Sang supir menyalakan lagu Fly Me To The Moon untuk mempermesra suasana mereka. Lavrinda memberikan isyarat kepada sang supir untuk mengambil rute paling jauh. Supir mereka adalah seorang wanita.
“Apa Anda yakin Putri? Bagaimana kalau dia menolak?” tatap supir itu dari pantulan kaca tengah mobil.
“Yakin.” Lavrinda menjawab, dia mulai mendekatkan dirinya dengan Ratha. Dia meminta Ratha untuk mendekatkan kepalanya ke dadanya. “Boleh kah?”
Tangan Lavrinda perlahan mengelus paha Ratha. Raut muka Ratha tampak panik dan gelisah. Dia ingin menjawab tidak, tetapi Lavrinda sepertinya menginginkannya. “J-jangan! A-aku ... .”
Gadis itu menatap tajam mata Ratha seolah-olah mengancamnya. Ratha mengingat kembali kejadian traumatiknya di masa kecilnya, di mana ia dilecehkan oleh seorang biarawati tempatnya dibesarkan. “He-hentikan.”
Suasana hati Lavrinda berubah drastis dia mencekik leher Ratha. Ratha tidak bisa melawan karena di dalam dirinya dia tidak bisa dan tidak boleh melawan Lavrinda. Pria itu melemas dan memeluk Lavrinda.
“Kamu mau?” tanya Lavrinda.
Ratha mengangguk-angguk dengan pelan. Dia memelas dan menatap mata Lavrinda. Supirnya menyela mereka, “Yang ke bank jadi saya sendiri? Anda mau saya antarkan ke hotel terdekat?”
“Ya.” Jawab Lavrinda. “Maaf ya Agnes.”
“Tidak apa-apa Putri Lavrinda. Tumben dia tidak mengamuk.” Kata Agnes. “Dia langsung terdiam dan menjadi penurut sekali.”
“Obat baru yang dikembangkan oleh ayahku penyebabnya. Sekarang sepertinya aku mempunyai kendali penuh atas hidupnya.” Lavrinda membalas. “Aku masih penasaran siapa yang membuat dia mengalami trauma seperti ini. Bisakah kamu mencari tahunya Agnes?”
“Jemput kami di hotel besok pagi. Ini kartu aksesnya untuk masuk ke database orang-orang yang dihapus oleh negara.” Lavrinda memberikan sebuah kartu hitam dengan beberapa bagiannya bolong.
Setelah menurunkan Lavrinda dan Ratha ke hotel terdekat. Agnes bergegas menuju ke bank dan mendepositkan semua uang tunai yang diberikan oleh Lavrinda. Melihat kedatangan Agnes seorang staf bank langsung menyuruh Agnes untuk menemui pimpinan bank untuk mengurusi uang tersebut. Uang tersebut dicuci ke perusahaan luar negeri yang dengan sengaja memberikan bebas pajak bagi seseorang yang ingin berinvestasi ke negerinya. Dari sana uang tersebut kembali diputar masuk ke dalam rekening milik Lavrinda dalam bisnis legalnya sebagai dana investasi.
Selesai dari bank, Agnes menuju ke gedung pusat kearsipan daerah. Dia menuju ke komputer server kearsipan digital. Yang ia ketahui dari Ratha hanyalah dia mantan pasukan elit SAT 5905. Data dari semua pasukan tersebut sudah lenyap yang fisik. Yang tersisa di jejak digital mereka hanya beberapa kepingan foto sosial media dari mantan anggota 5905.
Ditambah lagi berkas negara soal perintah mantan presiden yang memutuskan menganggap anggota 5905 adalah musuh negara dikarenakan terlibat dan dibantu oleh AS. Dari awalnya pasukan yang ditetapkan sebagai anti terorisme, tiba-tiba dijadikan kambing hitam anti komunisme oleh presiden mereka.
Era Presiden Montengro memanglah brutal. Dari awal pahlawan kemerdekaan kini berubah menjadi musuh negara. Semua anggota 5905 harusnya telah dipenjara seumur hidup. Tapi beberapa diantara mereka ada yang bebas bersyarat. Tapi dia tidak menemukan nama Ratha di dalam daftar bebas bersyarat itu.
