LOGINTian Fan bergerak meninggalkan penginapan yang dia gunakan semalam hendak melanjutkan perjalanannya menuju ke Hutan Hitam. Pemuda itu bergerak pagi-pagi buta karna dia harus segera sampai di Hutan Hitam untuk memecahkan misteri yang Dewa Zhang Wuxi tinggalkan di sana. Whooosh! Di antara lebatnya pepohonan yang berdiri kokoh di tanah, Tian Fan bergerak dengan cepat menggunakan teknik langkah hampanya. Dalam perjalanan biasa dia seharusnya sampai dalam waktu satu minggu, tapi dengan kecepatan yang dia gunakan sekarang mungkin saja dia akan tiba dalam 3 atau 4 hari ke depan. Tian Fan harus segera sampai di sana karna bagaimanapun dia harus kembali ke Kota Daxia untuk membantu para gadis yang diculik oleh Tuan Kota dan para sekutunya.Meskipun itu sebenarnya bukanlah tugas dan tanggung jawab Tian Fan, tapi sebagai manusia tidak mungkin dia mengabaikan hal tidak bermoral yang dilakukan oleh Tuan Kota Daxia. Pemuda itu terus bergerak dan bergerak. Sesekali dia mempercepat langkahn
Kediaman Tuan Kota Daxia Beberapa orang bergerak masuk membawa kereta kuda yang ditutup dengan rapat dari luar. Gerak-gerik mereka terlihat mencurigakan, tapi langkah mereka begitu acuh seolah tidak takut akan diserang oleh prajurit Tuan Kota. Salah satu orang di sana bahkan terlihat seperti orang yang bermasalah dengan Tian Fan siang tadi. Saat sampai di gerbang kediaman Tuan Kota dan berpapasan dengan para prajurit, mereka dibiarkan masuk begitu saja. Tidak ada ucapan, tidak ada hadangan. Di sana hanya ada kepala yang saling mengangguk seolah-olah apa yang mereka lakukan ini merupakan hal yang sudah biasa. Kereta kuda itu terus dibawa masuk jauh ke dalam kediaman Tuan Kota. Entah apa sebenarnya isi kereta kuda itu sulit untuk menebaknya sekarang. Tak lama mereka pun sampai di sebuah bangunan besar yang dijaga ketat oleh para prajurit. Bukan hanya prajurit, bahkan di sana dapat dirasakan akan adanya beberapa formasi yang menyegel tempat tersebut. Formasi-formasi itu ditump
Beberapa minggu berlalu... Tian Fan menginjakkan kakinya di sebuah Kota yang bernama Daxia. Kota ini adalah salah satu kota besar yang ada di Benua Selatan yang berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Qin. Kota ini adalah kota kedua yang Tian Fan lalui dalam perjalanannya. Dari kota ini, Tian Fan hanya perlu waktu 1 minggu untuk sampai di Hutan Hitam. Sebelum sampai ke kota ini, Tian Fan tidak menemukan terlalu banyak masalah. Paling-paling hanya ada beberapa kelompok bandit dan murid dari sekte beraliran hitam yang tidak sengaja bersinggungan dengannya. Tentu saja Tian Fan membunuh mereka semua tanpa ampun. Dari mereka, dia mendapatkan beberapa harta yang cukup berharga. Koin emas dan beberapa tanaman spiritual yang cukup langka berhasil dia kantongi. Di sinilah Tian Fan sekarang, berdiri di depan gerbang besar yang akan membawanya masuk ke dalam Kota Daxia.Saat memasuki kota, Tian Fan dihentikan oleh para prajurit penjaga gerbang untuk meminta biaya pajak masuk kota. Tian Fa
Sekte Tapak Setan Tetua ketujuh muncul dari balik awan dan melesat turun menuju halaman besar Sekte Tapak Setan. Dari sana dia langsung bergerak menuju ke ruangan Patriak sekte untuk melaporkan semua yang telah terjadi di Kota Beifeng. Melewati jalan setapak yang cukup panjang hingga tiba di sebuah kediaman yang mewah, Tetua Ketujuh pun sampai dan langsung menghadap Patriak Sekte Tapak Setan. "Meng Cu, ada apa?" tanya Patriak Sekte Tapak Setan begitu melihat Tetua Ketujuh masuk ke dalam ruangannya. "Saya datang untuk melaporkan sesuatu, Patriak. Ini tentang Kota Beifeng, ada hal menarik yang saya temukan di sana," jawab Tetua Ketujuh. "Apa ini ada hubungannya dengan Klan Ye?" tebak Patriak Sekte Tapak Setan langsung pada intinya. Tetua ketujuh mengangguk."Sebagian memang tentang itu, Patriak." "Sebagian? Hmm, ada hal lain, yah. Kalau begitu ceritakan semuanya kepadaku," pinta Patriak Sekte Tapak Setan yang cukup tertarik dengan laporan kali ini. "Hal pertama yang harus
Patriak Ye menatap nanar Tuan Kota yang dari dahulu sampai saat ini masih tetap lebih kuat darinya. Inikah takdirnya, takdir sebagai orang yang selalu kalah dari sahabat lamanya itu. Sembari memegang dadanya yang sesak, pria tua itu mulai berbicara."Kau memang selalu menjadi yang terkuat di antara kita. Hahaha, seharusnya aku mendengarkan apa yang guru katakan dahulu, sekeras apapun aku berlatih kemampuanku tidak akan pernah lebih baik darimu." "Apapun yang aku lakukan selalu tidak bisa melampaui pencapaianmu, selamanya aku akan terus berdiri di dalam bayang-bayangmu." "Kau selalu bisa menjadi lebih baik dariku. Keluarga, kau punya itu dahulu. Aku hanyalah seorang anak yang hidup sebatang kara," ujar Tuan Kota menanggapi. "Sejatinya kita semua punya kekurangan masing-masing. Kau merasa dirimu lebih lemah dariku, sementara aku selalu iri karna kau punya keluarga yang selalu mendukungmu dalam keadaan apapun." "Keluarga? Hahaha..." Patriak Ye tertawa frustasi, dia melihat sekelil
Tian Fan mengangkat pedangnya dan menunjuk tepat ke arah Patriak Ye."Pak tua! Apa kau hanya akan mengoceh terus? Mengatakan ini dan mengatakan itu, kenapa kau tidak akui saja kesalahanmu, hah?" cecarnya. "Padahal kau hanya ingin membuat alibi agar kerja samamu dengan Sekte Tapak Setan tidak diketahui, kenapa harus memfitnah orang yang tidak mampu?" Patriak Ye menatap tak suka ke arah Tian Fan dan berkata."Kau tau apa, bocah? Banyak lagak sekali dirimu. Kalau saja tidak ada Klan Su di belakangmu, apa kau pikir kau masih bisa berdiri di sini?" "Klan Su? Hahaha, apa kau kira aku bergantung kepada mereka? Asal kau tau saja, bahkan tanpa Klan Su aku juga akan tetap berdiri di sini. Kau mengirim orang untuk membunuhku, apa kau kira aku akan diam tanpa membalasnya?" "Tch! Kalau begitu datanglah dan buktikan ucapanmu itu, bocah!" tantang Patriak Ye. Dengan para Tetua dan anggota klan yang ada, dia percaya hari ini Tian Fan pasti akan terbunuh. Tuan Kota yang ada di samping Tian Fan p







