Home / Pendekar / Legenda Pedang Langit Dan Bumi / Bab 2: Jejak di Pegunungan Kabut

Share

Bab 2: Jejak di Pegunungan Kabut

last update Last Updated: 2025-03-25 23:45:51

Liang Feng mengangguk, meski dalam hatinya masih berkecamuk perasaan bersalah karena meninggalkan desanya. Namun, ia tahu—untuk membalas dendam dan melawan Sekte Seribu Bayangan, ia harus bertahan hidup terlebih dahulu!

Dingin pun menusuk tulang saat Liang Feng dan Mei Lin mendaki bukit berbatu di pinggiran desa Qinghe. Hutan lebat yang dulu tampak teduh kini terasa seperti labirin gelap yang bisa menyembunyikan bahaya kapan saja. Napas mereka tersengal, kelelahan setelah berlari sepanjang malam untuk menghindari kejaran Sekte Seribu Bayangan.

Sesekali Ling Feng mencoba menengok kembali ke arah belakang, untuk memastikan tidak ada yang mengetahui pelarian mereka. Karena dia yakin jika semua tempat sudah berada di bawah pengawasan Yan Fei.

"Apa kita sudah cukup jauh?" tanya Mei Lin dengan suara bergetar. Ia merapatkan pakaiannya yang tipis, mencoba menahan dingin.

Liang Feng berhenti sejenak, menajamkan pendengarannya. Tidak ada suara langkah kaki selain milik mereka sendiri. "Untuk sementara, ya," jawabnya. "Tapi kita tidak boleh berhenti. Jika mereka tahu kita masih hidup, mereka akan terus mengejar."

Mei Lin menggigit bibirnya, lalu mengangguk. Meski tubuhnya lelah, ia tahu mereka tidak punya pilihan lain.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di sebuah gua kecil tersembunyi di balik dinding batu. Liang Feng menyingkirkan ranting-ranting kering yang menutupi pintu masuknya, lalu melangkah masuk. Gua itu cukup luas untuk berlindung dari udara dingin dan jauh dari jalan utama, menjadikannya tempat persembunyian yang sempurna untuk sementara waktu.

Mei Lin duduk di atas batu datar dan memeluk lututnya. "Kita tidak bisa terus seperti ini, Liang Feng," katanya lirih. "Kita harus mencari bantuan. Tapi ke mana?"

Liang Feng menatap api kecil yang baru saja dinyalakannya. Ia tahu mereka membutuhkan perlindungan, tempat di mana mereka bisa belajar bertahan dan mungkin... membalas dendam.

Seketika, ia teringat sebuah nama. Kuil Gunung Wudang.

"Dulu, ibuku pernah menyebutkan seorang pendekar hebat yang tinggal di Gunung Wudang," katanya perlahan. "Katanya, dia adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa menghadapi Sekte Seribu Bayangan."

Mei Lin menatapnya dengan penuh harapan. "Kalau begitu, kita harus ke sana!"

Liang Feng mengangguk. Meski perjalanan ke Gunung Wudang akan sulit, itu mungkin satu-satunya harapan mereka untuk bertahan dan membalas dendam.

Saat itu, ia belum tahu bahwa keputusan ini akan membawanya ke dalam pusaran takdir yang jauh lebih besar dari yang ia bayangkan.

***

Langit gelap membentang di atas hutan saat Liang Feng dan Mei Lin melanjutkan perjalanan mereka. Angin malam berhembus membawa suara dedaunan yang bergesekan, menciptakan suasana yang mencekam.

Liang Feng berkali-kali menengok ke arah belakang, untuk memastikan tidak ada yang mengetahui atau membuntuti pelarian mereka. Karena dia tahu jika semua sudut berada di bawah pengawasan Yan Fei.

"Berapa lama kita harus berjalan?" tanya Mei Lin, suaranya mulai terdengar lelah.

Liang Feng melirik langit. "Jika kita tidak berhenti, mungkin butuh beberapa hari untuk mencapai kaki Gunung Wudang."

Mereka terus berjalan dengan hati-hati, tetapi firasat buruk mulai merayapi Liang Feng. Sejak meninggalkan gua, ia merasa seolah-olah ada mata yang mengawasi mereka dari kegelapan.

