Beranda / Fantasi / Legenda Pendekar Biru / BAB 5 Toko Lempuyang Malam

Share

BAB 5 Toko Lempuyang Malam

Penulis: Pujangga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-08 11:18:46

“Hahahahahaha, sudah kuduga,” Balada tertawa.

Tetapi sesaat kemudian, entah mengapa tawanya tiba-tiba lenyap berganti keterkejutan.

“Tugu dulu! Sejak kapan kau menyukai tentang obat-obatan, Kusha?” tanya Balada melebarkan mata.

“Sejak kakak pergi berguru kepadepokan, aku sering membantu mbok Tarmi menjemur kulit kayu manis, dan baunya sangat harum sekali kak. Jadi sejak saat itu aku suka dengan tumbuhan obat,” tutur Lintang tersenyum lebar.

“Begitu rupanya, baiklah! Ayo kita ke sana,” Balada menggeleng.

Sebetulnya Balada bingung karena sangat jarang ada anak yang tertarik dengan obat-obatan. Hal itu jelas terlihat aneh, tapi karena Kusha adalah adiknya, dia tetap membawa anak kecil tersebut ke toko tanaman obat.

Toko itu bernama Lempuyang Malam, tidak ada yang tahu entah mengapa ada nama Malam pada toko tersebut yang pasti toko obat Lempuyang Malam adalah toko terbesar yang ada di pasar katumenggungan.

Bangunan toko Lempuyang Malam sangat megah, berdiri kokoh diantara toko-toko kecil di sekitarnya.

Memiliki 4 lantai besar dengan puluhan pegawai membuat toko Lempuyang Malam menjadi pusat perhatian para pendatang.

Terlebih bagi para pendekar sehingga toko Lempuyang Malam tidak pernah sepi setiap harinya.

Di toko itu menjajak berbagai tanaman obat yang berkualitas tinggi membuat harga bahan obat di sana terkenal sangat mahal.

Tapi bukan masalah bagi Balada karena dia memiliki banyak uang.

Sehingga saat mengetahui adiknya tertarik ingin tanaman obat, Balada pun tanpa berpikir panjang langsung mengajaknya masuk ke sana.

“Hebat! Ternyata di dalam sini sangat megah,” Balada terperangah tidak percaya dengan apa yang di saksikannya.

Meski dia adalah penduduk asli Katumenggungan Surapala, tapi Balada tidak pernah masuk ke sana.

Hal itu tentu karena dahulu Balada masih sangat kecil, dan ketika tumbuh dewasa, dia menghabiskan sepanjang waktu di padepokan.

Terlebih Balada tidak tertarik dengan dunia tabib sehingga dirinya tidak pernah penasaran.

Ini merupakan kali pertama Balada masuk ke dalam gedung Lempuyang Malam. Itu juga karena Kusha yang ingin melihat-lihat.

Tidak disangka, gedung Lempuyang Malam ternyata sangat begitu megah.

Di dalamnya terdapat banyak pendekar kuat yang menjaga tempat tersebut.

Balada terperangah melihat banyak berbagai jenis tanaman langka di dalam yang tersimpan rapih pada kotak-kotak kaca yang terlihat mewah.

Ini tentu merupakan pemandangan asing karena kaca merupakan barang langka di kerajaan Suralaksa.

“Sial! Sebenarnya dari mana semua barang-barang ini?” umpat Balada di dalam hati.

Sementara Lintang malah berbinar memperhatikan beberapa tanaman obat.

Dia menemukan ada tanaman yang dapat digunakan untuk memperkuat tulangnya.

Hal itu tentu sangat penting karena Lintang berniat kembali memperkuat tubuhnya agar dapat menjadi seorang pendekar.

Dia membutuhkan berbagai jenis tanaman langka untuk dijadikan ramuan, dan jika berhasil. Lintang akan dapat kembali belajar kanuragan dasar sebagai awal perjalanannya.

