Beranda / Pendekar / Legenda Pedang Langit Dan Bumi / Bab 6: Bayangan Masa Lalu

Share

Bab 6: Bayangan Masa Lalu

Penulis: Second Lead.77
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-26 09:20:34

Setelah latihan di tebing, Bai Zhen memberi Liang Feng waktu untuk merenung. Namun, malam itu, pikirannya masih dipenuhi oleh kegelisahan. Ia terbangun oleh suara langkah kaki di luar pondoknya.

Dengan hati-hati, ia meraih pedangnya dan keluar. Bayangan-bayangan bergerak di antara pepohonan. Ia segera menyadari bahwa ia sedang diawasi.

"Keluarlah!" Teriak Liang Feng dengan suara tegas.

Dari kegelapan, seorang pria bertopeng muncul. "Kau telah berkembang dengan baik, anak desa. Tapi kau belum cukup kuat."

Liang Feng langsung mengenali simbol di jubah pria itu—Sekte Seribu Bayangan. Ia mencengkeram gagang pedangnya erat-erat dan merubah posisinya untuk bertahan dan bersiap menyerang.

"Ternyata benar dugaanku, kau bagian dari mereka," geramnya.

Pria itu tersenyum tipis. "Aku hanya ingin menguji kemampuanmu."

“Aku tahu bukan hanya itu maksud kedatanganmu. Aku tidak sebodoh itu untuk dapat mengetahui maksud sebenarnya dari Sekte Seribu Bayangan!” ucap Liang Feng dengan suara meninggi.

Tanpa peringatan, pria itu menyerang dengan kecepatan luar biasa. Liang Feng nyaris tak sempat menghindar. Tebasan pedang lawannya datang bagaikan kilat, memaksa Liang Feng bertahan dengan penuh kewaspadaan. Setiap serangan terasa begitu tajam dan akurat, seolah-olah pria itu mampu membaca gerakannya.

Liang Feng mencoba menggunakan teknik yang baru dipelajarinya. Ia menjejak tanah dengan kuat, mencoba menyerap energi chi tanah untuk menjaga kestabilannya. Namun, lawannya terlalu gesit. Ia mencoba mengandalkan angin untuk mempercepat gerakannya, tetapi kontrolnya masih belum sempurna.

Sebuah tendangan keras menghantam dadanya, membuatnya terhuyung ke belakang dan hampir jatuh ke tanah. Napasnya memburu, sementara dadanya terasa sesak akibat hantaman tersebut.

"Kau masih terlalu lamban," sindir pria bertopeng itu.

Liang Feng mengepalkan tangannya, matanya menyala dengan semangat perlawanan. Ia tidak boleh kalah. Dengan tekad yang membara, ia mencoba membaca gerakan lawannya. Kali ini, ia menunggu. Ia membiarkan angin membisikkan arah pergerakan lawannya.

Ketika pria bertopeng itu menyerang lagi, Liang Feng bergerak ke samping, menghindari serangan dengan mulus. Dengan satu tebasan cepat, ia berhasil menyerempet lengan lawannya. Kilatan darah muncul di bawah cahaya bulan, menandakan bahwa ia berhasil melukai lawannya.

Pria itu mundur beberapa langkah, menatap luka di lengannya. "Hmph. Kau memang berbakat. Tapi masih belum cukup."

Tiba-tiba, tubuh pria itu menghilang seperti asap yang ditiup angin. Liang Feng menatap sekelilingnya dengan waspada, tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan pria tersebut.

Bai Zhen yang telah menyaksikan pertempuran itu dari kejauhan melangkah mendekat. "Itu hanyalah peringatan. Sekte Seribu Bayangan tidak akan membiarkanmu hidup begitu saja. Kau harus lebih kuat, atau kau akan menjadi korban selanjutnya."

Liang Feng berdiri terengah-engah, tangannya masih menggenggam pedang erat-erat. Pedang itu bukanlah pedang kayu yang ia gunakan sebelumnya, melainkan sebuah pedang baja sederhana yang diberikan oleh Bai Zhen saat mereka mulai berlatih bersama. Bai Zhen mengatakan bahwa pedang ini bukanlah yang terbaik, tetapi cukup untuk melatih dasar-dasar teknik pedang sebelum menemukan senjata sejatinya.

