Beranda / Fantasi / Langkah di Jalan Keabadian / Bab 7 Keterkejutan Shen Long dengan perkembangan Ye Tian

Share

Bab 7 Keterkejutan Shen Long dengan perkembangan Ye Tian

Penulis: Kopi Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-02 08:40:02

Ye Tian tidak ingin membuang-buang waktu. Sejak keluar dari ruang ilusi, ia langsung menekuni latihan dengan penuh tekad. Tinju Naga Surga ia latih berulang kali, setiap pukulan semakin mantap, setiap raungan semakin kuat.

Ia paham, jurus itu memiliki tiga tahapan—pertama Tinju Naga Surga, kedua Amarah Naga, dan puncaknya Raungan Naga. Hanya dengan menembus semuanya, barulah ia bisa disebut benar-benar menguasai teknik tingkat dewa itu.

Menjelang siang, ia membuka kitab formasi. Ia berlatih menyusun dan mengendalikan formasi pertahanan maupun serangan, menguji bagaimana qi bisa digabungkan menjadi kekuatan yang lebih besar.

Sore harinya, ia mengayunkan pedang pemberian Shen Long. Tebasannya ia ulangi ratusan kali, hingga gerakannya makin halus dan pedang seolah menyatu dengan tubuhnya.

Hari-hari Ye Tian dipenuhi latihan. Tak ada waktu untuk beristirahat panjang. Baginya, hanya dengan terus menguat, ia bisa bertahan hidup dan melindungi orang-orang yang berharga.

Tak terasa, enam bulan sudah Ye Tian berdiam di dunia kecil dalam Batu Semesta. Hari-harinya hanya dipenuhi latihan tanpa henti. Kini, teknik-teknik yang ia pelajari telah mencapai tahap sempurna.

Setiap kali menggerakkan Tinju Naga Surga, raungan naga menggema dan mengguncang langit dunia kecil itu. Formasi yang ia susun begitu rapat dan kuat, seakan mampu menahan serangan ribuan musuh. Jurus pedangnya pun tajam dan lincah, meninggalkan jejak cahaya yang mengoyak udara.

Ye Tian tersenyum puas. Kerja kerasnya tidak sia-sia. Semua penderitaan, rasa sakit, dan pengorbanan yang ia tanggung selama enam bulan terakhir kini membuahkan hasil.

Dari kejauhan, Shen Long yang tengah mengawasi hanya bisa menggeleng pelan, matanya menyipit takjub.

"Benar-benar monster…" gumamnya dengan nada tercengang. "Hanya dalam waktu enam bulan, dia sudah mampu menguasai ketiga kitab itu dengan sempurna. Padahal di luar sana, para kultivator membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Bahkan banyak yang gagal sebelum menyentuh separuhnya. Tapi bocah ini… dia menelan semua itu seakan bukan apa-apa."

Shen Long mendekat, tatapannya menyapu tubuh Ye Tian yang sedang duduk bersila. Saat mengamati lebih dalam, matanya langsung melebar kaget.

"Ini… bagaimana mungkin?!" serunya, seakan akan tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

Ye Tian membuka mata, sedikit bingung. "Ada apa, Senior?" tanya Ye Tian dengan penuh tanda tanya.

Shen Long menarik napas panjang, masih sulit percaya dengan apa yang dilihatnya. "Bocah, kekuatan jiwamu… sudah menembus ranah inti tingkat sembilan! Padahal kau baru berlatih enam bulan di sini."

Ye Tian terkejut, matanya berkilat tajam. "Ranah inti… tingkat sembilan?” gumamnya tak percaya.

Namun Shen Long belum selesai. Ia kembali memeriksa, lalu matanya kembali melebar kaget.

"Tidak hanya itu… tulangmu juga telah berevolusi menjadi Tulang Naga Emas! Bocah, kau tahu seberapa jarangnya hal ini? Bahkan di antara naga sejati, hampir tidak ada yang memilikinya!"

Ye Tian mengepalkan tinjunya erat, dadanya bergetar hebat. “Tulang Naga Emas… berarti aku benar-benar sudah melangkah lebih jauh.”

Shen Long menatapnya dalam-dalam, kali ini bukan hanya kagum, tapi juga mengandung rasa hormat. "Kau bukan sekadar jenius lagi, Bocah. Dengan fondasi seperti ini… suatu saat nanti, bahkan para leluhur pun akan menoleh padamu."

