*Mohon maaf teman-teman, nama tokoh utamanya Lanting Damar di ganti menjadi Abinawa.
***
Ketika pagi baru saja menyingsing, seluruh Sekte Api dan Angin berhasil di buat gempar oleh berita kehancuran Kota Bawana dalam satu malam.
"Kau tidak bercanda dengan berita yang aku bawa ini Sudartawa?" Tanya Danu Baya.
"Aku tidak berani ketua, Kota Bawana benar-benar sudah hancur dan tidak ada satu orang pun yang berhasil selamat." Sudartawa kembali memperjelas laporannya.
Danu Baya memegang keningnya yang berkerut, dia benar-benar tidak menduga jika Kota Bawana benar-benar sudah hancur tidak bersisa.
"Apakah kalian mengetahui siapa pelaku dari semua ini?"
"Kelompok Elang Hitam, kami menemukan ciri khas dari kelompok ini setelah mereka berhasil mengerjakan misi." Sudartawa menjawab dengan cepat.
"Elang Hitam, mereka benar-benar sudah sangat berani sekali... Melihat dari keyakinan mereka, sepertinya mereka sudah memperhitungkan semuanya dengan baik dan memiliki kekuatan yang tidak terlalu jauh dari Sekte Api dan Angin."
Penjelasan dari Danu Baya tentu masuk akal, sebuah kelompok tidak akan berani bersinggungan secara terang-terangan jika tidak memiliki kekuatan yang mempuni.
Semua yang berada di dalam ruangan itu terdiam. Tidak ada yang tidak mengenal nama Elang Hitam, lengkap serta dengan kekejaman mereka. Mereka yang ada di dalam ruangan sadar, kelompok Elang Hitam ini akan menjadi salah satu kekuatan yang di takuti di dunia persilatan jika terus di biarkan berkembang.
"Ketua, kita harus memberi pelajaran kepada Elang Hitam, jika tidak, maka mereka akan semakin menjadi-jadi ... Ini tidak bisa untuk di biarkan begitu saja." Kata Kelana Jaya, pendekar muda yang di yakini akan mencapai puncak dari dunia persilatan di masa depan.
"Tahan dirimu Kelana, Elang Hitam bukan sembarang kelompok ... Mereka saat ini sudah memiliki kemampuan yang setara dengan sekte besar, jika kita tidak hati-hati maka kita akan kalah.
Hancurnya Kota Bawana merupakan sebuah peringatan untuk kita yang di berikan oleh Elang Hitam, agar kita tidak mencampuri urusan mereka kembali." Jelas Danu Baya.
"Tapi ketua, kita tidak bisa terus membiarkan mereka begitu saja." Kelana Jaya kembali menentang.
Danu Baya tersenyum tipis, dia selalu kagum di buat oleh Kelana Jaya. "Kita tidak akan membiarkannya, tapi kita harus menyusun rencana dengan baik, karena lawan kita kali ini memiliki kemampuan yang tinggi ... "
Kelana Jaya yang mendengar hal itu, hanya tersenyum tipis. Dia masih merasa kurang puas dengan keputusan dari Danu Baya.
Danu Baya tentu memahami kekecewaan dari Kelana Jaya, jiwa mudanya masih sangat besar dan menggelora.
Namun, dia juga tidak dapat bertindak dengan gegabah, karena kekuatan yang di miliki Elang Hitam hampir setara dengan Sekte besar.
***
Ketika pertama kali mendapatkan kesadarannya, Abinawa menyadari jika saat ini dirinya berada di dalam sebuah gua. Dia teringat jika saat terjadi kehancuran di Kota Bawana, dirinya di selamatkan oleh pria tua berambut putih.
"Akhhh ... " Abinawa merasakan seluruh bagian tubuhnya terasa nyeri dan sakit saat di gerakan.
"Jangan terlalu di paksa, tubuhmu masih sangat lemah ... " Pria berambut putih yang menyelamatkan Abinawa berjalan pelan ke arah dirinya.
"Aku sungguh berterima kasih paman, karena sudah Sudi menyelamatkan hidupku. Jika tidak ada dirimu, aku tidak tahu apakah masih dapat bernafas hingga hari ini." Satria memaksa tubuhnya untuk duduk bersandar di dinding gua.
"Sudah ku bilang, tidak perlu memaksakan diri, tubuhmu masih sangat lemah."