Hari sudah malam, dia memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Dengan membawa beberapa berkas penyelidikan yang ia bawa. Hingga dia mendapatkan telepon dari Herman.
“Hentikan Agnes. Kamu tidak usah menyelami lebih dalam. Berikan file yang aku kirim ke surelmu untuk putriku bila dia penasaran dengan Ratha.” Kata Herman. “Jika kamu menggalinya lebih dalam. Kamu bisa kubunuh.”
“Baik. Mohon maaf atas kelancangan saya.” Jawab Agnes. “Putri Lavrinda menyuruh saya.”
“Tidak apa-apa. Dia saat ini sedang bersama Ratha kan?” tanya Herman.
“Benar, di hotel.” Jawab Agnes.
“Terima kasih.” Herman menutup telponnya.
Herman kembali berfokus terhadap kerjaanya. Di depannya kini ada Adler yang sedang minum ditemani oleh para kelinci bar. “Jadi tuan wakil presiden. Anda memintaku untuk ekspansi ke luar?”
“Ya.” Jawab Adler. “Banyak uang yang bisa dihasilkan di sana.”
“Kalau begitu pinjami saya tentara untuk melawan Nx9.” Balas Herman. “Kalau saya menggunakan orang saya sendiri. Saya yang bisa dituduh nantinya. Apalagi jurnalis dan wartawan di luar susah disuap.”
“Saya dengar juga kepala polisi daerah dan kepala tentara daerah di sana susah dan sudah disuap oleh Nx9.” Tambah Herman. “Tolong mutasikan dia ke sini dan pindahkan orang-orang saya di sini ke sana.”
“Kalau kamu mau meminta lebih bantuanku. Maka asasinasi dahulu presiden sekarang. Ketika aku dilantik menjadi presiden, barulah aku akan menjadikanmu penasihatku dan kamu bisa punya lampu hijau.” Ucap Adler. “Itu skenario pertama kalau kamu berani. Skenario kedua ya ekspansi tadi tanpa bantuan.”
“Aku akan coba opsi pertama. Bisakah Anda membantuku menyusupkan orangku ke jajaran pasukan pengawal presiden?” tanya Herman.
“Bisa.” Jawab Adler. “Mau berapa orang?”
“Satu saja. Sisanya tolong Anda isi dengan pengawal presiden yang pro dengan Anda.” Jawab Herman. “Ratha saja sudah cukup menurutku untuk mengeksekusi presiden. Apalagi dia punya motif tersendiri untuk membenci presiden.”
“Kalau begitu dariku akan aku susupkan Pedro.” Adler berkata. “Keponakanku itu handal dan bisa mengimbangi Ratha aku rasa.”
“Kamu perlu cetak biru istana negara? Juga detail tentang pengamanannya?” tanya Adler.
“Tolong berikan. Supaya anak buahku bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat.” Jawab Herman. “Aku akan melakukannya minggu depan saat putriku juga menyusup ke gedung pusat militer.”
“Benar sekali, satu-satunya aparat keamanan yang susah kita sogok adalah departemen pertahanan dan intelejen. Mereka masih setia terhadap negara ini bukan terhadap uang. Ada sebuah skandal di dalam sana dan aku harap putrimu bisa menemukan informasi dan datanya untuk dikirimkan padaku. Dengan begitu aku bisa mengganti orang-orang yang susah disogok itu dengan orang kita.” Kata Adler panjang lebar.
“Garis waktunya harus urut. Dimulai tewasnya presiden dahulu, lalu Anda dilantik menjadi pengganti presiden, barulah Anda mengungkap skandal departemen pertahanan.” Balas Herman. “Bagaimana dengan pihak asing? Mereka tidak ada yang tertarik dengan campur tangan politik kita?”