Tiba-tiba, suara ranting patah terdengar di belakang mereka. Liang Feng berhenti dan menoleh cepat. Mei Lin juga ikut terdiam, ketakutan mulai muncul di matanya.

"Lari," bisik Liang Feng pelan.

Tanpa menunggu lebih lama, mereka berdua langsung berlari menerobos hutan. Napas mereka memburu, suara langkah kaki terdengar semakin dekat di belakang mereka.

Dari balik pepohonan, muncul tiga sosok berpakaian hitam dengan lambang Sekte Seribu Bayangan di dada mereka. Mata mereka tajam, senyuman sinis terpampang di wajah mereka.

"Kita ketahuan!" seru Mei Lin panik.

Liang Feng menggertakkan giginya. Ia tidak bisa lari terus. Dengan cepat, ia menarik Mei Lin ke belakang batu besar dan berbisik, "Aku akan menghadapi mereka. Kau terus lari ke arah utara!"

Mei Lin menggeleng keras. "Tidak! Kau tidak bisa melawan mereka sendirian!"

Tapi sudah terlambat. Salah satu pendekar hitam telah melihat mereka dan langsung menyerang dengan sebilah belati panjang. Liang Feng mengangkat pedang kayunya, mencoba menangkis serangan itu. Dentingan kayu dan logam menggema di udara.

Meski tubuhnya kelelahan, Liang Feng bertarung dengan segenap tenaga. Ia berhasil menghindari beberapa serangan, tetapi para pendekar itu jelas lebih berpengalaman. Sebuah pukulan keras mendarat di bahunya, membuatnya terhuyung ke belakang.

Salah satu pendekar berputar cepat dan menebaskan pedangnya ke arah Liang Feng. Ia nyaris tak sempat menghindar, hanya bisa menangkis dengan susah payah. Getaran dari benturan itu menjalar hingga ke tulangnya. Rasa sakit menyengat, tetapi ia tak bisa menyerah.

"Lari, Mei Lin!" teriaknya.

Mei Lin ragu sejenak, tetapi melihat situasinya, ia tidak punya pilihan. Dengan air mata berlinang, ia berlari meninggalkan Liang Feng yang berjuang mati-matian.

Liang Feng terengah-engah, keringat bercampur dengan darah di dahinya. Pandangannya mulai kabur. Pendekar hitam di depannya tersenyum miring. "Kau hanya bocah tak berguna. Berhenti melawan dan terimalah nasibmu!"

Saat itu, Liang Feng tahu bahwa ia tidak akan menang. Tetapi jika ini akhirnya, setidaknya ia harus melawan sampai titik darah penghabisan. Ia mengeraskan genggaman pada pedangnya dan bersiap menyerang lagi.

Namun, sebelum ia sempat bergerak, angin kencang tiba-tiba berdesir di sekitar mereka. Suara tajam membelah udara.

Zraaasshh!

Sebuah bayangan melesat turun dari langit, menghantam tanah di antara Liang Feng dan lawannya. Cahaya bulan menyorotkan sosok seorang lelaki tua berjubah biru dengan rambut putih panjang. Tatapan matanya tajam seperti elang.

Pendekar Seribu Bayangan tampak terkejut. "Kau... Guru Bai?"

Pria tua itu tidak menjawab. Dengan satu gerakan cepat, ia menghunus pedangnya yang memancarkan cahaya kebiruan. Dalam sekejap, dua pendekar roboh ke tanah, sementara satu lainnya melarikan diri ke dalam kegelapan.

Liang Feng terjatuh ke lututnya, napasnya tersengal.

Pria tua itu menatapnya dengan penuh arti. "Kau punya keberanian, anak muda. Tapi keberanian saja tidak cukup untuk bertahan di dunia ini."

Liang Feng menelan ludah, lalu mengangkat kepalanya. "Siapa kau?"

Orang itu menyarungkan pedangnya, lalu tersenyum tipis. "Namaku Bai Zhen. Jika kau ingin selamat dan menjadi lebih kuat... ikutlah denganku."