Melihat Abinawa masih tetap memaksa untuk duduk, pria itu dengan cepat membantu Abinawa untuk duduk bersila dan bersandar ke dinding.
"Terima kasih sudah membantuku, jikalau aku boleh tahu siapa gerangan dirimu paman?" Tanya Abinawa.
Pria berambut putih itu tersenyum tipis, "Dahulu dunia persilatan mengenal diriku dengan nama Taring Putih, dan namaku sendiri adalah Lanting Damar ... "
"Namaku Abinawa, aku berasal dari Sekte Api dan Angin." Abinawa memperkenalkan dirinya, lengkap dari mana tempat dirinya berasal.
"Aku tahu, aku menyelamatkan dirimu bukan karena sebuah kebetulan, melainkan aku ingin kau mewarisi kesaktian yang aku miliki."
Abinawa yang mendengar hal itu, tentu menjadi sangat terkejut. Sekalipun tidak pernah terbayangkan olehnya, jika ada seorang pendekar yang sudi mengangkat dirinya menjadi murid.
"Apakah aku tidak salah mendengar? Aku bukanlah bocah berbakat, aku hanya seorang sampah di Sekte Api dan Angin ... "
Girih Fatih yang mendengar jawaban dari Abinawa, hanya tersenyum tipis. Dia sudah menduga jawaban itu dari awal, jadi tidak terlalu terkejut.
"Abinawa, kau memiliki bakat bela diri jauh di atas anak-anak pada umumnya, serta kau memiliki tubuh Sembilan Naga yang membuat kau mampu menggunakan berbagai jenis sihir elemen dan semua jenis senjata.
Namun, seseorang sengaja menutupi semua itu dengan lima pola segel Dewa, karena takut jika dunia persilatan mengetahui berita ini maka mereka akan mengincar keselamatan dirimu dan menjadikanmu sebagai alat kehancuran dunia.
Selain itu, di dalam tubuhmu terdapat seekor Monster yang siap merenggut kesadaranmu jika tidak ada Lima Pola Segel Dewa tersebut." Jelas Girih Fatih kepada Abinawa.
Abinawa yang mendengar penjelasan dari Girih Fatih tentu sangat terkejut. Dia tidak pernah menduga jika dirinya memiliki bakat bela diri yang luar biasa.
"Anda sedang tidak berbohong kepadaku bukan?" Abinawa tentu tidak bisa langsung percaya dengan penjelasan ataupun pernyataan dari Girih Fatih yang menurutnya sesuatu yang diluar nalar dan mustahil.
Girih Fatih menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Tidak ada untungnya bagiku untuk membohongi dirimu ... Jika kau ingin menjadi kuat, maka aku akan mendidik dirimu dan membuat segel itu terbuka dengan berlahan-lahan. Sehingga tubuhmu bisa menyimpan tenaga dalam dan menjadi seorang pendekar ... "
Abinawa yang mendengar hal itu, tentu langsung menjadi bersemangat. Dia memang sudah sejak lama mencari cara agar tubuhnya dapat menyimpan tenaga dalam dan menjadi seorang pendekar.
"Angkatlah aku menjadi muridmu guru, aku akan berlatih dengan tekun dan menjadi murid yang akan membanggakan dirimu satu hari nanti guru ... " Abinawa bersujud tiga kali di hadapan Girih Fatih. Di masa ini, bersujud tiga kali berarti seseorang itu bersedia untuk menjadi murid.
"Haha, aku ingin kau berjanji satu hal Abinawa, sebelum aku mengangkatmu menjadi muridku ... " Kata Girih Fatih.
"Kau harus berjanji, untuk menggunakan bela diri dan olah kanuragan yang ku ajarkan hanya untuk membela kebenaran dan membasmi kebatilan, jika kau bersedia maka aku akan mengajarimu dan menerimamu menjadi muridku." Lanjut Girih Fatih.
Abinawa yang mendengar persyaratan yang di berikan oleh Girih Fatih, tentu tidak merasa keberatan. Dia dengan cepat langsung menyetujui persyaratan itu, karena persyaratan yang di berikan oleh Abinawa tidak terlalu rumit dan bukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak hatinya.
"Aku bersedia guru, selain itu ini bukan sesuatu yang bertentangan dengan hati kecilku."
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak