Wu Gui benar-benar penasaran dengan syarat yang Bara Sena katakan jika dia ingin mendapatkan wadah untuk rohnya tersebut. Bagi dirinya yang sudah menjadi sosok tak terlihat itu jelas sebuah tawaran yang menggiurkan. "Apa syaratnya...?" tanya Wu Gui dengan rasa penasaran yang menjadi-jadi. "Kau begitu ingin tahu syaratnya?" tanya Bara. "Tentu saja...! Apapun akan aku lakukan jika itu memang bisa menghidupkan diriku lagi!" kata Wu Gui penuh semangat. "Hmmm... Baiklah, aku katakan padamu syarat untuk mendapatkan wadah untuk dirimu. Syaratnya adalah, kau harus menjadi anjingku." kata Bara membuat Wu Gui tersentak. Dia tak menyangka sama sekali, bahwa syarat untuk mendapatkan wadah jiwanya adalah menjadi anjing atau budak pemuda tersebut. "Aku adalah seorang pangeran iblis...""Apa hubungannya kah seorang pangeran iblis atau bukan? Di mataku, kau hanyalah jiwa yang hampa dan lemah. Tanpaku, kau akan terus berada di dalam batu. Atau mungkin malah kau sudah menjadi makananku?" ucap Ba
Malam itu, seorang wanita berparas cantik dengan pakaian jubah emas yang menunjukkan kebesaran jabatannya melangkah dengan cepat menuju kesebuah bangunan yang ada di dalam wilayah istana Chang'shen.Dia berhenti di depan pintu kayu berwarna merah. Dari wujudnya yang mewah jelas itu bukan pintu kayu sembarangan."Zhou Lin, keluarlah. Ada yang ingin aku bicarakan!" seru wanita cantik tersebut.Tak berapa lama, terdengar langkah dari dalam bangunan tersebut. Lalu terdengar pintu yang dibuka dari dalam."Kakak, silahkan masuk," ucap pria yang tak lain adalah Zhou Li Geni, putra Jaka Geni dengan Putri Zhou.Wanita yang tidak lain adalah Zhou Yin Geni, langsung melangkah masuk kedalam bangunan yang menjadi tempat tinggal Perdana Menteri Zhou Lin.Mereka berdua duduk di sebuah taman yang ada di dalam bangunan tersebut. Beberapa pelayan menyedihkan teh dan camilan berupa gula-gula serta beberapa buah persik di atas meja."Aku tak perlu semua makanan ini. Rakyat kita banyak yang menderita kela
Keputusan Zhou Yin untuk memulai persiapan serangan terhadap gerbang-gerbang iblis di berbagai wilayah Kekaisaran mendapat dukungan dan penolakan dari Para tetua Dewan. Setiap dewan mengutarakan alasan mereka menolak maupun mendukung. Zhou Yin menyadari bahwa keputusannya memang tidak mudah. Satu-satunya harapan yang dia miliki agar tidak terjadi perang adalah Pedang Sepasang Naga Emas yang saat ini salah satunya sudah berada di tanganya."Yang Mulia...Bagaimana jika serangan itu malah justru memicu perang besar dengan ras iblis yang kita belum tahu kekuatan sebenarnya?" tanya salah satu tetua dari Dewan Pengawas Pertanian.Dia adalah dewan yang selalu menjadi bulan-bulanan cacian rakyat karena ketidak becusannya dalam mengayomi kemakmuran para petani di wilayah Kekaisaran. Hal itu bukan sepenuhnya salah tetua ini karena sebelumnya memang sudah ada bencana kekeringan yang melanda sejak lama.Zhou Yin tahu betul bentuk kekecewaan rakyat namun dia sendiri tak bisa berbuat banyak kecual
Bai Yue Zu berdiri mematung di depan sebuah ranjang kayu yang diatasnya terhampar satu kasur empuk dengan warna merah. Sesuai dengan gaun nya yang dia kenakan,warna merah sangat cocok dengan kulitnya."Ada apa?" tanya Bara Sena yang sudah muncul di belakangnya.Terkejut, gadis itu langsung berjalan menjauh dari Bara Sena."Ti-tidak ada apa-apa..." sahutnya terdengar gugup.Bara tersenyum melihat tingkah gadis itu."Jadi bagaimana? Apakah kau ingin melakukannya atau tidak?Jangan mengulur waktuku, karena aku masih ada kepentingan di luar sana," kata Bara Sena sambil melangkah mendekati kasur dan duduk dengan santainya.Bai Yue Zu menahan debaran di dalam dadanya. Dia sebenarnya tidak menginginkan hal itu jika bukan karena Kutukan Es yang melekat di tubuhnya."Kamar ini sudah aku berikan pelindung sehingga apa yang kita lakukan tidak ada satupun dari saudaramu yang bisa menguping atau mengintip. Jadi kau tenang saja," kata Bara.Dengan segenap keberanian yang dia miliki, Yue Zu pun dudu
