Dalam perjalanannya menuju kota di Sudong, Lengkukup sedikit berharap jika tidak akan menemukan masalah yang lain, seperti yang di alaminya hari itu.
Namun, tentu saja tidak ada jaminan, jika semua akan berjalan dengan sempurna, meski telah mengaturnya sedemikian rupa.
Kencana, bahkan pernah mengatakan kepada Lengkukup, jika semua telah diatur sedemikian rupa oleh sang pencipta, dan manusia hanya menjalankan cerita kehidupannya masing-masing.
"Aku masih mengingatnya," gumam Lengkukup sembari terus melanjutkan langkah.
Ketika itu, Lengkukup akhirnya tiba di tempat tujuannya, tempat itu merupakan salah satu tempat teramai yang pernah ia kunjungi, bahkan dirinya sangat merindukan suasana tersebut.
Tetapi, belum pula ia bisa bernafas dengan lega, tiba-tiba dari satu arah, terdapat keributan yang di sebabkan oleh berita tentang kematian kelompok aliran hitam ya
Akibat perbuatan tersebut, akhirnya malah membuat ia semakin di kerumi banyak orang, terlebih para pengemis yang segera berdatangan.Namun, dengan cepat Lengkukup mengakhirinya dan berlalu begitu saja. Tentu para pengemis tidak tinggal diam, karena belum mendapatkan bagiannya.Mereka sempat mengejar keberadaan Lengkukup, akan tetapi belum juga menemukan hasil ketika beberapa saat mengejarnya."Sukurlah mereka tidak tau aku berada disini," batin Lengkukup.Ketika itu, Lengkukup sempat menerobos beberapa orang yang ada di depannya dan bersembunyi disalah satu gerobak buah, sehingga membuat para pengemis tersebut kehilangan jejaknya.Selang beberapa saat, Lengkukup akhirnya keluar dari tempat itu, karena merasa telah aman. Pada akhirnya Lengkukup masih sedikit kesusahan, akibat tindakannya sendiri yang menyebabkan hal tersebut.Belum pula
Namun, belum sempat Lengkukup melangkahkan kaki, pria tersebut kemudian menyuruhnya berhenti, hal tersebut tentu menarik perhatian Lengkukup, sehingga ia menghentikan langkahnya.Lengkukup menaikkan alisnya ketika mendapati pria tersebut menatapnya tajam, seolah ingin mengetahui lebih pasti maksud dan tujuan pria itu."Tunggu sebentar! jika aku boleh tau, tuan muda berasal dari mana?" tanya pria itu kemudian. "Bukankah tidak baik, jika kau bertanya demikian pada orang yang baru saja kau temui?" timpal Lengkukup. "Aku benar-benar minta maaf! hanya saja, aku sedikit penasaran," jawab pria itu."Perkenalkan, aku Xiacun!" tambahnya seraya mengulurkan tangan. "Kau bisa memanggil namaku Leng," jawab Lengkukup singkat sambil melipat kedua tangannya kebelakang.Pria itu hanya tersenyum malu kemudian menarik tangannya, karena Lengkukup sama sekali tidak peduli dengan tindakan yang ia lakukan.Ia ba
Sontak hal tersebut membuat kepanikan sang pemilik penginapan, terlebih orang-orang yang tengah menginap di tempat itu.Mereka bahkan mencari cara untuk meloloskan diri dengan berlari, akan tetapi tindakan tersebut bukannya menyelamatkan mereka, justru membuat mereka terbunuh.Xiacun yang melihat kejadian itu, tentu saja tidak tinggal diam karena merasa dirinya berhak untuk membela kaum yang lemah, dengan gagah berani ia mengaku sebagai anak tersebut, yang mereka cari-cari."Hentikan! aku orangnya, kalian tidak perlu mencarinya lebih jauh," ucap Xiacun. "Oh rupanya, sejak tadi kau berada disini dan kau malah membiarkan mereka mati begitu saja," sahut pria bertubuh besar itu. "Benar! sebaiknya kalian pergi dari tempat ini, karena aku tidak akan segan-segan membunuh kalian, jika kalian bertindak lebih dari ini," timpal Xiacun seraya mencabut pedang yang ia miliki. "Nyalimu besar juga! kalian
Ketika ia selesai berbicara, Xiacun lantas memberikan sebuah pukulan tepat mendarat di bagian muka, sehingga pria itu tampak berdarah dibuatnya.Dari hidung serta tepi bibirnya kembali mengeluarkan darah segar, akan tetapi serangan itu bahkan tidak membuat pria itu berpaling, ketika Xiacun memberikan pukulan, ia kembali menebaskan golok miliknya.Akibat gerakan yang begitu mendadak, Xiacun hampir tidak sempat menghindarinya tepat waktu, sehingga membuat ia terpundur beberapa langkah dan hampir mengenai dinding dari penginapan itu."Lumayan! Keluarkan seluruh kemampuan," ucap Xiacun. "Biadab! kau akan mati..." ujar pria itu menyeringai. "Kalian jangan diam saja, bantu aku!" tambahnya sembari meminta bantuan kepada anggotanya yang tidak jauh dengan dirinya.Ketika mendapat perintah dari ketua perampok tersebut, mereka lantas menyerang Xiacun hampir bersamaan, pukulan dan tendan
