Tiga hari telah berlalu sejak malam kelam itu, namun jejaknya masih tertinggal di udara. Meski kabut sudah surut, hawa aneh seolah belum benar-benar menghilang. Pepohonan di sekitar Lembah Kabut Bergema berderik pelan tertiup angin, seperti ikut menyimpan rahasia dari peristiwa malam itu.Liang Feng berdiri di tepi tebing, tubuhnya dilumuri keringat. Langkah Seribu Bayangan terus ia latih, bukan sekadar untuk menghindar seperti dulu, tapi untuk menembus batas tubuhnya sendiri. Setiap gerakan kini terasa lebih alami, seolah tubuhnya mulai menyatu dengan tanah, udara, dan arah angin.Namun hari itu tidak seperti biasanya.Suara derap kaki kuda terdengar dari kejauhan. Cepat. Berat. Dan pasti bukan dari warga desa kecil di bawah lembah. Liang Feng menghentikan latihannya, menajamkan pendengaran.Bai Zhen, yang duduk tak jauh darinya dengan teko teh di pangkuan, mendengus kecil. “Akhirnya mereka datang,” gumamnya, nyaris seperti bergumam pada diri sendiri.Seekor kuda berwarna hitam mengil
Terakhir Diperbarui : 2025-05-09 Baca selengkapnya