Hao Yexin menyeka butiran air matanya, setelah mempertimbangkan ucapan Du Shen, ia mulai sadar bahwa menangis tak akan menyelesaikan masalah. "Kau benar, tak ada gunanya meratapi dengan kesedihan."
"Aku minta maaf karena menunjukkan tingkah memalukanku." lanjutnya sebelum berdiri perlahan. Hao Yexin melangkahkan kakinya keluar dari toko. Namun, kali ini sorot matanya sedikit lebih tajam dan bertekad. "Aku bisa mempertimbangkan tawaranmu tadi. Tapi, ada syaratnya," ujar Du Shen, langsung menghentikan langkah Hao Yexin yang hendakk pergi. Gadis itu menoleh kembali dengan tatapan penuh akan tanda tanya. Walaupun masih ada jejak kesedihan dalam raut wajahnya, ia berusaha tetap tegar. "Syarat?" gumamnya pelan, menatap ke lantai kayu di bawah kakinya sebelum kembali menatap Du Shen. "Aku rasa tak ada gunanya mempertimbangkan ucapanku tadi. Aku hanya mengatakannya tanpa pikir panjang... kau bisa melupakannya." balas Hao Yexin akhirnya setelah memikirkan kembali beberapa hal. Du Shen menghela nafas pelan, mendengar jawaban gadis itu membuatnya sedikit lega, namun juga merasa kehilangan kesempatan. Selain itu, ia mencoba mempertimbangkan tawaran Hao Yexin bukan tanpa sebab. Du Shen sadar, ia baru saja melangkah di dunia yang luas ini, dan dia sendiri tak begitu mengetahui segalanya. 'Memang tujuan utamaku adalah untuk membalas kejahatan para bandit itu. Namun, aku sadar, bertidak sendiri akan memakan waktu lama hingga akhirnya tujuanku tercapai.' batin Du Shen. "Kau dari keluarga Hao di kota ini, bukan?" tanya Du Shen memastikan. Hao Yexin mengangguk pelan, menjelaskan segala hal tentang identitasnya. Keluarga Hao merupakan salah satu dari tiga keluarga teratas di kota Danau Hitam, sebuah keluarga bangsawan yang beroprasi dalam perdagangan. Du Shen telah mengulik-ngulik sedikit informasi dari gurunya dahulu, dan hal itulah yang mendorongnya untuk mencoba menciptakan sebuah sekutu dalam membantu mencapai tujuannya. "Aku akan melindungi keluargamu. Sebagai gantinya aku juga membutuhkan bantuan keluargamu." ucap Du Shen penuh dengan rasa percaya diri yang membuat Hao Yexin mengernyitka alisnya. Gadis itu diam sesaat, "Aku tahu kau kuat, tapi ikut campur dalam urusan keluargaku adalah masalah yang jauh lebih berbahaya. Terlebih... keluarga Murong sangatlah kuat dan sulit dihadapi." jelas Hao Yexin dengan senyum yang dipaksakan. "Seberapa kuat? Apakah mereka mampu menghancurkan gunung dan langit hanya dengan jentikan jari?" kata Du Shen seolah-olah bercanda, namun tak sedikitpun ekspresi seriusnya berubah. Hao Yexin tertawa getir, mendengar ucapan yang dianggap lelucon keluar dari mulut pemuda di hadapannya itu. "Menghancurkan gunung dengan jentikan jari? Jika keluarga Murong memiliki kemampuan seperti itu, mungkin kami sudah lama musnah." candanya. "Oh, sepertinya aku terlalu jauh menilai mereka." ucap Du Shen, "kalau begitu, keluarga Murong ini tak ada apa-apanya bagiku." Mendengar itu Hao Yexin mengangkat sebelah alisnya lagi, dia merasa sepertinya Du Shen tak pandai mengatur nada bercanda dalam ucapannya. Atau mungkin dia sendiri yang salah mengartikan ucapan itu sebagai candaan? "Sudahlah, aku akan pergi. Sampai jumpa lagi," ujar Hao Yexin akhirnya meninggalkan tempat itu dengan melambaikan tangan ke arah