Ye Tian masih terdiam, mencoba mencerna ucapan Shen Long. Namun, naga itu tiba-tiba menatapnya dengan sorot serius, auranya mendadak berubah berat.

"Bocah, jangan senang dulu. Kekuatan sebesar ini bukan hanya berkah… tapi juga kutukan. Begitu orang-orang tahu kau memiliki Tulang Naga Emas dan Tubuh Kaisar Langit, para kultivator akan mengincarmu. Baik golongan hitam maupun putih, mereka semua menganggapmu ancaman yang harus disingkirkan."

Tatapan Shen Long semakin tajam, bagai menembus jiwa.

"Itulah sebabnya kau harus tumbuh menjadi yang terkuat. Jika tidak, kekuatanmu sendiri akan menjadi alasan kehancuranmu."

Ye Tian mengepalkan tinjunya, napasnya memburu. Matanya bersinar dengan tekad yang membara.

"Senior, aku mengerti. Aku tidak akan membiarkan kekuatan ini menjadi kutukan. Aku akan menggunakannya untuk melindungi orang-orang yang penting bagiku… dan untuk menghancurkan mereka yang berani mengincarku."

Shen Long memandangi wajah pemuda itu lama, lalu tersenyum samar. "Hmph, begitu seharusnya. Ingat baik-baik kata-katamu hari ini, Bocah. Karena jalan yang kau pilih bukan jalan hidup… melainkan jalan di antara hidup dan mati."

Shen Long menghela napas, lalu berdiri tegak. Aura agungnya kembali menyelimuti sekeliling.

"Baiklah, bocah. Jika kau benar-benar ingin melindungi orang-orangmu, maka kau harus menguji kekuatanmu. Jurus dan teknik hanyalah kosong jika tidak diuji di medan tempur."

Ye Tian menatapnya penuh semangat. "Senior ingin aku berlatih tanding denganmu?"

"Benar." Shen Long menyeringai kecil, lalu melangkah ke tengah lapangan luas itu. "Anggap saja ini ujian berikutnya. Tahanlah satu serangan dariku, dan aku akan mengakui bahwa kau sudah pantas melangkah ke tahap berikutnya."

Aura Shen Long melonjak, tanah bergetar hebat seakan ada gunung yang bangkit di hadapan Ye Tian.

Ye Tian mengepalkan tinjunya, aura emas dan petir hitam kembali menguar dari tubuhnya. Matanya berkilat penuh semangat.

"Baik, Senior! Aku tidak akan mundur selangkah pun!"

Shen Long mencondongkan tubuhnya sedikit, senyum tipis terukir di wajahnya. "Kalau begitu… bersiaplah, bocah!"

Wushh!

Seketika tubuh Shen Long menghilang dari tempatnya, melesat secepat kilat menuju Ye Tian.

"Terima seranganku, bocah!" serunya, lalu telapak tangannya menyapu lurus.

Boom!

Gelombang qi naga menghantam, membuat udara bergetar keras.

Ye Tian tidak panik. Aura emas langsung meledak dari tubuhnya, disertai derak petir hitam yang menyambar liar.

"Tinju Naga Surga…!"

Bayangan naga emas muncul di belakangnya, melesat menghantam serangan Shen Long.

Dua kekuatan bertabrakan.

Booommm!

Ledakan besar menggetarkan ruang latihan, tanah terbelah dan batu beterbangan ke segala arah.

Ye Tian terdorong mundur belasan langkah, darah mendidih di dalam tubuhnya, namun matanya tetap membara.

"Senior… seranganmu memang mengerikan. Tapi aku belum kalah!"

Shen Long tertawa lantang, suaranya menggelegar.

"Hahaha! Bagus, bocah! Jangan tahan tenagamu! Serang aku dengan amarah naga milikmu! Tunjukkan apakah kau benar-benar layak menguasai jurus itu!"

Ye Tian menghela napas panjang, lalu kembali melangkah maju, aura di tubuhnya melonjak berkali lipat. Bayangan naga di belakangnya kali ini tampak jauh lebih buas, sorot matanya berkilat garang.