“Sejauh ini hanya AS yang sering kali berupaya menyusupkan mata-mata dan mencoba menyuap orang kita menjadi agen ganda. Selama kita masih liberal, seperti mereka tidak akan mencoba ikut campur lebih panjang. Apalagi mereka baru saja malu di muka internasional karena dulu ketahuan mendukung pemberontak ekstremis religi di sini.” Kata Adler. “Semua negara yang pernah diobrak-abrik AS pasti akan mendukung kita.”
Ponsel Herman berbunyi, ada panggilan dari putrinya. “Sebentar Adler, ini panggilan dari Lavrinda.”
“Ada apa putriku?” tanya Herman.
“Papa, aku ingin orang yang dulu menyebabkan trauma kepada Ratha untuk ditangkap. Oleh karena itu aku meminta Agnes untuk menggali informasi lebih jauh. Tapi Papa menghalangiku.” Jawab Lavrinda.
“Kalau itu maumu. Ya sudah, akan Papa siapkan.” Balas Herman.
Melihat Ratha dan Agnes berhasil keluar dari laboratorium yang hancur. Herman mengambil radio komunikasinya dan menyuruh mereka berdua untuk ke arah helipad evakuasi. “Kalian berdua ke sini.”“Siap.” Balas Agnes dan menggendong Ratha yang terkapar.“Aku bisa berjalan sendiri.” Ratha menjatuhkan diri dari gendongan Agnes dan berusaha berdiri.“Tidak usah dipaksakan.” Kata Agnes, dia mengambil radio komunikasinya. “Ada yang bisa membantuku membawanya?”Para anggota medis laboratorium datang membawa tandu. Ratha dinaikkan ke atas sana dan mereka menuju helipad evakuasi. Di sana helikopter mereka bersiap untuk berangkat, Herman sedang berbicara dengan anak buahnya untuk mengatasi kejadian yang baru saja mereka buat.“Buat saja kalau ini bangunannya hancur karena ledakan bahan kimia. Jangan sampai pemerintah tahu. Presiden Adler juga jika bertanya apa yang terjadi jawab saja begitu.” Perintah Herman.“Baik.” jawab anak buahnya. Mereka kini menuju Kuba di mana di sana ada area rahasia perte
Hari ini Ratha diminta Herman untuk ke laboratorium. Ratha sudah tahu pasti ini berkaitan dengan virus yang ada di dalam dirinya. Setelah berpamitan kepada Lavrinda, dari rumahnya Ratha menuju ke provinsi sebelah tempat laboratorium berada.Perjalanan ke laboratorium itu panjang dan sunyi, memberikan Ratha banyak waktu untuk merenung. Ia tahu bahwa di dalam tubuhnya terdapat Virus Adam, sebuah virus awal yang akan mengendalikan virus mayat hidup yang sedang dikembangkan oleh Herman, bos organisasi tempat Ratha berada. Ratha telah menerima nasibnya untuk dijadikan percobaan bagi organisasinya, karena dia merasa berutang budi kepada mereka yang telah memberinya kehidupan yang bagus.Saat tiba di laboratorium, suasana di sana terasa mencekam. Ratha berjalan melalui koridor-koridor dingin yang diterangi oleh lampu neon, hingga akhirnya tiba di ruang operasi di mana Herman telah menunggunya.“Selamat datang, Ratha,” sambut Herman dengan senyum dingin. “Kami sudah siap untuk tahap berikutny
“Pikiranmu agak kosong, apa yang terjadi?” tanya Ratha saat Elaina menemuinya langsung.“Apakah ada kumbang di sekitar sini? Jika ia bisakah ke tempat yang steril?” balas wanita itu.“Di kantor yang ini tidak ada CCTV. Jadi aman saja.” jawab Ratha.Mereka duduk di meja yang dikelilingi oleh dinding kaca, pemandangan kota yang sibuk terlihat di luar. Sejenak, keduanya terdiam, seakan mencari kata-kata yang tepat untuk memulai percakapan yang sulit ini."Aku mendengar kabar tentang Lavrinda," Elaina memulai, matanya menatap lurus ke arah Ratha. "Selamat atas kehamilannya."Ratha terkejut sejenak, namun kemudian dia tersenyum tipis. "Terima kasih, Elaina. Aku tahu ini bukan kabar yang mudah untukmu."Elaina mengangguk, berusaha menahan gejolak emosi di dalam dirinya. "Aku senang untuk kalian berdua. Meski awalnya sulit, aku mencoba untuk menerima kenyataan ini.""Elaina, aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat menghargai hubungan kita dulu. Apa yang terjadi antara kita tidak akan pernah aku
