Pria remaja itu baru saja tertidur di bangku kelasnya. Gadis berambut putih yang duduk di sampingnya membangunkannya. Ratha membuka matanya dan melihat sang guru kini masuk ke dalam kelas.“Istirahat kedua nanti seperti biasa. Di taman sekolah ya.” Bisik Lavrinda padanya. “Kalau tidak bisa di ruang klub biasanya.Ratha menganggukkan kepalanya dan mengambil buku tulisnya. Dia mulai mendengar gurunya menjelaskan pelajaran dengan seksama. Meskipun modelnya tampak seperti siswa pemalas, Ratha dan Lavrinda dulu selalu menempati peringkat 1 dan 2 di kelas mereka.Dua jam pelajaran berlalu dan waktunya istirahat kedua pun tiba. Ratha keluar kelas dan memeriksa kondisi taman. Bila taman ramai, maka mereka akan bertemu di ruang klub. Elaina dan Agnes yang berada di kelas sebelah bertemu dengan Ratha.“Kamu mau makan siang ke mana?” tanya Elaina.“Aku sebenarnya ingin. Tapi Lavrinda memintaku untuk membantunya di ruang klub.” Jawab Ratha.“Ya sudah kalau begitu. Waktu pulang sebelum ke asrama n
“Menyerahlah Elaina.” Lavrinda menodongkan pistol ke kepala Elaina. Ratha masih tidak sadarkan diri akibat alat yang dipakai oleh Lavrinda.“Kamu tidak mau menerima tawaranku?” tanya Elaina. “Kamu gila, untung kita tidak ada yang tewas saat kamu menembak mercusuar ini dengan tank.”Ratha membuka matanya dan masih dalam posisi kebingungan. Lavrinda perhatiannya teralihkan, Elaina memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur. Diledakkannya salah satu peledak di dalam rumah yang ada di pulau. Agnes dengan segera melompat untuk melindungi Lavrinda.“Sampai ketemu lagi di lain waktu.” Elaina memberikan perpisahan pada mantan temannya itu. “Kuharap kita bisa baikan lagi Lavrinda. Meski aku tahu kamu yang salah.”Asap dan kabut dari puing-puing bangunan yang terbakar membutakan mata mereka sementara. Elaina mengambil topeng masker gasnya dan pergi dari pulau ini. Agnes menyeret Ratha dan Lavrinda untuk masuk ke dalam ruang bawah tanah.“Uhuk-uhuk!” Agnes napasnya terengah-engah. “Nona Lavrinda ti
“Jadi Lavrinda, kamu mama buatkan apa untuk besok?” tanya Maria kepada Lavrinda yang sedang baca buku di ruang tamu.“Bukannya sudah pernah kubilang untuk tidak coba dekat denganku?” Balas gadis itu dengan nada tinggi.“Ayolah, aku tidak ingin merasa terasingkan di keluarga ini.” pinta Maria. “Hitungannya kamu kan juga putriku.”“Heerrgh.” Lavrinda mengerang marah.Melihat anak tirinya semakin geram. Wanita itu menyingkir ke dapur dan takut. Ah tidak, Maria tidak ingin kehilangan nyawanya. Maria berpikir hal apa yang disukai Lavrinda. Piano? Aku tidak bisa memainkannya. Lalu apa yang identik dengan hal-hal klasik?Herman tiba-tiba muncul dan mengagetkan Maria. “Ada yang tampak panik akibat tantanganku. Jika kamu gagal aku akan menikmati bagaimana caraku untuk membunuhmu.”“Kamu tidak mau membantuku sedikit kah? Kasih petunjuk atau apalah itu?” tanya Maria.“Apa yang kamu tukarkan? Aku bisa memberitahumu sesuatu kalau kamu memberiku juga.” Jawab Herman.“Apa yang kamu inginkan. Ini ber
Selesai melakukan pembayaran tunai. Lavrinda meminta ijin kepada Andrian untuk mengambil foto dirinya menggunakan gaun itu. Maria membantunya untuk mengambil gambar, memang benar ketika Lavrinda menggunakan gaun berwarna kuning keemasan itu tampak dirinya seperti seorang tuan putri.“Cantiknya putriku.” Puji Maria.Lavrinda mengirimkan fotonya kepada Ratha. Menunggu balasan dari kekasihnya soal gaun yang baru ia beli. Barulah ia lepas gaun tersebut untuk dikemas oleh Andrian. Ratha membalas foto yang ia kirimkan dengan satu balasan, cantik.Ratha memasukkan kembali ponselnya di sakunya. “Ayo Agnes kita akan menangkap pengkhianat satu ini. Sudah lama dia dibiarkan menjadi mata-mata. Pedro dan timnya akan masuk melalui pintu depan.”Mereka berada di sebuah gedung apartemen di Provinsi ke 7. Dia ada di lantai nomer 17 berhadapan langsung dengan gedung sebelahnya yang kini mereka incar. Agnes menyiapkan senapan runduk mereka berdua. Kemudian membuka jendela dan mengatur meja yang akan mer