"Baiklah, Senior! Aku akan menunjukkan padamu—Amarah Naga!" Ye Tian meraung, tinjunya meledak bersama bayangan naga emas yang membabi buta. Petir hitam menari di sekujur tubuhnya, menghantam Shen Long dengan kekuatan yang mampu menghancurkan gunung.

Booommm!

Gelombang kejutnya mengguncang dunia kecil itu. Udara bergetar, tanah berguncang, dan tebing-tebing di kejauhan runtuh berderak.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Langkah di Jalan Keabadian    Bab 63

    Di malam hari, tampak Tetua Yun Shen dan Gao Yang tengah terlibat dalam sebuah pembicaraan serius di dalam kamar. Suasana ruangan begitu hening, hanya terdengar suara angin malam di luar. Tetua Yun Shen duduk sambil menatap muridnya dengan tajam, "Gao Yang, apa keputusanmu sudah bulat? Jika kita benar-benar meninggalkan Sekte Teratai Emas… maka kita harus siap dengan konsekuensi yang ada." Kan bagus kaya gini Gao Yang tidak ragu sedikit pun. “Guru, aku sudah memikirkannya dengan matang. Aku tidak ingin hidup di bawah pemimpin yang mengorbankan muridnya demi ambisi pribadi. Sekte Teratai Emas yang sekarang… bukan lagi rumah bagi kita.” Tatapan Tetua Yun Shen mengeras, namun ada sekilas rasa lega di matanya. "Aku juga sudah lama menahan diri. Zhen Kang semakin buta oleh kekuasaan. Jika ia berani mencelakai murid dari sekte lain hanya demi akar spiritual… maka cepat atau lambat dia akan menghancurkan sektenya sendiri.” Gao Yang menunduk hormat. "Karena itulah aku ingin memba

  • Langkah di Jalan Keabadian    Bab 62 Keputusan Gao Yang bergabung dengan Sekte Pedang Langit

    Setelah proses penerimaan hadiah selesai, Ye Tian, Su Wan'er, Lin Hao, Meng Rou, dan Meng Jin memutuskan kembali ke tenda peristirahatan mengingat hari sebentar lagi akan beranjak malam. Sedangkan Su Mo dan keluarganya kembali ke penginapan yang ada di kota Jinling. Juara pertama mendapatkan senjata kualitas tinggi, lima ratus ribu batu spiritual atas, serta pil Peledak Energi tingkat empat. Juara kedua mendapatkan senjata kualitas tinggi, tiga ratus ribu batu spiritual atas, dan pil Peledak Energi tingkat tiga. Juara ketiga mendapatkan senjata kualitas menengah dan seratus ribu batu spiritual atas. Sedangkan juara keempat dan kelima mendapatkan senjata kualitas menengah serta lima puluh ribu batu spiritual atas. Sesampainya di depan tenda, sosok Gao Yang datang menghampiri mereka. Tentu hal itu mengundang tanda tanya bagi Ye Tian dan rombongannya. Mereka ingin tahu alasan di balik kedatangan salah satu murid sekte Teratai Emas tersebut. "Saudara Gao Yang, ada keperluan apa kau

  • Langkah di Jalan Keabadian    Bab 61 Ye Tian dan Su Wan'er menjadi juara kompetisi antar sekte

    Menyadari lawannya mampu menghindari serangan dengan mudah, Luo Shanying meningkatkan intensitas gempurannya. Ayunan pedangnya menjadi lebih cepat, lebih berat, menebas dan menusuk ke titik-titik vital tubuh Su Wan’er. Mau tak mau, Su Wan’er mulai serius menghadapi serangan Luo Shanying. Trang! Trang! Trang! Dentingan logam terdengar berturut-turut ketika kedua pedang saling beradu. Keduanya saling menunjukkan kemampuan terbaik mereka dalam seni berpedang. Slash! Slash! Slash! Luo Shanying mengayunkan pedangnya secara horizontal dan vertikal. Tiga larik cahaya merah berbentuk bulan sabit langsung meluncur deras ke arah Su Wan’er. “Tarian Pedang Es,” ucap Su Wan’er. Seketika suhu udara di panggung mendadak menjadi dingin, bersamaan dengan kemunculan bilah-bilah pedang yang terbuat dari es. Duar! Duar! Duar! Panggung bergetar kuat ketika ledakan itu terjadi. Udara dingin merembes keluar hingga ke area kompetisi, membuat para penonton dan murid perwakilan setiap sekte m