Elaina dan timnya bersiap untuk menyerang markas Jose. Semuanya sudah terkoordinasi, persiapan mereka sudah seperti rencana dan berjalan dengan mulus. Elaina meniup peluitnya dan memberikan aba-aba untuk menyerang secara bersamaan.Dari udara bantuan dari BKDN berupa helikopter penyerbu menembakkan tiga buah roket untuk menghancurkan gerbang markas kartel Jose. Kemudian mereka menembaki garasi Jose yang berisi mobil-mobil dimodifikasi dengan senapan mesin.“Ayo serbu! Kita balaskan dendam rekan organisasi kita yang telah dibunuh oleh kartel ini!” perintah Elaina.Pasukan darat bergerak cepat, memanfaatkan kekacauan yang disebabkan oleh serangan udara. Elaina memimpin timnya dengan penuh percaya diri, gerakannya cepat dan pasti. Mereka memasuki kompleks markas melalui celah-celah yang ditinggalkan oleh roket. Dengan senapan di tangan, mereka maju melalui asap dan reruntuhan, mata mereka terfokus pada tujuan utama: menghancurkan kartel Jose.Pertempuran berlangsung sengit. Tembakan terd
“Pagi,” Ratha mematikan alaramnya dan memeluk tubuh Lavrinda. Dipeluknya erat dan diciumnya leher istrinya itu. Lavrinda tertawa kecil-kecilan dan menjadi agresif.“Kamu mau melakukannya? Aku ingin cepat hamil.” Lavrinda berkata.“He? Tidak, aku hanya ingin membangunkanmu.” Ratha membalas.“Tapi aku mau!” Lavrinda bangun dan menaiki tubuh Ratha.“Kalau kamu memaksa. Lakukan sesukamu, hari ini kita tidak ada jadwal hingga siang hari.” Ratha mengalah dan menuruti keinginan istrinya.“Siang hari ini kita ada acara makan siang bersama para pejabat negara ya. Mereka meminta informasi penting dari kita soal urusan organisasi kita.” Kata Lavrinda. “Masih ada waktu bagi kita untuk bermain.”Lavrinda mencium bibir Ratha dengan ganas. Pria tersebut terdiam dan membiarkan kekasihnya melakukan semuanya. Lavrinda mengambil obat perangsang dan meminumkannya secara paksa pada kekasihnya yang dicintai itu.“Jangan kasar-kasar.” Pinta Ratha.“Kamu sudah tahu jawabanku kan?” tanya Lavrinda. “Tentu saja
Elaina mempersiapkan barang-barangnya bersama Mai. Mai membantunya menaikkan peralatan ke dalam mobil van mereka. “Kehormatan bagiku bisa bertugas langsung bersama legenda organisasi."“Maaf karena aku menggunakan inisial nomormu, 05.” Tambahnya.“Ya, tidak apa-apa. Ke sini Mai, kita akan membuat rencananya dan mereview ulang rencananya.” Elaina menyuruh Mai untuk mendekat ke papan tulis putih yang ada di ruangan persenjataan ini.“Nama target kita Jose Luizzo beserta keluarganya. Sang ayah Jose, merupakan kartel rival kita di sini. Menggunakan anaknya sebagai kampanye anti narkoba dia kemudian menjual narkoba dilabeli obat sehat kepada masyarakat.” Kata Elaina.“Cukup menarik. Menipu masyarakat dahulu, lalu membunuh mereka perlahan dengan narkoba.” Kata Mai.“Biro Keamanan Dalam Negeri meminta bantuan organisasi kita untuk melenyapkannya. Karena kita sedang bekerja sama dengannya. Mereka menginginkan Jose hidup-hidup, tapi perintah dari Bos Herman kita adalah membunuhnya. Jadi bagaim