Coi Ming terkejut melihat sosok iblis yang ada didepan sana tiba-tiba saja menghilang. Saat dia tengah terkejut dan sedikit lengah, tahu-tahu sosok iblis itu sudah berada di depan dirinya dan mengagetkan Coi Ming. "Mati!" teriak iblis tersebut lalu menghujam kan tinjunya kearah kepala pria pemimpin pendekar aliansi tersebut. Dengan cepat Coi Ming menghindari serangan tersebut. Akan tetapi, saat dia menghindar, dari arah lain muncul serangan tinju yang juga menghujam kearah kepalanya. Itu adalah tinju lain yang ternyata menyerang kepalanya dari empat arah sekaligus. "Ini gila! Jurus apa yang dia gunakan!?" seru Coi Ming dalam hati. Tak bisa menghindari empat serangan sekaligus, Coi Ming terpaksa mengerahkan tenaga dalamnya lalu meledakkan kekuatan tersebut membuat ledakan kejutan. Usahanya cukup berhasil untuk menyelamatkan nyawanya dari serangan iblis tersebut. Saat ledakan tenaga dalam itu memancar dari tubuhnya, dengan terpaksa iblis itu melompat mundur. Blaarr! Ledakan ten
Lu Shi tersenyum melihat Xia Qing Yue yang terkejut setelah mendengar nama Kahiyang Dewi dan juga Hu Shi Yun. Dua kekasih suaminya yang memiliki kekuatan di Ranah Cakrawala. "Hu Shi Yun juga kekasih tuan Bara. Begitu juga dengan diriku, Nona Qing Yue..." ucap Lu Shi. Qing Yue hanya bisa terdiam setelah mendengar ucapan gadis tersebut. "Apakah suamiku seliar ini? Dia dikelilingi banyak sekali wanita... Aku tidak tahu, apakah ini salahku atau memang takdir yang membuatnya seperti ini... Tapi, kenapa aku merasakan sakit?" batin Qing Yue. Melihat gadis itu diam, Lu Shi pun meraih tangan Qing Yue. "Lebih baik, Nona Qing Yue bertemu dengan Nona Kahiyang dan Nona Hu Shi Yun di puncak sana. Mereka pasti senang jika bertemu dengan nona," ajak Lu Shi. Xia Qing Yue yang penasaran dengan rupa dua gadis lainnya pun akhirnya menganggukkan kepala pertanda setuju dengan ajakan Lu Shi. "Gadis ini, kenapa baik sekali padaku?" batin Qing Yue. Mereka berdua pun berjalan menyusuri hutan rimba menu
Kelima gadis yang ada di luar kamar seketika langsung menoleh ke arah pintu saat pintu kayu tersebut terbuka. Bara Sena dan Bai Yue Zu keluar dari dalam kamar.Pandangan mata para gadis langsung tertuju pada Bai Yue Zu yang terlihat sumringah dan semakin terlihat cantik."Kakak Zu...Bagaimana?" tanya Yue Mey yang paling penasaran dengan apa yang tetua kedua alami.Yue Zu tersenyum. Dia menoleh kearah Bara Sena seperti meminta persetujuan dari pemuda tersebut. Sang pendekar hanya menganggukkan kepala."Kutukan Es itu sudah hilang...Aku sudah bebas berlatih kekuatan Seribu Es Langit," kata Yue Zu membuat semua gadis kecuali Yue Fei langsung datang mengerumuninya.Bara Sena menyingkir untuk memberikan tempat para gadis yang penasaran tersebut mengajukan pertanyaan pada Yue Zu. Dia melangkah mendekati Yue Fei yang duduk menyendiri sambil menatap kearah luar jendela.Gadis itu menoleh saat Bara duduk disebelahnya lalu mengusap punggungnya."Kakak.."Pemuda itu tersenyum."Bagaimana keadaan
Suara tawa itu begitu melengking terdengar hingga membuat gerakan badak raksasa itu terhenti selama beberapa saat. Hawa panas pun tiba-tiba terasa.Shi Tan dan delapan iblis lainnya celingukan mencari sumber suara. Mereka masih mendengar suara tawa seorang bocah yang begitu melengking sehingga membuat hubungan Shi Tan dengan Badak Raksasa tersebut terganggu."Suara siapa yang bisa membuat makhluk bayangan kami terhenti...?" batin Shi Tan.Dari arah langit nampak sebuah cahaya merah keemasan yang bersinar begitu terang. Awan putih seketika menyingkir saat cahaya merah itu muncul dan turun ke bumi.Semua mata menatap cahaya merah tersebut. Tiba-tiba saja ratusan orang berlutut membuat ribuan orang lainnya terheran-heran."Apa yang terjadi?" batin Panglima Chu yang belum sempat melompat kearah Badak Raksasa tersebut."Selamat Datang Untuk Dewa Pelindung Nezha...Kami mengucapkan terimakasih karena Dewa sudah berkenan untuk datan