Ternyata selain ingin melihat kebudayaan dan kehidupan para penduduk, tujuan Lintang ke pasar yang sesungguhnya adalah untuk mencari sumber kekuatan yang dapat membantunya menjadi seorang pendekar.

Lintang sadar, inti energi dan tubuh Kusha sangatlah lemah. Dia tidak akan bisa menjadi pendekar dengan kondisi tubuh seperti itu kecuali dengan bantuan obat-obatan.

Tapi di kerajaan Suralaksa belum ada satu pun tabib yang mampu menciptakan ramuan tersebut. Di sana ilmu pengetahuan masihlah tertinggal sehingga Lintang harus berjuang lebih keras untuk bisa mencapai tujuannya.

Beruntung ilmu pengetahuan pemuda itu tidak ikut hilang seperti kanuragannya. Jadi Lintang bisa kembali menapaki jalan keabadian seperti dahulu.

“Paman, paman, bolehkan aku tahu berapa harga Kunyit Darah yang ada di sana?” tanya Lintang kepada sang pelayan toko membuat pelayan yang dirinya tanya langsung melebarkan mata.

Tidak hanya pelayan, tapi Balada dan beberapa pendekar yang ada di sana juga ikut melebarkan mata.

Hal itu karena barang yang Lintang tanyakan merupakan tanaman yang sangat langka bahkan hanya ada satu di toko Lempuyang Malam.

Terlebih tidak ada yang mengetahui nama tanaman tersebut kecuali kepala pelayan.

Dan kebetulan pak tua yang Lintang tanya tadi adalah kepala pelayan. Dialah orang yang bertanggung jawab atas semua barang di toko Lempuyang Malam.

Balada dan semua pengunjung di sana terkejut bukan karena nama tanaman yang Lintang sebutkan. Tetapi karena mendengar Lintang menanyakan harga tanaman yang berada di dalam kotak kaca bersegel emas yang harganya pasti sangat amat mahal.

“Ba-ba—bagaimana kau tahu nama tanaman ini, nak?” tanya sang kepala pelayan terbata.

Dia sadar, bahwa orang yang mengenal nama tanaman langka pasti tahu akan khasiatnya. Dan orang seperti itu tentu bukan manusia sembarangan karena hanya pendekar maha sakti sajalah yang memahaminya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 19 Rencana Balas Dendam

    Setelah menyaksikan pertarungan Lintang, Lampar segera pergi menuju pasar Katumenggungan untuk memberi laporan kepada Ki kali.Sementara tugas menjaga keluarga Lintang diserahkan kepada Danu dan dua pendekar lain.Ki Kali tentu langsung terperangah mendengar laporan Lampar karena hal itu sangat mustahil dapat dilakukan oleh seorang bocah berusia 7 tahun.Dia memang tahu Lintang jenius dalam bidang pengobatan, tapi tidak mengira bahwa bocah itu juga ternyata seorang pendekar hebat.Berita tentang kemampuan Lintang juga langsung dilaporkan Ki Kali kepada pangeran Mangkukarsa membuat putra mahkota kerajaan Manggala tersebut semakin tertarik kepada Lintang.Setelah mendengar itu, pangeran Mangkukarsa segera menambah jumlah pendekar untuk melindungi Lintang. Dia tidak mau anak jenius seperti Lintang jatuh ke tangan kelompok jahat karena akan membahayakan dunia.Pangeran Mangkukarsa sangat yakin bahwa Lintang di kemudian hari akan menjadi legenda. Sehingga dari sejak dini dia berniat memula