Lavrinda melirik jam dinding di kamarnya. Sudah saatnya Ratha akan pulang ke rumah. Saat beranjak ke dapur saat melihat Maria ada di sana raut mukanya langsung cemberut. “Cepat memasaknya. Aku ingin memasakkan sesuatu spesial untuk kekasihku.”“Ya, Mamamu ini tahu. Tapi ini Mama memasakkan sesuatu yang spesial untukmu.” Balas Maria.“Kemarin aku hanya ingin mencegahmu disentuh pria lain. Kamu di sini adalah milik Papaku. Kamu harusnya tidak boleh membiarkan dirimu disentuh pria lain.” Kata Lavrinda. “Aku masih tidak akan menerimamu sebagai ibu tiriku.”“Nih lihat apa yang aku masak. Sup sehat, berpotensi untuk mengencangkan kulit, memudakan tubuh dan stamina.” Maria menunjukkan masakannya. “Kamu kalau tetap gampang marah dan cemberut begitu. Nanti garis kerut di mukamu cepat terbentuk dan kamu akan kelihatan lebih tua.”“Tersenyum pun juga sama.” Balas Lavrinda dengan nada merendahkan. “Ya sudah. Aku memasak di kompor lainnya saja.”“Dengarkan Mamamu ini Lavrinda. Kamu mau awet muda k
Dengan napas terengah-engahnya, gadis kecil itu berlari menghindari pencarian anak buah ayahnya. Hingga ia sampai ke tepian sungai, berhentilah sebentar ia untuk mengambil napas. Matanya melirik ke sana-sini memastikan apakah dia sudah berhasil kabur.“Papa bodoh,” ujar gadis itu. “Selalu tidak hadir.”Matanya meneteskan air mata. Rambut putih peraknya melambai-lambai terkena angin kencang. Duduklah ia di tepian sungai dan memeluk lututnya.“Kamu tidak apa-apa?” tanya seorang anak kecil seusianya, “Kenapa kamu menangis?”“Pergi! Aku ingin sendiri!” jawab gadis itu.“Firasatku mengatakan kalau kamu ditinggal sendirian sesuatu yang buruk akan terjadi. Akan aku temani saja.” anak laki-laki tersebut mengambil tempat di sebelah Lavrinda. Terasa rasa dingin di pipinya.Lavrinda terkejut dan menatap ke anak laki-laki tersebut. “Hei! Apa maksudmu? Dingin tahu kena pipiku.”Anak laki-laki tersebut menawarkan dirinya sebuah kaleng minuman soda rasa limun. Karena penasaran tak pernah meminum min
“Kamu bengong, ada apa?” Ratha menempelkan kaleng soda yang dingin pada kekasihnya itu. Sedari tadi, ia amati kekasihnya itu bengong melihat ke luar jendela ke arah pemandangan malam Kota London. “Kamu sudah wisuda, jangan bengong.”“Ya, saatnya menentukan bagaimana pernikahan kita berlangsung.” kata Lavrinda dan duduk di pangkuan Ratha. Ratha menyalakan televisi dan melihat berita. Lagi dan lagi beritanya memuat tentang Negara Kermenchik.Dengan lantang dan berani terlihat Adler dan Herman berpidato kalau negaranya menemukan obat kanker. Crandespol, obat yang terbuat dari mineral dan tanaman herbal yang hanya bisa tumbuh di Kermenchik.“Besoknya pasti ada banyak mata-mata asing mencoba masuk ke negara kita.” Kata Ratha. “Tapi untuk sekarang kita bersenang-senang saja di sini dahulu.”“Maria dan Agnes lama sekali.” Kata Lavrinda. “Atau kita duluan dan tidak memakai kondom?”Tonjolan besar dan keras mulai muncul di celana Ratha. Lavrinda tersenyum dan menggoyangkan pantatnya. “Sekarang
Elaina menuju tempat yang diinginkan Lavrinda. Tempat tersebut ada di tengah hutan hujan di Brazil. Kini dia berada di atas pesawat bersiap untuk terjun. Tugas yang diberi Lavrinda kepadanya adalah menyusup dan mendapatkan kembali sampel Crandespol yang dicuri oleh mata-mata asing.“Laboratoriumnya terletak di bawah tanah ya, lokasinya tepat dibekas tambang emas.” Elaina membuka petanya. “Dengan keahlianku aku yakin ini bisa selesai dalam waktu dua hari.”Elaina membaca lagi buku dan dokumen palsunya. Kini dia akan menyamar sebagai Ravina Cristine, seorang peneliti tingkat 2 di laboratorium ini. Di dalam tasnya sudah ada peralatan baginya untuk menyamar menjadi Ravina. Ravina yang asli saat ini sedang disekap oleh organisasi dan akan dilepaskan bila Elaina berhasil, serta informasi yang dia berikan valid.Ada sebuah komunikasi masuk dari Lavrinda. Elaina menerimanya, “Ada apa? Kamu mau memberiku saran atau kata-kata semangat.”“Ya. Dengarkan suara ini.” balas Lavrinda. Terdengar suara