Ia menyadari satu hal—bahwa masa lalunya tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Dan untuk benar-benar mengalahkan Sekte Seribu Bayangan, ia harus menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

***

Keesokan harinya, Liang Feng tidak bisa melupakan pertarungannya dengan pria bertopeng. Setiap gerakan lawannya masih tergambar jelas di pikirannya. Rasa frustrasi menyelimuti hatinya. Ia merasa belum cukup kuat, dan itu membuatnya marah pada dirinya sendiri.

"Kemarahan adalah pedang bermata dua," kata Bai Zhen saat mereka berlatih di halaman pondok. "Jika kau tidak mengendalikannya, ia akan menusukmu sendiri."

Liang Feng menghela napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya. Namun, amarah itu seperti bara api yang tak kunjung padam. Ia menghunus pedangnya dan mulai berlatih lebih keras. Setiap ayunan pedang dihantamkan dengan penuh tenaga, setiap gerakan terasa lebih tajam dan lebih agresif.

"Jangan biarkan emosimu menguasai teknikmu!" Bai Zhen memperingatkan, lalu menyerangnya dengan tongkat kayu. Liang Feng nyaris tak sempat menangkis. "Fokus, bukan kemarahan yang akan membuatmu kuat, melainkan kendali atas dirimu sendiri!"

Liang Feng menutup matanya sesaat, menarik napas dalam, lalu kembali ke posisi kuda-kuda. Ia harus menenangkan pikirannya. Ia mencoba membiarkan tubuhnya mengikuti aliran chi tanpa dipenuhi kemarahan. Bai Zhen menyerang lagi, tapi kali ini Liang Feng lebih tenang, lebih terfokus. Ia tidak sekadar menyerang, tetapi juga membaca gerakan gurunya dengan lebih cermat.

Latihan berlangsung hingga matahari hampir tenggelam. Tubuh Liang Feng penuh keringat, napasnya berat, dan ototnya terasa seperti terbakar. Namun, kali ini ia merasa berbeda. Ada keseimbangan dalam dirinya—sebuah pemahaman baru tentang bagaimana kekuatan sejati tidak hanya berasal dari tenaga, tetapi juga dari kejernihan hati.

Saat malam tiba, Liang Feng duduk bersila di bawah pohon, mencoba bermeditasi. Namun, bayangan pria bertopeng itu terus muncul dalam benaknya. Matanya masih dipenuhi dengan api amarah. Ia bertanya-tanya, apakah benar ia bisa mengendalikan perasaannya? Apakah ia bisa menghadapi Sekte Seribu Bayangan tanpa membiarkan amarah menguasainya?

Di kejauhan, suara seruling Bai Zhen mengalun lembut, seolah mencoba menenangkan gejolak di dalam dadanya. Liang Feng menutup matanya, mendengarkan nada-nada lembut yang menembus pikirannya yang kacau. Malam itu, ia bersumpah untuk menjadi lebih kuat—bukan hanya demi membalas dendam, tetapi juga demi melindungi orang-orang yang ia sayangi. Jika ia ingin menang melawan musuh-musuhnya, ia harus menemukan keseimbangan antara kekuatan dan kedamaian dalam dirinya sendiri.

Apakah ia mampu?

Bersambung…

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 7 – Gema dari Dendam Lama

    Suara seruling Bai Zhen masih terdengar lembut saat angin malam menyapu pelataran pondok. Liang Feng duduk bersila di bawah pohon besar di sisi barat halaman, namun meditasinya tak tenang. Wajah pria bertopeng yang ia lawan semalam terus melintas di benaknya—dingin, tanpa ekspresi, menyimpan aura pembunuh yang akrab namun mengusik.Semakin ia mencoba mengosongkan pikiran, semakin dalam ingatannya menyeretnya ke masa lalu.Dan malam itu, mimpi lama kembali menghantam.Ia berdiri di tengah desa yang terbakar, cahaya api menari di genangan darah. Jeritan terdengar di mana-mana, diselingi suara tawa kejam dan derap langkah yang berat. Liang Feng kecil bersembunyi di balik tumpukan kayu, tubuhnya bergetar tak terkendali. Ibunya menutup mulutnya rapat-rapat agar ia tak mengeluarkan suara, sementara dari celah sempit, ia menyaksikan ayahnya bertarung sendirian hingga tubuhnya rubuh.Kemudian, muncul seorang pria. Bertopeng hitam perak, jubah gelap yang menyapu tanah, dan langkah yang tenang.