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 3: Jalan Pendekar

    Udara pagi yang sejuk menyelimuti Gunung Wudang saat Liang Feng bangun dengan tubuh yang masih terasa sakit akibat pertempuran sebelumnya. Matahari mulai menampakkan diri dari balik pegunungan, memandikan dunia dengan cahaya keemasan. Ia merasakan nyeri di bahunya, mengingat serangan keras dari pendekar Seribu Bayangan malam itu.Di hadapannya, Bai Zhen duduk bersila di atas batu, matanya tertutup seolah sedang bermeditasi. Ketika Liang Feng mencoba bangkit, suara tenangnya terdengar."Sudah bangun? Bagus. Tapi jangan berpikir kau bisa bermalas-malasan di sini. Hari ini latihanmu dimulai."“Latihan…?”Liang Feng masih kebingungan. Ia tidak meminta dilatih, tapi setelah melihat bagaimana Bai Zhen mengalahkan musuh hanya dalam satu tebasan, ia tahu bahwa orang ini bukan pendekar biasa.Dengan tatapan penuh selidik, Liang Feng mendekat kearah pria yang telah menyelamatkannya itu. Ada sedikit keraguan terlihat dari ekspresi wajahnya, tapi dirinya bertekad untuk memastikan apa yang menjadi

    Last Updated : 2025-03-26
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 4: Ujian di Puncak Wudang

    Pagi masih diselimuti kabut tipis ketika Bai Zhen membangunkan Liang Feng dari tidurnya. Udara di puncak Gunung Wudang terasa dingin, menusuk hingga ke tulang. Liang Feng menggigil sejenak sebelum menyadari Bai Zhen telah berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam."Hari ini, kau akan menghadapi ujian pertamamu," ujar Bai Zhen dengan suara tenang namun penuh tekanan.Liang Feng mengangkat alis. "Ujian? Aku bahkan belum mempelajari teknik bertarung apa pun."Bai Zhen tersenyum tipis. "Ujian ini bukan tentang bertarung, tetapi tentang ketahanan dan pemahamanmu terhadap tubuh serta chi-mu sendiri."Tanpa banyak penjelasan, Bai Zhen membawanya mendaki lebih tinggi ke atas gunung. Jalan setapak yang mereka lalui semakin sempit dan terjal. Setiap langkah terasa berat bagi Liang Feng yang masih belum sepenuhnya pulih dari luka-lukanya."Kau harus membawa ember ini berisi air dari mata air suci ke puncak tanpa menumpahkan setetes pun," kata Bai Zhen sambil memberikan dua ember besar yang penu

    Last Updated : 2025-03-26
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 5: Menari dengan Angin

    Cukup lama Liang Feng mempelajari elemen tanah, bahkan di awal dirinya selalu gagal dan kekuatannya menjadi tidak terkendali.Untungnya Bai Zhen selalu memberi arahan secara perlahan, dan membuat Liang Feng berhasil menguasai diri kembali. Walaupun begitu, Liang Feng tidak terlihat putus asa sedikitpun dan kembali terus mencoba.“Aku berhasil!” Teriak Liang Feng kegirangan.“Bagus! Kau bisa berhasil memahaminya dengan cukup cepat di pelajaran pertama ini. Apa yang kau rasakan sekarang?” sahut Bai Zhen dengan senyum tulus dan bangga.“Entahlah, tubuhku terasa lebih ringan dibanding sebelumnya. Dan sepertinya pendengaran ku menjadi lebih tajam,” jawab Liang Feng ragu-ragu sambil melihat dan merasakan bagian tubuhnya yang mengalami perubahan.Bai Zhen hanya menanggapi dengan senyuman lebar. Dia cukup yakin dengan penilaian awalnya tentang Liang Feng. Mengingat kecepatannya dalam mempelajari sesuatu, membuatnya teringat kembali dengan masa mudanya.Setelah yakin Liang Feng berhasil memaha

    Last Updated : 2025-03-26
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 6: Bayangan Masa Lalu

    Setelah latihan di tebing, Bai Zhen memberi Liang Feng waktu untuk merenung. Namun, malam itu, pikirannya masih dipenuhi oleh kegelisahan. Ia terbangun oleh suara langkah kaki di luar pondoknya.Dengan hati-hati, ia meraih pedangnya dan keluar. Bayangan-bayangan bergerak di antara pepohonan. Ia segera menyadari bahwa ia sedang diawasi."Keluarlah!" Teriak Liang Feng dengan suara tegas.Dari kegelapan, seorang pria bertopeng muncul. "Kau telah berkembang dengan baik, anak desa. Tapi kau belum cukup kuat."Liang Feng langsung mengenali simbol di jubah pria itu—Sekte Seribu Bayangan. Ia mencengkeram gagang pedangnya erat-erat dan merubah posisinya untuk bertahan dan bersiap menyerang."Ternyata benar dugaanku, kau bagian dari mereka," geramnya.Pria itu tersenyum tipis. "Aku hanya ingin menguji kemampuanmu."“Aku tahu bukan hanya itu maksud kedatanganmu. Aku tidak sebodoh itu untuk dapat mengetahui maksud sebenarnya dari Sekte Seribu Bayangan!” ucap Liang Feng dengan suara meninggi.Tanp