Du Shen yang masih menatapnya menjauh. *** Tak berselang lama, Hao Yexin kembali ke kediaman keluarga Hao. Tepatnya di bagian barat kota Danau Hitam, di sebuah komplek yang cukup megah untuk menampung keluarga bangsawan. Saat ia melangkah memasuki kediaman keluarga, tiba-tiba suara yang mendesak terdengar dari arah samping. "Tuan Putri! Tuan Putri!" panggil sosok pelayan dengan nafas tersenggal dan terlihat sedikit terdesak. "Ada apa, Lao'er? Apa yang terjadi?" tanya Hao Yexin mencoba menenangkan pelayan itu agar mengatur nafasnya kembali. "Tuan... Kepala keluarga, penyakitnya kambuh lagi, dan... kali ini terlihat lebih parah dari biasanya!" ucap pelayan itu gugup. Segera ekspresi tak enak dan hawatir terpampang jelas di wajah Hao Yexin. Gadis itu buru-buru melangkahkan kakinya menuju kediaman utama, tempat Kepala keluarga berada... Di atas ranjang, sosok paruh baya terbaring lemah seolah hidupnya berada di ujung tanduk. Hao Jifeng, Kepala keluarga Hao, pria paruh baya yang setidaknya berusia empat puluh tahun terbaring lemah dengan semburat hitam menjalar di sekujur tubuhnya. "Ayah!?" ujar Hao Yexin dengan panik menghampiri Kepala keluarga. Di samping tempat tidur itu, dua sosok paruh baya lain berdiri dengan ekspresi berbeda-beda. Seorang pria tua berjanggut putih menatap Hao Jifeng dengan tatapan yang sulit di jelaskan dari sudut matanya yang sipit. "Saya telah meminta Tabib Liu memeriksa keadaan Kepala keluarga. Namun, beliau mengatakan bahwa Kepala keluarga... sudah tak tertolong." ucap pria tua berjanggut putih dan bermata sipit itu penuh dengan nada penyesalan. Hao Yexin dengan butiran air yang terbendung di matanya menoleh ke arah pria tua itu. "Apa maksudmu Tetua Zhang? Tak mungkin ayahku tak bisa diselamatkan! Tabib Liu pasti punya kesalahan," bentaknya penuh emosi. Tetua kedua, Hao Zhang, menatap gadis muda itu dengan tajam dan dingin. "Apa kamu meragukan Tabib Liu!?" serunya keras, "beliau adalah Master Pengobatan dari keluarga Murong, beraninya kau berkata tanpa rasa hormat padanya!" Wajah Tetua Zhang berubah keras dan penuh keseriusan. Sementara itu yang disebut Tabib Liu berdiri di samping Tetua Zhang denngan ekspresi yang lemah lembut. Mendengar ucapan Tetua Zhang, Tabib Liu mengangguk penuh kepercayaan diri. "Apa yang dikatakan Tetua Zhang memang benar, Tuan Putri. Kepala keluarga Hao, mengalami infeksi parah pada organ dalamnya, mungkin disebabkan oleh Qi yang menumpuk atau tersumbat dalam waktu yang lama." jelas Tabib Liu, matanya terpejam seolah memberikan kesan penuh wibawa. "Infeksi organ dalam?" gumam Hao Yexin pelan, bertanya-tanya penyakit seperti apa itu. "Apa tidak ada cara untuk menyembuhkannya?" tanya gadis muda itu menoleh ke arah Tabib Liu. Sayangnya sosok Tabib Liu menggelengkan kepala dengan wajah seolah menunjukkan penyesalan. "Saya baru pertama kali menemukan penyakit seperti ini, dan saya tak memiliki obat untuk menyembuhkannya." ucapnya. Mendengar itu Hao Yexin membelalakkan mata, merasakan tubuhnya menegang tak mampu berbuat seolah merasakan hidupnya dalam kehancuran. Di samping Tetua Zhang menunjukkan senyum tipis yang tersembunyi, matanya yang sipit menatap penuh kelicikan. "Tapi, masih ada cara untuk menyembuhkan Kepala keluarga," ucapnya kemudian, membuat