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 8 – Langkah Seribu Bayangan

    Kabut belum surut ketika fajar mulai merangkak naik di balik barisan pegunungan Wuying. Suasana masih sunyi, seolah alam menahan napas, menantikan sesuatu yang besar akan terjadi. Di tepi jurang yang menjulang, Liang Feng berdiri dalam diam. Jubah abu-abu tuanya berkibar pelan tertiup angin pegunungan. Tatapannya tajam menembus jauh, seolah menantang dunia yang ingin menelannya hidup-hidup.Di hadapannya, Bai Zhen berdiri membawa secarik gulungan sutra berwarna putih kelam. Tak seperti biasanya yang santai atau menyindir, wajahnya pagi itu serius, hampir seperti sedang menghadiri pemakaman.“Teknik ini,” ucapnya lirih sambil mengangkat gulungan itu, “bukan untuk mereka yang masih menyimpan keraguan dalam hati.”Liang Feng mengangguk tanpa kata. Ia tahu. Sudah tahu sejak tadi malam, saat Bai Zhen memintanya untuk menyiapkan diri secara batin, bahwa pelatihan kali ini bukan sekadar latihan gerakan. Ini adalah jalan antara hidup dan mati, antara cahaya dan bayangan. Dan jika ia gagal, mu

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 9 – Jejak dalam Kegelapan

    Langit mulai mendung ketika hari kelima pelatihan tiba. Kabut tak lagi setipis kain tipis pagi hari—kini menggumpal seperti dinding bayangan yang menyembunyikan segala sesuatu di baliknya. Udara berubah. Tak hanya dingin, tapi juga berat. Seperti ada sesuatu yang menekan dari atas.Bai Zhen berdiri diam di tepi batu, memandangi lembah di bawah. Angin meniup jubahnya yang kusut, tapi ia tak bergeming. Tatapannya tajam, penuh waspada.Liang Feng muncul dari balik pepohonan, langkahnya tak bersuara. Gerakannya jauh berbeda dari saat pertama ia datang. Kini ia tidak meninggalkan jejak—tidak dalam tanah, tidak pula dalam udara.“Aku bisa merasakannya,” katanya pelan. “Sesuatu bergerak di bawah sana.”Bai Zhen mengangguk. “Mereka datang lebih cepat dari yang kuduga.”“Siapa mereka?”“Pemburu. Bukan manusia biasa. Bayangan yang dilepaskan oleh Sekte Bara Malam. Aku pernah menghabisi salah satu pemimpin mereka sepuluh tahun lalu.” Ia berhenti sejenak, lalu menatap Liang Feng. “Dan mereka tida

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 1: Jejak Takdir

    Hujan gerimis turun perlahan di atas desa Qinghe, menyelimuti atap-atap rumah kayu dengan lapisan embun tipis. Udara pagi terasa sejuk, dan aroma tanah basah bercampur dengan wangi teh dari kedai-kedai yang mulai buka. Di sudut desa, seorang pemuda dengan rambut hitam berantakan duduk di bawah pohon besar, matanya menatap langit yang kelabu.Liang Feng menghela napas panjang. Tangan kasarnya menggenggam sebilah pedang kayu yang ujungnya mulai tumpul akibat latihan bertahun-tahun. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi pendekar sejati seperti dalam kisah-kisah yang sering ia dengar dari para tetua desa. Namun, nasib seakan berkata lain—ia hanyalah anak seorang buruh biasa, tanpa kekayaan atau nama besar."Liang Feng!" suara seorang gadis memecah lamunannya.Ia menoleh dan melihat Mei Lin, sahabat kecilnya, berlari ke arahnya dengan napas tersengal. Wajahnya tampak cemas."Apa yang terjadi?" tanya Liang Feng sambil bangkit berdiri."Orang-orang dari Sekte Seribu Bayangan datang ke desa! M