    Last Updated : 2025-03-26
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 7 – Gema dari Dendam Lama

    Suara seruling Bai Zhen masih terdengar lembut saat angin malam menyapu pelataran pondok. Liang Feng duduk bersila di bawah pohon besar di sisi barat halaman, namun meditasinya tak tenang. Wajah pria bertopeng yang ia lawan semalam terus melintas di benaknya—dingin, tanpa ekspresi, menyimpan aura pembunuh yang akrab namun mengusik.Semakin ia mencoba mengosongkan pikiran, semakin dalam ingatannya menyeretnya ke masa lalu.Dan malam itu, mimpi lama kembali menghantam.Ia berdiri di tengah desa yang terbakar, cahaya api menari di genangan darah. Jeritan terdengar di mana-mana, diselingi suara tawa kejam dan derap langkah yang berat. Liang Feng kecil bersembunyi di balik tumpukan kayu, tubuhnya bergetar tak terkendali. Ibunya menutup mulutnya rapat-rapat agar ia tak mengeluarkan suara, sementara dari celah sempit, ia menyaksikan ayahnya bertarung sendirian hingga tubuhnya rubuh.Kemudian, muncul seorang pria. Bertopeng hitam perak, jubah gelap yang menyapu tanah, dan langkah yang tenang.

    Last Updated : 2025-05-03
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 8 – Langkah Seribu Bayangan

    Kabut belum surut ketika fajar mulai merangkak naik di balik barisan pegunungan Wuying. Suasana masih sunyi, seolah alam menahan napas, menantikan sesuatu yang besar akan terjadi. Di tepi jurang yang menjulang, Liang Feng berdiri dalam diam. Jubah abu-abu tuanya berkibar pelan tertiup angin pegunungan. Tatapannya tajam menembus jauh, seolah menantang dunia yang ingin menelannya hidup-hidup.Di hadapannya, Bai Zhen berdiri membawa secarik gulungan sutra berwarna putih kelam. Tak seperti biasanya yang santai atau menyindir, wajahnya pagi itu serius, hampir seperti sedang menghadiri pemakaman.“Teknik ini,” ucapnya lirih sambil mengangkat gulungan itu, “bukan untuk mereka yang masih menyimpan keraguan dalam hati.”Liang Feng mengangguk tanpa kata. Ia tahu. Sudah tahu sejak tadi malam, saat Bai Zhen memintanya untuk menyiapkan diri secara batin, bahwa pelatihan kali ini bukan sekadar latihan gerakan. Ini adalah jalan antara hidup dan mati, antara cahaya dan bayangan. Dan jika ia gagal, mu

    Last Updated : 2025-05-03
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 9 – Jejak dalam Kegelapan

    Langit mulai mendung ketika hari kelima pelatihan tiba. Kabut tak lagi setipis kain tipis pagi hari—kini menggumpal seperti dinding bayangan yang menyembunyikan segala sesuatu di baliknya. Udara berubah. Tak hanya dingin, tapi juga berat. Seperti ada sesuatu yang menekan dari atas.Bai Zhen berdiri diam di tepi batu, memandangi lembah di bawah. Angin meniup jubahnya yang kusut, tapi ia tak bergeming. Tatapannya tajam, penuh waspada.Liang Feng muncul dari balik pepohonan, langkahnya tak bersuara. Gerakannya jauh berbeda dari saat pertama ia datang. Kini ia tidak meninggalkan jejak—tidak dalam tanah, tidak pula dalam udara.“Aku bisa merasakannya,” katanya pelan. “Sesuatu bergerak di bawah sana.”Bai Zhen mengangguk. “Mereka datang lebih cepat dari yang kuduga.”“Siapa mereka?”“Pemburu. Bukan manusia biasa. Bayangan yang dilepaskan oleh Sekte Bara Malam. Aku pernah menghabisi salah satu pemimpin mereka sepuluh tahun lalu.” Ia berhenti sejenak, lalu menatap Liang Feng. “Dan mereka tida