Hao Yexin menoleh seketika dengan penuh harap. "A-apa itu, Tetua Zhang?" tanya Hao Yexin segera. Seakan merasakan kemenangan, Tetua Zhang tersenyum lagi. "Kudengar Tabib Surgawi saat ini berada di wilayah Sekte Azure Dragon. Jika kita dapat membawanya ke sini, kemungkinan besar Kepala keluarga akan selamat." ucapnya. Mendengar itu Hao Yexin langsung terbenahi dengan harapan baru. Bagaimanapun tabib Surgawi adalah sosok terkenal, seorang ahli dalam bidang pengobatan yang memiliki reputasi setinggi langit. Konon katanya, Tabib Surgawi ini mampu menyembuhkan segala jenis penyakit, bahkan seseorang yang sekarat atau berada di ujung hidupnya dapat ia sembuhkan dengan mudah. Mata Hao Yexin langsung berbinar penuh kebahagian. Apapun caranya dia telah memutuskan agar segera pergi dan mencari Tabib Surgawi itu. Namun, kebahagiannya terhalang niat busuk Tetua Zhang. "Tapi keluarga Hao kita tak mungkin mampu untuk membawa tabib terkenal seperti itu... Untungnya keluarga Murong menawarkan bantuan, tentu dengan sebuah syarat..." ucapnya. Mata bulat Hao Yexin menatap pria tua itu penuh rasa penasaran. 'Keluarga Murong lagi. Apa tak ada cara lain, selain melibatkan mereka?' batinnya agak kesal. "Syarat? Apa itu, Tetua?" tanya Hao Yexin dengan wajah polosnya.Kemudian, cahaya yang semula bersinar lembut dari pola-pola inskripsi di atas altar, tiba-tiba meledak ke langit dalam wujud pilar energi yang menjulang menembus cakrawala. Sinar itu begitu terang, hingga memaksa Hu Jiu untuk menyipitkan mata dan mundur beberapa langkah dengan bulu meremang. Du Shen berdiri di tengah-tengah ledakan cahaya itu, tubuhnya tersapu angin liar yang berasal dari aliran energi spiritual luar biasa kuat. Jubahnya berkibar keras, rambut putih panjangnya terangkat ke udara seolah hendak tercabut dari kepalanya. Ia menggertakkan gigi kuat-kuat, mencoba menahan tekanan yang semakin menghimpit tubuhnya dari segala arah. "A-apa yang terjadi...?" gumamnya, nyaris tak terdengar di tengah deru badai energi yang menyeruak dari altar. Langit yang tadinya bersih perlahan berubah menjadi kelam. Awan hitam menggumpal dari berbagai arah, berputar-putar mengelilingi pilar cahaya seperti pusaran maut. Angin dingin dan aroma sengit logam memenuhi udara. Seolah-olah seluruh d
Setelah menyerahkan benda yang menurutnya paling cocok dan bernilai kepada Lu Yan—Du Shen pun akhirnya melakukan perjalanan ke Hutan Kabut Ilusi. Tempat dimana susunan teleportasi kuno yang tersembunyi di balik lapisan kabut pekat dan ilusi mematikan tersembunyi.Du Shen tidak membawa siapa pun bersamanya. Lu Yan sempat menawarkan diri, bahkan tetua Zhao Lao, yang sudah mengenalnya cukup lama, bersikeras untuk turut serta. Tapi Du Shen menolak mereka dengan tenang namun tegas. Bukan karena ia meremehkan niat baik mereka, melainkan karena ia sadar sepenuhnya: perjalanan ini adalah perjalanan yang bersifat pribadi, dan ia lebih suka melakukan apapun sendiri.Perjalanan menuju Hutan Kabut Ilusi tidak sepwnuhnya mudah. Bahkan bagi seseorang sekuat Du Shen, hutan itu seakan-akan hidup, bergerak dan mengubah arah dengan kehendaknya sendiri. Terkadang ia merasa berjalan dalam lingkaran seperti tak tahu arah. Namun tekadnya terlalu kuat untuk dikalahkan oleh tipu daya ilusi dalam hutan itu.