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 2: Jejak di Pegunungan Kabut

    Liang Feng mengangguk, meski dalam hatinya masih berkecamuk perasaan bersalah karena meninggalkan desanya. Namun, ia tahu—untuk membalas dendam dan melawan Sekte Seribu Bayangan, ia harus bertahan hidup terlebih dahulu!Dingin pun menusuk tulang saat Liang Feng dan Mei Lin mendaki bukit berbatu di pinggiran desa Qinghe. Hutan lebat yang dulu tampak teduh kini terasa seperti labirin gelap yang bisa menyembunyikan bahaya kapan saja. Napas mereka tersengal, kelelahan setelah berlari sepanjang malam untuk menghindari kejaran Sekte Seribu Bayangan.Sesekali Ling Feng mencoba menengok kembali ke arah belakang, untuk memastikan tidak ada yang mengetahui pelarian mereka. Karena dia yakin jika semua tempat sudah berada di bawah pengawasan Yan Fei."Apa kita sudah cukup jauh?" tanya Mei Lin dengan suara bergetar. Ia merapatkan pakaiannya yang tipis, mencoba menahan dingin.Liang Feng berhenti sejenak, menajamkan pendengarannya. Tidak ada suara langkah kaki selain milik mereka sendiri. "Untuk se

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-25
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 3: Jalan Pendekar

    Udara pagi yang sejuk menyelimuti Gunung Wudang saat Liang Feng bangun dengan tubuh yang masih terasa sakit akibat pertempuran sebelumnya. Matahari mulai menampakkan diri dari balik pegunungan, memandikan dunia dengan cahaya keemasan. Ia merasakan nyeri di bahunya, mengingat serangan keras dari pendekar Seribu Bayangan malam itu.Di hadapannya, Bai Zhen duduk bersila di atas batu, matanya tertutup seolah sedang bermeditasi. Ketika Liang Feng mencoba bangkit, suara tenangnya terdengar."Sudah bangun? Bagus. Tapi jangan berpikir kau bisa bermalas-malasan di sini. Hari ini latihanmu dimulai."“Latihan…?”Liang Feng masih kebingungan. Ia tidak meminta dilatih, tapi setelah melihat bagaimana Bai Zhen mengalahkan musuh hanya dalam satu tebasan, ia tahu bahwa orang ini bukan pendekar biasa.Dengan tatapan penuh selidik, Liang Feng mendekat kearah pria yang telah menyelamatkannya itu. Ada sedikit keraguan terlihat dari ekspresi wajahnya, tapi dirinya bertekad untuk memastikan apa yang menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 4: Ujian di Puncak Wudang

    Pagi masih diselimuti kabut tipis ketika Bai Zhen membangunkan Liang Feng dari tidurnya. Udara di puncak Gunung Wudang terasa dingin, menusuk hingga ke tulang. Liang Feng menggigil sejenak sebelum menyadari Bai Zhen telah berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam."Hari ini, kau akan menghadapi ujian pertamamu," ujar Bai Zhen dengan suara tenang namun penuh tekanan.Liang Feng mengangkat alis. "Ujian? Aku bahkan belum mempelajari teknik bertarung apa pun."Bai Zhen tersenyum tipis. "Ujian ini bukan tentang bertarung, tetapi tentang ketahanan dan pemahamanmu terhadap tubuh serta chi-mu sendiri."Tanpa banyak penjelasan, Bai Zhen membawanya mendaki lebih tinggi ke atas gunung. Jalan setapak yang mereka lalui semakin sempit dan terjal. Setiap langkah terasa berat bagi Liang Feng yang masih belum sepenuhnya pulih dari luka-lukanya."Kau harus membawa ember ini berisi air dari mata air suci ke puncak tanpa menumpahkan setetes pun," kata Bai Zhen sambil memberikan dua ember besar yang penu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 5: Menari dengan Angin