Serangan itu terjadi sangat cepat, bahkan wanita yang berada didepannya tidak mengetahui hal tersebut, ketika kepala perampok itu terlepas dari tubuhnya.Perempuan itu lantas memekik dengan keras dan berusaha meminta pertolongan, karena merasa terancam dengan kehadiran Lengkukup.Namun, dengan cepat Lengkukup mengatakan jika ia berusaha menolongnya, bukan untuk menyakiti, akan tetapi perempuan itu malah menuduhnya sebagai penjahat yang akan mencelakai dirinya."Tolong...!!" pekik wanita itu. "Maaf nona, tetapi aku berusaha menolongmu," ucap Lengkukup. "Tidak! kau seorang pembunuh," timpalnya. "Aku hanya bertindak cepat, sebelum ia mencelakai mu," ujar Lengkukup.Ketika itu, ketua perampok rupanya bereaksi dengan cepat bertepatan dengan wanita itu memekik dengan sangat keras.Awalnya ia menduga, jika anggotanya tersebut mengambil jatah miliknya
Pada saat itu, Lengkukup sedang memikirkan situasi terburuk, yang kemungkinan besar akan segera terjadi di penginapan tersebut.Namun, belum sempat ia berfikir terlalu jauh ruangan tersebut kini dipenuhi oleh anggota perampok yang datang akibat keributan di dalam ruangan itu.Awalnya mereka menduga, jika ketua mereka sedang menikmati tubuh wanita muda itu, akan tetapi setelah beberapa saat berlangsung, mereka kemudian mendengar suara hantaman pada salah dinding ruangan yang menyebabkan getaran cukup kuat terjadi."Apa yang sedang terjadi?" ucap salah seorang anggota perampok. "Ketua apa yang terjadi dengan anda?" sahut anggotanya yang lain, ketika melihat ketua mereka tengah bersusah payah untuk sekedar berdiri.Namun, belum sempat mereka mencerna situasi, mereka kemudian dikejutkan dengan penampakan salah satu anggota mereka, dengan tanpa kepala tergeletak di dasar lantai ruangan
Pria bertubuh besar itu, lantas mengingat sesuatu yang terjadi beberapa hari yang lalu, ketika ia mendengar kabar kematian 2 kelompok aliran hitam yang bertarung memperebutkan daerah kekuasaan.Kematian mereka bahkan tidak bisa dikatakan, sebagai kematian yang wajar, pasalnya, hampir seluruh pasukan tersebut mati tanpa menyisakan salah seorang yang hidup.Bahkan, ketua yang memimpin kedua kubu tersebut, hilang tanpa ada yang tau mereka masing hidup atau tidak, tetapi tidak ada yang pernah melihat setelah kejadian tersebut."Aku bahkan tidak peduli jika kau merupakan siluman yang menyamar," ucap pria bertubuh besar itu. "Benarkah? kau tidak takut dengan siluman? bagaimana dengan iblis?" tanya Lengkukup dengan sedikit meyakinkan.Sepasang mata itu bahkan sempat berhenti berkedip ketika Lengkukup selesai berucap, ia bahkan tidak percaya jika anak kecil tersebut akan berkata demikian,
Tidak sampai disitu, Lengkukup bahkan membuat golok tersebut terlepas dari pria bertubuh besar itu, meski ia sempat menahannya beberapa saat sebelum ia menyerah, karena tidak cukup kuat untuk menahannya.Akibat tindakannya itu, tangan kanannya sempat terkilir dan membuat matanya sempat menyipit, karena tidak kuasa untuk bersikap baik-baik saja.Namun tidak sampai disitu, ia bahkan sempat mencoba memberikan sebuah tinjuan kearah perut Lengkukup, akan tetapi tindakan tersebut tidak cukup tepat, ketika Lengkukup menangkapnya dan memberikan sebuah pukulan kearah muka, sehingga membuatnya terpental dan menghantam dinding itu kembali."Menyerahlah! maka akan ku berikan kematian yang cepat," ucap Lengkukup."Meski aku harus mati, aku tidak sudi untuk meminta belas kasihmu!" timpalnya kemudian berdiri dengan tertatih.Pria bertubuh besar itu, bahkan tidak merasakan sebelah tangannya, akibat terkilir dan terhempas menghantam dinding.