Kabar kehancuran Sekte Kobaran Langit menyebar ke seluruh penjuru Benua Yin seperti badai tak kasat mata. Tak ada satu kota, klan besar, atau perkumpulan kultivator yang luput dari gemuruh berita ini. Dalam hitungan jam, berita itu menjalar seperti api yang melalap ladang jerami, menyusup ke setiap celah sekte, kota-kota besar.Orang-orang menyebutnya sebagai Hari Padamnya Langit, hari di mana salah satu sekte kuat dan berpengaruh di dunia kultivasi lenyap nyaris tanpa jejak.Di puncak gunung hijau yang menjulang di barat, sekte Pedang Bulan juga tampaknya dihebohkan dengan berita ini. Di aula paviliun utama sekte, para tetua dan murid utama berkumpul dalam keheningan yang berat.Di atas singgasananya yang menyerupai pedang hitam nan kokoh, Zhin Guyun, ketua sekte Pedang Bulan, duduk dengan mata tertutup. Ia baru saja menerima laporan langsung dari departemen intelijen sektenya. Setelah mendengarkan semua kronologi kehancuran sekte Kobaran Langit, ia menghela napas lega setelah mend
"Cih! Kau dan gurumu itu tak ada bedanya dengan iblis! Kalian adalah bencana berjalan, kutukan bagi dunia ini!" Xian Qinyun memuntahkan kata-katanya dengan amarah yang hampir menyatu dengan darah yang masih menetes dari bibirnya. "Jika kau tidak dibunuh hari ini... aku takut Benua Yin akan berakhir seperti neraka!" lanjutnya dengan nada serak dan tubuh bergetar.Namun ucapannya tak membuat pemuda di depannya itu goyah.Du Shen, berdiri di atas tanah yang retak dan hangus oleh gelombang energi Qi yang keluar dari tubuhnya, menatap pria tua itu dengan mata dingin bagai danau beku. Tatapan yang tak lagi menunjukkan belas kasihan—hanya penghakiman dingin dari seseorang yang sudah menapaki jalan yang tak dapat diputar kembali."Terserah... apa pun yang kau pikirkan," ucap Du Shen dengan suara tenang, namun mengguncang jiwa yang mendengarnya. "Aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan. Dan kau… kau sudah tak berguna lagi. Tapi sebelum ini selesai, ada harga yang harus kamu bayar karena tel
Beberapa hari kemudian, sebuah kejadian besar akan mengguncang seluruh penjuru daratan Benua Yin—kejadian yang sulit untuk dipahami dengan akal sehat. Atau lebih tepatnya, seorang pemuda dengan rambut putih bagai salju yang melangkah seperti badai dan menghancurkan segalanya di jalur yang ia lalui.Di wilayah pegunungan utara yang sunyi, tempat di mana langit selalu tampak berwarna merah oranye karena panas yang memancar dari gunung berapi yang menjulang tinggi, berdiri salah satu sekte paling tertutup di dunia kultivasi: ialah sekte Kobaran Langit. Selama berabad-abad, mereka menjaga jarak dari hiruk-pikuk dunia luar, kabarnya mereka hanya keluar dari persembunyian ketika perang besar antara manusia dan ras iblis beberapaa ratus tahun lalu. Sejak saat itu, mereka tak lagi terlihat muncul di dunia luar, menjadi legenda hidup yang diselimuti misteri.Namun pagi itu, langit di atas pegunungan tidak memancarkan sinar mentari yang agung, melainkan dihiasi awan kelam dan suara gemuruh pet
Namun rasa getir itu tak mampu meredam kegelisahan yang perlahan menyelinap dalam hati Lu Yan. Ia menyembunyikannya di balik senyum anggunnya, namun matanya tak bisa membohongi batinnya yang penuh tanya. Seseorang yang mampu menekan sekte Pedang Bulan, dan bahkan membuat Zhin Guyun menyerahkan pusaka leluhur mereka... seberapa besar kekuatan pemuda ini? Pertanyaan itu berkecamuk tanpa jawaban dalam benak Lu Yan. Walaupun ia penasaran, namun Lu Yan tak berniat bertanya karena menurutnya itu tak sopan. Du Shen duduk bersandar pada kursi kayu tua di samping meja, tangannya memainkan cawan teh tanpa benar-benar meminumnya. Ketika cahaya pagi menyinari wajahnya dari balik awan, warna rambut putihnya yang kontras dengan wajah tampannya tampak semakin mencolok, menambah kesan dingin dan misterius yang sudah begitu melekat pada sosoknya. Keheningan sempat berlangsung selama beberapa detik sebelum Du Shen angkat bicara. "Dan kau pasti tahu alasan sebenarnya aku datang ke sini lagi, bukan?"