    Cukup lama Liang Feng mempelajari elemen tanah, bahkan di awal dirinya selalu gagal dan kekuatannya menjadi tidak terkendali.Untungnya Bai Zhen selalu memberi arahan secara perlahan, dan membuat Liang Feng berhasil menguasai diri kembali. Walaupun begitu, Liang Feng tidak terlihat putus asa sedikitpun dan kembali terus mencoba.“Aku berhasil!” Teriak Liang Feng kegirangan.“Bagus! Kau bisa berhasil memahaminya dengan cukup cepat di pelajaran pertama ini. Apa yang kau rasakan sekarang?” sahut Bai Zhen dengan senyum tulus dan bangga.“Entahlah, tubuhku terasa lebih ringan dibanding sebelumnya. Dan sepertinya pendengaran ku menjadi lebih tajam,” jawab Liang Feng ragu-ragu sambil melihat dan merasakan bagian tubuhnya yang mengalami perubahan.Bai Zhen hanya menanggapi dengan senyuman lebar. Dia cukup yakin dengan penilaian awalnya tentang Liang Feng. Mengingat kecepatannya dalam mempelajari sesuatu, membuatnya teringat kembali dengan masa mudanya.Setelah yakin Liang Feng berhasil memaha

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26

Bab terbaru

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 9 – Jejak dalam Kegelapan

    Langit mulai mendung ketika hari kelima pelatihan tiba. Kabut tak lagi setipis kain tipis pagi hari—kini menggumpal seperti dinding bayangan yang menyembunyikan segala sesuatu di baliknya. Udara berubah. Tak hanya dingin, tapi juga berat. Seperti ada sesuatu yang menekan dari atas.Bai Zhen berdiri diam di tepi batu, memandangi lembah di bawah. Angin meniup jubahnya yang kusut, tapi ia tak bergeming. Tatapannya tajam, penuh waspada.Liang Feng muncul dari balik pepohonan, langkahnya tak bersuara. Gerakannya jauh berbeda dari saat pertama ia datang. Kini ia tidak meninggalkan jejak—tidak dalam tanah, tidak pula dalam udara.“Aku bisa merasakannya,” katanya pelan. “Sesuatu bergerak di bawah sana.”Bai Zhen mengangguk. “Mereka datang lebih cepat dari yang kuduga.”“Siapa mereka?”“Pemburu. Bukan manusia biasa. Bayangan yang dilepaskan oleh Sekte Bara Malam. Aku pernah menghabisi salah satu pemimpin mereka sepuluh tahun lalu.” Ia berhenti sejenak, lalu menatap Liang Feng. “Dan mereka tida

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 8 – Langkah Seribu Bayangan

    Kabut belum surut ketika fajar mulai merangkak naik di balik barisan pegunungan Wuying. Suasana masih sunyi, seolah alam menahan napas, menantikan sesuatu yang besar akan terjadi. Di tepi jurang yang menjulang, Liang Feng berdiri dalam diam. Jubah abu-abu tuanya berkibar pelan tertiup angin pegunungan. Tatapannya tajam menembus jauh, seolah menantang dunia yang ingin menelannya hidup-hidup.Di hadapannya, Bai Zhen berdiri membawa secarik gulungan sutra berwarna putih kelam. Tak seperti biasanya yang santai atau menyindir, wajahnya pagi itu serius, hampir seperti sedang menghadiri pemakaman.“Teknik ini,” ucapnya lirih sambil mengangkat gulungan itu, “bukan untuk mereka yang masih menyimpan keraguan dalam hati.”Liang Feng mengangguk tanpa kata. Ia tahu. Sudah tahu sejak tadi malam, saat Bai Zhen memintanya untuk menyiapkan diri secara batin, bahwa pelatihan kali ini bukan sekadar latihan gerakan. Ini adalah jalan antara hidup dan mati, antara cahaya dan bayangan. Dan jika ia gagal, mu

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 7 – Gema dari Dendam Lama

    Suara seruling Bai Zhen masih terdengar lembut saat angin malam menyapu pelataran pondok. Liang Feng duduk bersila di bawah pohon besar di sisi barat halaman, namun meditasinya tak tenang. Wajah pria bertopeng yang ia lawan semalam terus melintas di benaknya—dingin, tanpa ekspresi, menyimpan aura pembunuh yang akrab namun mengusik.Semakin ia mencoba mengosongkan pikiran, semakin dalam ingatannya menyeretnya ke masa lalu.Dan malam itu, mimpi lama kembali menghantam.Ia berdiri di tengah desa yang terbakar, cahaya api menari di genangan darah. Jeritan terdengar di mana-mana, diselingi suara tawa kejam dan derap langkah yang berat. Liang Feng kecil bersembunyi di balik tumpukan kayu, tubuhnya bergetar tak terkendali. Ibunya menutup mulutnya rapat-rapat agar ia tak mengeluarkan suara, sementara dari celah sempit, ia menyaksikan ayahnya bertarung sendirian hingga tubuhnya rubuh.Kemudian, muncul seorang pria. Bertopeng hitam perak, jubah gelap yang menyapu tanah, dan langkah yang tenang.