  • Langkah di Jalan Keabadian    Bab 60

    Patriark Mo Jiang Wuhen menatap putranya yang kesakitan, dadanya naik turun keras. Aura membunuh memancar liar dari tubuhnya, menekan siapa pun yang ada di dekatnya seolah udara di sekitar ikut bergetar. "Keparat! Berani‑beraninya Ye Tian mematahkan tangan putraku! Kau akan membayar perbuatanmu berkali‑kali lipat!" geramnya, matanya menyala penuh kemarahan. Sekali tatap, aura membunuhnya terasa menakutkan, bahkan membuat beberapa Tetua dan murid-murid tdi sekelilingnya menahan napas. Wajahnya merah padam, rahangnya menegang. Jika bukan karena peraturan kompetisi, ia sudah turun tangan saat itu juga. Sebagai tuan rumah kompetisi kalau sampai dia melakukan hal itu akan merusak reputasinya sebagai Patriark sekte besar. Di atas panggung, melihat reaksi kemarahan Patriark Mo Jiang Wuhen, Ye Tian tersenyum tipis. Bukan tanpa sebab ia melakukan itu. Pada pertandingan sebelumnya, Mo Zhang bertindak kejam, mematahkan tangan, kaki, bahkan tulang rusuk perwakilan murid Sekte Laut Biru d

  • Langkah di Jalan Keabadian    Bab 59 Mendapat Restu Dari Calon Mertua

    Menjelang siang, keramaian area kompetisi semakin memuncak. Sorak penonton dan percakapan para murid dari berbagai sekte memenuhi udara. Su Wan’er yang baru saja duduk bersama rombongannya tiba-tiba membeku. Matanya membesar perlahan ketika melihat empat sosok yang sangat ia kenal berjalan melewati kerumunan—Ayahnya Su Mo, ibunya Su Lianhua, serta kedua kakaknya, Su Qian dan Su Rong. Ia langsung berdiri. "Ayah…? Ibu…? Kakak Qian… Kakak Rong…?” Suaranya bergetar, seperti tak percaya. Tanpa menahan diri lagi, Su Wan’er berlari menghampiri mereka. Begitu tiba, ia langsung memeluk kedua orang tuanya erat-erat. Pelukan yang penuh rindu, penuh kehangatan. Su Mo tersenyum lembut sambil menepuk punggung putrinya. "Ayah datang untuk memberi dukungan. Bagaimanapun juga, ini hari penting bagimu, Wan’er." Ibunya memeluk dari samping, suaranya lembut namun sarat emosi. "Kami ingin melihatmu berdiri di panggung itu. Ibu tahu kau sudah berlatih sangat keras." Su Wan’er mengusap air

  • Langkah di Jalan Keabadian    Bab 58 Hadiah Manis Kemenangan Ye Tian

    Hujaman tombak terus mengarah ke anggota tubuh tanpa henti. Sehingga membuat lawannya itu hanya bisa menghindar tanpa memberi perlawanan. Setiap kali melancarkan serangan tubuh Ao Jian selalu berpindah tempat. Meski begitu, semua pergerakannya dapat dilihat jelas oleh Ye Tian. Tusk! Tusk! Tusk! Bibir Ao Ajian melengkung tipis saat tombaknya berhasil melukai wajah, bahu dan tangan Ye Tian. "Haha....terus saja menghindar, Ye Tian. Pada akhirnya kau akan kalah tanpa sempat melakukan perlawanan, haha....," ujar Ao Ajian seraya tertawa terbahak bahak. Tangannya begitu cepat menggerakan tombaknya itu. "Tertawalah sepuasmu, sebelum kau tidak berdaya menerima seranganku," gumam Ye Tian dalam hati. Semakin lama gerakan Ao Jian mulai melambat, nafasnya mulai terengah-engah. Menyadari lawan mulai kelelahan, Ye Tian memanfaatkan hal itu dan ia menghilang dari tempatnya berdiri. Wush! "Apa...!" Ao Jian terkejut menyadari Ye Tian menghilang tiba-tiba. Lalu dia mengedarkan pandan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status