    Last Updated : 2025-05-03
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 1: Jejak Takdir

    Hujan gerimis turun perlahan di atas desa Qinghe, menyelimuti atap-atap rumah kayu dengan lapisan embun tipis. Udara pagi terasa sejuk, dan aroma tanah basah bercampur dengan wangi teh dari kedai-kedai yang mulai buka. Di sudut desa, seorang pemuda dengan rambut hitam berantakan duduk di bawah pohon besar, matanya menatap langit yang kelabu.Liang Feng menghela napas panjang. Tangan kasarnya menggenggam sebilah pedang kayu yang ujungnya mulai tumpul akibat latihan bertahun-tahun. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi pendekar sejati seperti dalam kisah-kisah yang sering ia dengar dari para tetua desa. Namun, nasib seakan berkata lain—ia hanyalah anak seorang buruh biasa, tanpa kekayaan atau nama besar."Liang Feng!" suara seorang gadis memecah lamunannya.Ia menoleh dan melihat Mei Lin, sahabat kecilnya, berlari ke arahnya dengan napas tersengal. Wajahnya tampak cemas."Apa yang terjadi?" tanya Liang Feng sambil bangkit berdiri."Orang-orang dari Sekte Seribu Bayangan datang ke desa! M

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 9 – Jejak dalam Kegelapan

    Langit mulai mendung ketika hari kelima pelatihan tiba. Kabut tak lagi setipis kain tipis pagi hari—kini menggumpal seperti dinding bayangan yang menyembunyikan segala sesuatu di baliknya. Udara berubah. Tak hanya dingin, tapi juga berat. Seperti ada sesuatu yang menekan dari atas.Bai Zhen berdiri diam di tepi batu, memandangi lembah di bawah. Angin meniup jubahnya yang kusut, tapi ia tak bergeming. Tatapannya tajam, penuh waspada.Liang Feng muncul dari balik pepohonan, langkahnya tak bersuara. Gerakannya jauh berbeda dari saat pertama ia datang. Kini ia tidak meninggalkan jejak—tidak dalam tanah, tidak pula dalam udara.“Aku bisa merasakannya,” katanya pelan. “Sesuatu bergerak di bawah sana.”Bai Zhen mengangguk. “Mereka datang lebih cepat dari yang kuduga.”“Siapa mereka?”“Pemburu. Bukan manusia biasa. Bayangan yang dilepaskan oleh Sekte Bara Malam. Aku pernah menghabisi salah satu pemimpin mereka sepuluh tahun lalu.” Ia berhenti sejenak, lalu menatap Liang Feng. “Dan mereka tida

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 8 – Langkah Seribu Bayangan

    Kabut belum surut ketika fajar mulai merangkak naik di balik barisan pegunungan Wuying. Suasana masih sunyi, seolah alam menahan napas, menantikan sesuatu yang besar akan terjadi. Di tepi jurang yang menjulang, Liang Feng berdiri dalam diam. Jubah abu-abu tuanya berkibar pelan tertiup angin pegunungan. Tatapannya tajam menembus jauh, seolah menantang dunia yang ingin menelannya hidup-hidup.Di hadapannya, Bai Zhen berdiri membawa secarik gulungan sutra berwarna putih kelam. Tak seperti biasanya yang santai atau menyindir, wajahnya pagi itu serius, hampir seperti sedang menghadiri pemakaman.“Teknik ini,” ucapnya lirih sambil mengangkat gulungan itu, “bukan untuk mereka yang masih menyimpan keraguan dalam hati.”Liang Feng mengangguk tanpa kata. Ia tahu. Sudah tahu sejak tadi malam, saat Bai Zhen memintanya untuk menyiapkan diri secara batin, bahwa pelatihan kali ini bukan sekadar latihan gerakan. Ini adalah jalan antara hidup dan mati, antara cahaya dan bayangan. Dan jika ia gagal, mu