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 6: Bayangan Masa Lalu

    Setelah latihan di tebing, Bai Zhen memberi Liang Feng waktu untuk merenung. Namun, malam itu, pikirannya masih dipenuhi oleh kegelisahan. Ia terbangun oleh suara langkah kaki di luar pondoknya.Dengan hati-hati, ia meraih pedangnya dan keluar. Bayangan-bayangan bergerak di antara pepohonan. Ia segera menyadari bahwa ia sedang diawasi."Keluarlah!" Teriak Liang Feng dengan suara tegas.Dari kegelapan, seorang pria bertopeng muncul. "Kau telah berkembang dengan baik, anak desa. Tapi kau belum cukup kuat."Liang Feng langsung mengenali simbol di jubah pria itu—Sekte Seribu Bayangan. Ia mencengkeram gagang pedangnya erat-erat dan merubah posisinya untuk bertahan dan bersiap menyerang."Ternyata benar dugaanku, kau bagian dari mereka," geramnya.Pria itu tersenyum tipis. "Aku hanya ingin menguji kemampuanmu."“Aku tahu bukan hanya itu maksud kedatanganmu. Aku tidak sebodoh itu untuk dapat mengetahui maksud sebenarnya dari Sekte Seribu Bayangan!” ucap Liang Feng dengan suara meninggi.Tanp

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 5: Menari dengan Angin

    Cukup lama Liang Feng mempelajari elemen tanah, bahkan di awal dirinya selalu gagal dan kekuatannya menjadi tidak terkendali.Untungnya Bai Zhen selalu memberi arahan secara perlahan, dan membuat Liang Feng berhasil menguasai diri kembali. Walaupun begitu, Liang Feng tidak terlihat putus asa sedikitpun dan kembali terus mencoba.“Aku berhasil!” Teriak Liang Feng kegirangan.“Bagus! Kau bisa berhasil memahaminya dengan cukup cepat di pelajaran pertama ini. Apa yang kau rasakan sekarang?” sahut Bai Zhen dengan senyum tulus dan bangga.“Entahlah, tubuhku terasa lebih ringan dibanding sebelumnya. Dan sepertinya pendengaran ku menjadi lebih tajam,” jawab Liang Feng ragu-ragu sambil melihat dan merasakan bagian tubuhnya yang mengalami perubahan.Bai Zhen hanya menanggapi dengan senyuman lebar. Dia cukup yakin dengan penilaian awalnya tentang Liang Feng. Mengingat kecepatannya dalam mempelajari sesuatu, membuatnya teringat kembali dengan masa mudanya.Setelah yakin Liang Feng berhasil memaha

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 4: Ujian di Puncak Wudang

    Pagi masih diselimuti kabut tipis ketika Bai Zhen membangunkan Liang Feng dari tidurnya. Udara di puncak Gunung Wudang terasa dingin, menusuk hingga ke tulang. Liang Feng menggigil sejenak sebelum menyadari Bai Zhen telah berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam."Hari ini, kau akan menghadapi ujian pertamamu," ujar Bai Zhen dengan suara tenang namun penuh tekanan.Liang Feng mengangkat alis. "Ujian? Aku bahkan belum mempelajari teknik bertarung apa pun."Bai Zhen tersenyum tipis. "Ujian ini bukan tentang bertarung, tetapi tentang ketahanan dan pemahamanmu terhadap tubuh serta chi-mu sendiri."Tanpa banyak penjelasan, Bai Zhen membawanya mendaki lebih tinggi ke atas gunung. Jalan setapak yang mereka lalui semakin sempit dan terjal. Setiap langkah terasa berat bagi Liang Feng yang masih belum sepenuhnya pulih dari luka-lukanya."Kau harus membawa ember ini berisi air dari mata air suci ke puncak tanpa menumpahkan setetes pun," kata Bai Zhen sambil memberikan dua ember besar yang penu

