bulan dari arah dapur."Sebentar," sahut James bergegas merapikan dasi putranya.Dia mengambil gadis kecil itu dari gendongan Bulan, sedangkan Bulan dengan cekatan meletakkan beberapa porsi nasi goreng di atas meja makan.James sudah rapi dengan stelan jasnya, sejak dia sembuh, dia sudah mulai bekerja di perusahaan keluarganya, sedangkan Bulan membuka toko kue yang tak jauh dari ruma

  • Laki-laki Selingkuhan Suamiku   34

    Setiap orang memiliki impian yang berbeda-beda. Semua pasti memiliki alasan kenapa mereka menginginkan sesuatu untuk hidup mereka. Salah satunya Riyan, mimpinya adalah James, pria sempurna yang memberinya apa saja. Uang, perhatian, kasih sayang dan masa depan. Baginya, James adalah pria yang sempurna, pria tampan yang membuat laki-laki yang memiliki kecendrungan berbeda sepertinya tergila-gila. James bagaikan air di tengah rasa dahaga, dia memberikan apa pun yang diminta oleh orang yang disayanginya. Riyan telah bermimpi, akan menghabiskan sisa hidupnya dengan James. Namun, semuanya gagal karena wanita itu.Saat James berpaling, dia sangat marah, dia lebih memilih melenyapkan James dari pada melihatnya jatuh ke tangan orang lain. Jika James tak bisa menjadi miliknya, maka orang lain juga sama. "Jawab! Apa kau menyesal telah menganiayanya?" tanya papa James geram, dalam kurun waktu dua puluh empat jam, Riyan berhasil ditangkap, saat dia mencoba melarikan diri ke luar kota. Papa James

  • Laki-laki Selingkuhan Suamiku   33

    Dia berusaha membuka matanya, mengabaikan rasa sakit di segala sendi tubuhnya. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit bewarna putih, kemudian bau obat yang sangat menyengat. Serta suara derap langkah yang tak begitu jauh."Syukurlah, kamu sudah sadar."Sebuah suara menyentak James. James berusaha mengingat, bagaimana sulitnya dia menyeret kakinya ke jalan raya, saat dia hampir saja sampai dia malah terguling dan tak sadarkan diri. James pikir, dia sudah mati.James melirik suara yang berasal di sampingnya. Seorang wanita muda berusia kira-kira pertengahan dua puluhan, melepaskan nafas lega. Dia memakai baju kaus bewarna putih dan celana jins panjang, rambutnya sebahu dan berkulit hitam manis."Aku Jane, aku yang menemukanmu tergeletak di jalan raya, dan aku langsung membawamu ke sini. Tunggu, aku panggilkan dokter dulu." Wanita itu bangkit.James berpikir, orang tuanya dan Bulan harus tau bahwa dia masih hidup. Bulan, Bulan istrinya, apa kabar wanita itu saat ini? Dia telah

  • Laki-laki Selingkuhan Suamiku   32

    James pura-pura tidur saat derap langkah semakin mendekat ke pintu baja itu. Derap langkah yang sudah dihafalnya di luar kepala. Ini entah pagi ke berapa, entah hari apa, dia sama sekali tidak tau, yang dia tau, jika terus berada di sini, sebentar lagi dia akan menjadi mayat.Dia tau, ini jadwal makannya. Setelah tiga hari, baru dia diperbolehkan memakan nasi. Sebuah siksaan yang lebih berat daripada pukulan, adalah menahan lapar, sangat mengerikan melawan bunyi perut yang terus saja minta diisi. Dia sudah hafal betul, apa saja rentetan kegiatan yang akan dilakukan Riyan padanya. Memaksa makan, memberi suntikan, dan meminta maaf. Jika James menolak, pria itu akan meradang dan murka. Riyan adalah sosok yang sangat tak masuk akal, berulangkali dia mengatakan bahwa dia mencintainya, tapi dia malah memperlakukannya bagaikan Sandra dan dibunuh perlahan-lahan. James sudah merenung selama satu malam, mungkin dia perlu merubah taktik, membangkang pada Riyan takkan pernah membuatnya berhasil

  • Laki-laki Selingkuhan Suamiku   31

    "Ayo, Bulan! Makanlah!" kata mamanya berusaha menyentak lamunan Bulan. Wanita cantik yang telah kurus itu menggeleng. Dia seperti mayat yang tak memiliki semangat hidup. Tatapannya kosong, dia bahkan tak bicara selama beberapa hari, mamanya hanya bisa menahan tangis, dan memohon doa pada sang Kuasa agar putri satu-satunya itu kembali seperti semula.Banyak hal yang terjadi dalam beberapa bulan ini, tapi semuanya kejadian yang menyedihkan. Bulan tak mau dirawat di rumah sakit karena James tak kunjung datang. Padahal dia masih dalam masa pengobatan, penyakit Anemia aplastik yang dideritanya cukup parah.Sejak tak kembalinya James, Bulan seakan kehilangan gairah hidup. Dia menghabiskan waktu hanya merenung dan menangis.Orangtua mana yang takkan terenyuh dengan kondisi anaknya yang seperti itu, Bulan anak satu-satunya yang diharapkan, dia tak punya saudara. Selama ini mamanya berusaha untuk tegar dan tak mengeluarkan air mata di dekat Bulan. Tapi, saat malam menjelang, mamanya menangis s

  • Laki-laki Selingkuhan Suamiku   30

    Bulan menatap ke pintu keluar ruangan perawatan dengan pandangan menunggu. Beberapa kali ada yang masuk dari sana, mulai dari Dokter, Perawat, orangtuanya serta orangtua James. Tapi, satu orang yang ditunggunya tak kunjung datang, bahkan telah berlalu beberapa jam setelah pria itu pergi dengan wajah marah.Bulan tau dia lemah, selain suka mengambil kesimpulan sendiri, dia juga cepat terpengaruh dengan ucapan orang lain. Termasuk ucapan Riyan yang mengatakan bahwa James hanya kasihan, kasihan padanya yang sekarat. Jika dia tau James akan memberikan reaksi seperti ini, Bulan lebih memilih bungkam dan tak menceritakan tentang kedatangan Riyan.Bulan ingin sehat, pasti, seperti janji James padanya, bahwa mereka akan melanjutkan pernikahan dan memiliki banyak anak. Sebuah janji yang sangat manis dan indah, tak ada yang lebih menggembirakan selain bisa menghabiskan hidup dengan orang yang kita cintai.Pintu terbuka sekali lagi, Bulan berharap Jameslah yang datang, tapi ternyata tidak. Wajah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status