"Tidak mungkin..." lirih Lily bergumam. "Tapi kenapa-" Belum sempat Lily menanyakan alasannya, Max sudah berjalan jauh dari hadapannya.
Lily merasa kesal tapi tak dapat berbuat apa-apa. Bagaimanapun, ini adalah kesalahannya sendiri yang tidak teliti. Drrrt. Drrrt. Ponselnya yang berada dalam saku terasa bergetar. Saat Lily melihat, itu panggilan dari Vina. "Ada apa?" Suara Lily yang lirih membuat Vina bertanya-tanya. "Kenapa suaramu begitu? Kau sakit?" Lily menghela napasnya lelah. "Vina, sepertinya meminta cerai dari Max tidak akan mudah." "Kenapa begitu?" "Jika aku meminta cerai, maka aku harus membayar dua puluh milyar kepada keluarga Kalandra. Itu sudah tertulis dalam surat perjanjian dua tahun yang lalu dan aku telah menandatanganinya." "Br*ngs*k!" Umpatan Vina sedikit membuat Lily terkejut. "Kalandra memang keluarga bejat! Anak mereka telah membuatmu kehilangan ayah dan kedua kakimu. Tak hanya itu, mereka juga mengurungmu dalam mansion selama dua tahun. Lalu sekarang... mereka membuatmu membayar dua puluh milyar jika ingin bercerai? Mereka gila!" Kedua mata Lily mulai berembun. Apa yang diucapkan Vina adalah kenyataan pahit yang tengah dia alami. Dia tak menyangka jika nasibnya akan berakhir seperti ini. Apa dia memang tidak ditakdirkan untuk bahagia? Namun Lily berusaha untuk tegar. "Lupakan soal itu, ada apa kau pagi-pagi menelepon?" "Mama mendapat pesanan dari klien untuk membuat gaun pengantin. Apa kau bersedia membuatkan sketsa gaun untuknya? Mama meminta dibuatkan cepat." Gaun pengantin membuat Lily terdiam sejenak. Salah satu alasan dia memiliki cita-cita sebagai desainer adalah ingin membuat gaun pengantin impian untuk dirinya sendiri. Sedari kecil dia berkeinginan menjadi pengantin dengan gaun buatannya sendiri. Sampai sekarang impian tersebut belum terwujud. Dua tahun lalu saat dia menikah dengan Max, tidak ada acara keagamaan maupun perayaan pesta. Keluarga Kalandra tidak menginginkannya. Dia dan Max hanya mengurus pernikahan di kantor catatan sipil. Tidak ada yang istimewa. "Apa kau keberatan?" Vina memecah lamunan Lily. "Tentu saja tidak. Aku harus mendapat uang yang banyak supaya bisa bercerai." "Hei, jangan terlalu memforsir diri. Kau sudah begitu banyak melewati hal buruk selama ini. Bagaimana kalau nanti malam kau ikut aku untuk bersenang-senang?" "Tapi bagaimana kalau Max nanti tahu kalau aku keluar rumah? Dia akan marah." "Cih, lelaki itu memang kejam." Lily menganggukkan kepala, membenarkan ucapan Vina meski Vina tidak dapat melihatnya. Selama dua tahun ini, Lily sangat jarang keluar dari mansion karena pelayan tidak membolehkan dirinya untuk keluar atas perintah dari Max. "Lily... sepertinya aku punya ide bagus." Kening Lily mengerut dalam mendengarnya. "Kalau kau ingin segera cerai dari Max, kau harus memberontak. Aku yakin dia akan menjadi jengkel dan jenuh, lalu meminta cerai. Bukankah dengan begitu kau akan terhindar dari denda?" *** Di depan cermin kaca yang besar, Lily menatap pantulan wajahnya yang nampak cantik. Malam ini dia akan menuruti keinginan Vina untuk pergi ke sebuah klub eksklusif. Sebenarnya Lily belum pernah menyambangi klub manapun karena dia tidak pernah tertarik. Namun seperti apa yang diucapkan Vina, Lily harus memberontak agar Max sendiri yang menginginkan perceraian dan terhindar dari denda. "Anda terlihat sangat cantik, Nyonya." Inda tersenyum bangga, menatap hasil polesan make-upnya di wajah Lily. "Aku tak sangka kalau kau memiliki bakat seperti ini, Inda." Pujian itu berhasil membuat Inda tersipu malu. "Ini bakat tersembunyi dari saya, Nyonya." "Kenapa tidak kau salurkan saja bakatmu? Sayang jika tanganmu yang berbakat itu harus disembunyikan." "Sebenarnya dulu saya sudah melakukan pelatihan merias wajah di ibu kota, tapi saya berhenti di tengah jalan karena ibu saya sakit