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 7 – Gema dari Dendam Lama

    Suara seruling Bai Zhen masih terdengar lembut saat angin malam menyapu pelataran pondok. Liang Feng duduk bersila di bawah pohon besar di sisi barat halaman, namun meditasinya tak tenang. Wajah pria bertopeng yang ia lawan semalam terus melintas di benaknya—dingin, tanpa ekspresi, menyimpan aura pembunuh yang akrab namun mengusik.Semakin ia mencoba mengosongkan pikiran, semakin dalam ingatannya menyeretnya ke masa lalu.Dan malam itu, mimpi lama kembali menghantam.Ia berdiri di tengah desa yang terbakar, cahaya api menari di genangan darah. Jeritan terdengar di mana-mana, diselingi suara tawa kejam dan derap langkah yang berat. Liang Feng kecil bersembunyi di balik tumpukan kayu, tubuhnya bergetar tak terkendali. Ibunya menutup mulutnya rapat-rapat agar ia tak mengeluarkan suara, sementara dari celah sempit, ia menyaksikan ayahnya bertarung sendirian hingga tubuhnya rubuh.Kemudian, muncul seorang pria. Bertopeng hitam perak, jubah gelap yang menyapu tanah, dan langkah yang tenang.

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 6: Bayangan Masa Lalu

    Setelah latihan di tebing, Bai Zhen memberi Liang Feng waktu untuk merenung. Namun, malam itu, pikirannya masih dipenuhi oleh kegelisahan. Ia terbangun oleh suara langkah kaki di luar pondoknya.Dengan hati-hati, ia meraih pedangnya dan keluar. Bayangan-bayangan bergerak di antara pepohonan. Ia segera menyadari bahwa ia sedang diawasi."Keluarlah!" Teriak Liang Feng dengan suara tegas.Dari kegelapan, seorang pria bertopeng muncul. "Kau telah berkembang dengan baik, anak desa. Tapi kau belum cukup kuat."Liang Feng langsung mengenali simbol di jubah pria itu—Sekte Seribu Bayangan. Ia mencengkeram gagang pedangnya erat-erat dan merubah posisinya untuk bertahan dan bersiap menyerang."Ternyata benar dugaanku, kau bagian dari mereka," geramnya.Pria itu tersenyum tipis. "Aku hanya ingin menguji kemampuanmu."“Aku tahu bukan hanya itu maksud kedatanganmu. Aku tidak sebodoh itu untuk dapat mengetahui maksud sebenarnya dari Sekte Seribu Bayangan!” ucap Liang Feng dengan suara meninggi.Tanp

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 5: Menari dengan Angin

    Cukup lama Liang Feng mempelajari elemen tanah, bahkan di awal dirinya selalu gagal dan kekuatannya menjadi tidak terkendali.Untungnya Bai Zhen selalu memberi arahan secara perlahan, dan membuat Liang Feng berhasil menguasai diri kembali. Walaupun begitu, Liang Feng tidak terlihat putus asa sedikitpun dan kembali terus mencoba.“Aku berhasil!” Teriak Liang Feng kegirangan.“Bagus! Kau bisa berhasil memahaminya dengan cukup cepat di pelajaran pertama ini. Apa yang kau rasakan sekarang?” sahut Bai Zhen dengan senyum tulus dan bangga.“Entahlah, tubuhku terasa lebih ringan dibanding sebelumnya. Dan sepertinya pendengaran ku menjadi lebih tajam,” jawab Liang Feng ragu-ragu sambil melihat dan merasakan bagian tubuhnya yang mengalami perubahan.Bai Zhen hanya menanggapi dengan senyuman lebar. Dia cukup yakin dengan penilaian awalnya tentang Liang Feng. Mengingat kecepatannya dalam mempelajari sesuatu, membuatnya teringat kembali dengan masa mudanya.Setelah yakin Liang Feng berhasil memaha

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 4: Ujian di Puncak Wudang

    Pagi masih diselimuti kabut tipis ketika Bai Zhen membangunkan Liang Feng dari tidurnya. Udara di puncak Gunung Wudang terasa dingin, menusuk hingga ke tulang. Liang Feng menggigil sejenak sebelum menyadari Bai Zhen telah berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam."Hari ini, kau akan menghadapi ujian pertamamu," ujar Bai Zhen dengan suara tenang namun penuh tekanan.Liang Feng mengangkat alis. "Ujian? Aku bahkan belum mempelajari teknik bertarung apa pun."Bai Zhen tersenyum tipis. "Ujian ini bukan tentang bertarung, tetapi tentang ketahanan dan pemahamanmu terhadap tubuh serta chi-mu sendiri."Tanpa banyak penjelasan, Bai Zhen membawanya mendaki lebih tinggi ke atas gunung. Jalan setapak yang mereka lalui semakin sempit dan terjal. Setiap langkah terasa berat bagi Liang Feng yang masih belum sepenuhnya pulih dari luka-lukanya."Kau harus membawa ember ini berisi air dari mata air suci ke puncak tanpa menumpahkan setetes pun," kata Bai Zhen sambil memberikan dua ember besar yang penu