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 3: Jalan Pendekar

    Udara pagi yang sejuk menyelimuti Gunung Wudang saat Liang Feng bangun dengan tubuh yang masih terasa sakit akibat pertempuran sebelumnya. Matahari mulai menampakkan diri dari balik pegunungan, memandikan dunia dengan cahaya keemasan. Ia merasakan nyeri di bahunya, mengingat serangan keras dari pendekar Seribu Bayangan malam itu.Di hadapannya, Bai Zhen duduk bersila di atas batu, matanya tertutup seolah sedang bermeditasi. Ketika Liang Feng mencoba bangkit, suara tenangnya terdengar."Sudah bangun? Bagus. Tapi jangan berpikir kau bisa bermalas-malasan di sini. Hari ini latihanmu dimulai."“Latihan…?”Liang Feng masih kebingungan. Ia tidak meminta dilatih, tapi setelah melihat bagaimana Bai Zhen mengalahkan musuh hanya dalam satu tebasan, ia tahu bahwa orang ini bukan pendekar biasa.Dengan tatapan penuh selidik, Liang Feng mendekat kearah pria yang telah menyelamatkannya itu. Ada sedikit keraguan terlihat dari ekspresi wajahnya, tapi dirinya bertekad untuk memastikan apa yang menjadi

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 2: Jejak di Pegunungan Kabut

    Liang Feng mengangguk, meski dalam hatinya masih berkecamuk perasaan bersalah karena meninggalkan desanya. Namun, ia tahu—untuk membalas dendam dan melawan Sekte Seribu Bayangan, ia harus bertahan hidup terlebih dahulu!Dingin pun menusuk tulang saat Liang Feng dan Mei Lin mendaki bukit berbatu di pinggiran desa Qinghe. Hutan lebat yang dulu tampak teduh kini terasa seperti labirin gelap yang bisa menyembunyikan bahaya kapan saja. Napas mereka tersengal, kelelahan setelah berlari sepanjang malam untuk menghindari kejaran Sekte Seribu Bayangan.Sesekali Ling Feng mencoba menengok kembali ke arah belakang, untuk memastikan tidak ada yang mengetahui pelarian mereka. Karena dia yakin jika semua tempat sudah berada di bawah pengawasan Yan Fei."Apa kita sudah cukup jauh?" tanya Mei Lin dengan suara bergetar. Ia merapatkan pakaiannya yang tipis, mencoba menahan dingin.Liang Feng berhenti sejenak, menajamkan pendengarannya. Tidak ada suara langkah kaki selain milik mereka sendiri. "Untuk se

  • Legenda Pedang Langit Dan Bumi   Bab 1: Jejak Takdir

    Hujan gerimis turun perlahan di atas desa Qinghe, menyelimuti atap-atap rumah kayu dengan lapisan embun tipis. Udara pagi terasa sejuk, dan aroma tanah basah bercampur dengan wangi teh dari kedai-kedai yang mulai buka. Di sudut desa, seorang pemuda dengan rambut hitam berantakan duduk di bawah pohon besar, matanya menatap langit yang kelabu.Liang Feng menghela napas panjang. Tangan kasarnya menggenggam sebilah pedang kayu yang ujungnya mulai tumpul akibat latihan bertahun-tahun. Sejak kecil, ia bercita-cita menjadi pendekar sejati seperti dalam kisah-kisah yang sering ia dengar dari para tetua desa. Namun, nasib seakan berkata lain—ia hanyalah anak seorang buruh biasa, tanpa kekayaan atau nama besar."Liang Feng!" suara seorang gadis memecah lamunannya.Ia menoleh dan melihat Mei Lin, sahabat kecilnya, berlari ke arahnya dengan napas tersengal. Wajahnya tampak cemas."Apa yang terjadi?" tanya Liang Feng sambil bangkit berdiri."Orang-orang dari Sekte Seribu Bayangan datang ke desa! M

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status