keras dan membutuhkan uang banyak untuk pengobatan. Jadi akhirnya saya memutuskan untuk bekerja saja, menjadi pelayan di mansion ini." "Aku turut bersedih soal itu." Sambil menyisir rambut Lily, Inda tersenyum tipis dan kembali berkata, "Tapi sekarang saya sudah tidak sedih lagi karena akhirnya saya mendapat tugas melayani anda yang ramah. Gaji yang diberikan dari Tuan Max juga lebih dari cukup untuk membayar pengobatan ibu saya." "Kau tahu, Inda? Kau tetap harus mengejar mimpimu selagi bisa. Suatu saat nanti kalau kau menemukan kesempatan itu, jangan pernah kau sia-siakan lagi atau kau akan menyesalinya." Saat mengucapkannya, Lily menatap pantulan dirinya sendiri dengan mata berkaca-kaca, seolah tengah berbicara pada dirinya sendiri. "Baik, Nyonya. Akan saya ingat nasehat itu." Setelah selesai, Inda langsung mendorong kursi roda Lily untuk menuju lift. "Antar aku sampai ke depan pintu utama. Beritahu pada pelayan lain bahwa aku akan pergi dengan suruhan Max supaya mereka mau membukakan pintu." Seluruh pelayan di mansion ini tahu bahwa Lily tidak diperbolehkan keluar tanpa seizin Max. "Bagaimana perasaan Anda saat ini, Nyonya?" tanya Inda penasaran sewaktu pintu lift baru saja tertutup. "Baru kali ini saya melihat Anda begitu bersemangat." Lily tersenyum tipis mendengarnya. "Kentara sekali ya?" "Iya, Nyonya. Mungkin karena Anda akan keluar dari mansion setelah sekian lama." Inda ikut merasa senang karena setahunya, terakhir kali Lily keluar dari mansion adalah dua bulan lalu saat menghadiri pemakaman Antony. "Iya, Inda. Persiapkan dirimu... mungkin mulai dari sekarang, aku akan kerap keluar dari mansion."Max dan Kenneth terperangah, melihat penampilan pasangan mereka masing-masing yang nampak sederhana tapi cantik dan begitu mempesona."Wow, cantik sekali," puji Max secara terang-terangan."Terima kasih, Max." Lily tersenyum malu sambil menyelipkan anak rambutnya ke arah belakang.Hari ini dia dan Wina sama-sama mengenakan gaun polos selutut dengan potongan dada yang agak rendah berlengan pendek. Lily mengenakan gaun berwarna lilac, sedang ibunya mengenakan warna merah.Desain gaun sama, yang membedakan aksesoris yang mereka pakai.Meski begitu, Lily dan Wina sama-sama mempesona dengan gaun yang memamerkan lekuk tubuh mereka yang indah."Sayang, kenapa kamu diam saja?" tanya Wina pada Kenneth. Jujur dia juga ingin mendapat pujian yang sama seperti Lily. "Bagaimana dengan gaunku? Apa bagus juga?"Bukannya menjawab, Kenneth malah berdeham dan membalikkan badannya. "Sudahlah, ayo cepat berangkat. Nanti keburu telat." Setelahnya Kenneth berjalan duluan ke arah mobil.Tak mendapat pujian
"Aku akan segera menikah dengan Finley." Ucapan dari Vina membuat Lily sedikit terkejut. Saat ini mereka sudah duduk berdua di sebuah ruangan pribadi milik Lily. Pintu sengaja Lily kunci agar tidak ada orang yang menguping atau menginterupsi. Sebelum ini dia dan Vina sudah membicarakan soal basa-basi, hingga topik yang serius ini terlontar, membuat Lily sangat terkejut."Kau yakin dengan keputusanmu, Vina? Kau yakin akan menikah dengannya?"Vina menunduk setelah mendengar rentetan pertanyaan dari Lily, memandangi dan mengelus perutnya yang semakin membesar. "Aku harus yakin demi anak yang ada di kandunganku, Lily. Empat bulan lagi dia akan terlahir di dunia ini, aku tidak mau dia lahir tanpa ada sosok ayah di sampingnya nanti."Lily menatap iba lalu memeluk Vina dari samping. Tumbuh dewasa bersama, Lily tahu kalau sahabatnya itu hampir tidak pernah menjalin hubungan yang serius dengan seorang pria karena mementingkan pendidikan dan karir. Namun sekali dia berkenalan dengan pria, dia