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 3: Jalan Pendekar

    Udara pagi yang sejuk menyelimuti Gunung Wudang saat Liang Feng bangun dengan tubuh yang masih terasa sakit akibat pertempuran sebelumnya. Matahari mulai menampakkan diri dari balik pegunungan, memandikan dunia dengan cahaya keemasan. Ia merasakan nyeri di bahunya, mengingat serangan keras dari pendekar Seribu Bayangan malam itu.Di hadapannya, Bai Zhen duduk bersila di atas batu, matanya tertutup seolah sedang bermeditasi. Ketika Liang Feng mencoba bangkit, suara tenangnya terdengar."Sudah bangun? Bagus. Tapi jangan berpikir kau bisa bermalas-malasan di sini. Hari ini latihanmu dimulai."“Latihan…?”Liang Feng masih kebingungan. Ia tidak meminta dilatih, tapi setelah melihat bagaimana Bai Zhen mengalahkan musuh hanya dalam satu tebasan, ia tahu bahwa orang ini bukan pendekar biasa.Dengan tatapan penuh selidik, Liang Feng mendekat kearah pria yang telah menyelamatkannya itu. Ada sedikit keraguan terlihat dari ekspresi wajahnya, tapi dirinya bertekad untuk memastikan apa yang menjadi

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 2: Jejak di Pegunungan Kabut

    Liang Feng mengangguk, meski dalam hatinya masih berkecamuk perasaan bersalah karena meninggalkan desanya. Namun, ia tahu—untuk membalas dendam dan melawan Sekte Seribu Bayangan, ia harus bertahan hidup terlebih dahulu!Dingin pun menusuk tulang saat Liang Feng dan Mei Lin mendaki bukit berbatu di pinggiran desa Qinghe. Hutan lebat yang dulu tampak teduh kini terasa seperti labirin gelap yang bisa menyembunyikan bahaya kapan saja. Napas mereka tersengal, kelelahan setelah berlari sepanjang malam untuk menghindari kejaran Sekte Seribu Bayangan.Sesekali Ling Feng mencoba menengok kembali ke arah belakang, untuk memastikan tidak ada yang mengetahui pelarian mereka. Karena dia yakin jika semua tempat sudah berada di bawah pengawasan Yan Fei."Apa kita sudah cukup jauh?" tanya Mei Lin dengan suara bergetar. Ia merapatkan pakaiannya yang tipis, mencoba menahan dingin.Liang Feng berhenti sejenak, menajamkan pendengarannya. Tidak ada suara langkah kaki selain milik mereka sendiri. "Untuk se

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 1: Jejak Takdir

    Hujan gerimis turun perlahan di atas desa Qinghe, menyelimuti atap-atap rumah kayu dengan lapisan embun tipis. Udara pagi terasa sejuk, dan aroma tanah basah bercampur dengan wangi teh dari kedai-kedai yang mulai buka. Di sudut desa, seorang pemuda dengan rambut hitam berantakan duduk di bawah pohon besar, matanya menatap langit yang kelabu.Liang Feng menghela napas panjang. Tangan kasarnya menggenggam sebilah pedang kayu yang ujungnya mulai tumpul akibat latihan bertahun-tahun. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi pendekar sejati seperti dalam kisah-kisah yang sering ia dengar dari para tetua desa. Namun, nasib seakan berkata lain—ia hanyalah anak seorang buruh biasa, tanpa kekayaan atau nama besar."Liang Feng!" suara seorang gadis memecah lamunannya.Ia menoleh dan melihat Mei Lin, sahabat kecilnya, berlari ke arahnya dengan napas tersengal. Wajahnya tampak cemas."Apa yang terjadi?" tanya Liang Feng sambil bangkit berdiri."Orang-orang dari Sekte Seribu Bayangan datang ke desa! M

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status