Hari-hari terus berlalu semenjak kasus Jauhari mencuat di berbagai media sosial. Media terus membahas kasus itu namun bukan tentang Jauhari, melainkan Lily Orlantha yang menjadi pusat perhatian banyak publik.Mulai dari kisah hidupnya bahkan bakatnya yang luar biasa soal merancang gaun wanita.Melihat hal itu, Lily bersyukur setidaknya dampak dari pemberitaan soal dirinya lebih condong ke arah positif. Dia banyak mendulang simpati dari berbagai kalangan bahkan banyak dari kaum menengah ke atas yang berlomba-lomba untuk memesan gaun darinya.Alhasil, Lily menjadi sangat sibuk dan cukup kewalahan. Max yang selalu ingin bertemu dengan Lily pun jadi tidak bisa karena saking sibuknya. Selain itu, karena pemberitaan soal Lily, Max jadi mendapat banyak kecaman dari warga sosial media atas langkahnya dulu yang menceraikan Lily.Mau tak mau, Max harus menjauhkan diri dulu dari Lily agar Lily tak ikut terkena dampaknya. Selain Max, ada Fernita yang juga ikut terkena imbasnya. Banyak teman sosia
"Jika di pikir-pikir, ini semua memang kesalahanku yang selalu menutupi segala perbuatannya," lanjut Kenneth berbicara. Penyesalan memang selalu datang di akhir.Jika diingat-ingat, sudah dari dulu Wina mencurigai Jauhari namun Kenneth selalu tutup mata dan tidak mau menyelidikinya.Bagi Kenneth, Jauhari adalah saudara yang cukup dekat dengannya meski mereka hanyalah saudara tiri. Namun karena Lily terus dalam bahaya dan dia menyadari ada sesuatu yang salah, maka Kenneth mulai menyelidikinya.Hasil penyelidikan tidak disangka-sangka. Banyak kejahatan yang diperbuat Jauhari dan keluarganya di belakang Kenneth. Mulai dari penculikan Lily sejak bayi, penggelapan dana, mencelakakan Lily dan masih ada kejahatan lain yang sulit bagi Kenneth untuk terima.Beberapa bukti kejahatan masih ada yang belum bisa Kenneth kumpulkan, seperti saat penculikan Lily sewaktu bayi. Itu karena kasusnya yang sudah lama dan Jauhari benar-benar menghapus jejak keterlibatan dengan rapi.Tetapi tetap tidak akan
Sebuah tamparan keras juga melayang di pipi Melani setelahnya, kali ini dari Wina."Cukup! Tutup mulutmu yang kotor itu!" Melani memegang pipinya yang berdenyut nyeri sambil tertegun ke arah Wina. Tak pernah dia sangka, wanita yang selama ini diam kini nampak murka bahkan berani menampar wajahnya.Leni, Lubis dan Layla juga terkejut lalu mendekati kedua orang tua mereka untuk membela."Kenapa Paman dan Tante tega melakukan ini? Apa kesalahan kami?" tanya Leni dengan kedua mata yang berkaca-kaca."Kesalahan kalian?" Tiba-tiba ada suara yang menyahut dari belakang kerumunan.Semua orang menoleh dan melihat Lily berjalan mendekat dengan Max yang menggandeng tangannya."Kamu ingin tahu kesalahan keluargamu apa?" tanya Lily begitu dia sudah berada di depan kerumunan.Melihat Lily datang bersama Max, orang-orang yang mengetahui hubungan diantara keduanya kembali bergosip."Kudengar pria yang ada di sampingnya itu mantan suaminya, kenapa tiba-tiba dia datang dengan pria itu? Apa mereka suda
Pesta yang diadakan oleh keluarga Leni telah tiba. Beberapa hari sebelumnya, Lily sudah menyelesaikan pesanan gaun-gaun yang dipesan oleh saudara sepupunya--termasuk Leni. Dia juga sudah menyuruh orang untuk mengantar gaun ke rumah masing-masing.Malam ini Lily datang terlambat ke tempat acara. Sedang Kenneth dan Wina telah datang terlebih dahulu.Suasana di dalam aula pesta sudah nampak ramai oleh banyak tamu. Para pelayan juga nampak sibuk berjalan ke sana kemari mengantar minuman untuk para tamu.Awalnya Kenneth tidak menjumpai sesuatu yang aneh saat dia baru pertama kali masuk. Beberapa kenalan rekan kerja datang menyambut dan berbincang santai dengannya. Namun begitu dia dan Wina sudah berjalan ke arah yang lebih tengah, dia baru menyadari telah terjadi sesuatu sejak sebelum dirinya datang."Ada apa ini?" tanyanya begitu melihat kerumunan orang-orang yang nampak berisikPara tamu menoleh ke arah Kenneth lalu salah seorang keponakan Kenneth mendatanginya sambil berkata, "Paman sud