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 18 Saudagar Kumbala

    Sebagai seorang kakak, tidak ada yang paling membahagiakan selain saat menemukan seorang adik yang sangat berbakat.Termasuk Balada kepada Kusha, dia sangat begitu bangga sehingga sulit diungkapkan dengan kata-kata.Bahkan andai Kusha mengizinkan, Balada ingin sekali segera memberitahukan hal ini kepada kedua orang tuanya.Mereka pasti akan sangat senang bahwa telah memiliki seorang putra seperti Kusha.Namun sayang, Kusha melarang Balada melakukan itu dengan alasan ini belum saatnya.Lintang pernah berkata bahwa potensi diri yang berlebihan bisa membawa petaka.Maka dari itu dia meminta Balada agar merahasiakannya terlebih dahulu sampai mereka berdua tumbuh menjadi pendekar hebat yang dapat melindungi keluarga.“Apa yang akan kita lakukan terhadap mereka, Kusha?” tanya Balada sembari menunjuk ke arah Burok Lawe yang masih terkapar.Sementara Balada sendiri telah kembali bangkit karena semua lukanya sembuh berkat ramuan Lintang.“Terserah kakak saja,” Lintang tersenyum lembut.“A-aku?

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 17 Tingkat Kependekaran

    Lampar dan ketiga pendekar lain sungguh tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan.Sosok Kusha benar-bener sangat misterius di mata mereka, bahkan apa yang Kusha tunjukan sekarang bukanlah teknik bertarung sembarangan karena tidak ada satu pun pendekar yang mampu menganalisa kelemahan lawan secepat dan seakurat itu.“A-a—apa dia sungguh manusia?” tanya Danu terbata.“A-aku juga tidak tahu, yang pasti ti-tidak ada manusia yang memiliki kecerdasan seperti itu,” jawab Lampar yang juga ikut terbata.Dia dapat melihat dengan jelas bagaimana Lintang menekan titik saraf dan jalur energi lawan.Hal itu membuktikan bahwa Lintang pastilah seorang pendekar. Tapi anehnya, Lampar dan para pendekar lain tidak bisa menemukan adanya energi apa pun di tubuh Lintang.Ini merupakan sebuah misteri besar yang sangat ingin mereka pecahkan.“A-apa mungkin dia titisan seorang dewa?” tanya pendekar lain.“Itu mungkin saja Waso, ta-tapi bukankah dewa tidak pernah turun ke dunia?” Lampar mengurut keningnya

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 16 Nasib Naas Komplotan Santana

    Secara ajaib, rasa sakit dari semua luka Balada seketika sirna, membuat pemuda itu kembali dibuat terkejut olehnya.“Kakak tidak perlu bertanya dulu ya. Sekarang kakak istirahatlah di sini. Mereka biar Kusha yang hadapi,” tutur Lintang dengan nada tenang.“Ta-ta—tapi adik kecil,” Balada berniat mencegah Lintang karena khawatir.Tapi bocah itu tidak memperdulikan kakaknya di mana Lintang langsung melangkah maju mendekati bibir sungai menyambut kedatangan Santana yang sangat marah.“Ka-kau?” Santana mengigit bibir dengan mata berkilat geram terhadap Lintang.Dia juga sebetulnya terkejut mendapati bocah kecil itu bisa menahan serangannya.Tapi amarah di hati Santana lebih besar dari keterkejutannya. Sehingga dia bertekad akan menghabisi Lintang terlebih dahulu sebelum Balada.“Hahahahaha, Kenapa? apa kau kaget, Pemuda sialan!” nada bicara Lintang tiba-tiba berubah layaknya orang dewasa membuat bulu kuduk Santana seketika berdiri mendengarnya.Namun amarah di hati Santana tetap tidak meng

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 15 Lintang Turun Tangan

    Setelah menarik napas panjang, Burok Lawe dan semua temannya kembali berlesatan menyerang.Tapi kali ini mereka maju bersama Santana membuat kekuatan kelompok itu menjadi semakin besar.Ahasil, Balada pun terpojok dalam waktu singkat. Bahkan di tubuhnya kini terdapat banyak sayatan luka.Darah mengucur dari tangan, kaki, dan punggung pemuda itu sehingga kekuatan Balada berangsur melemah, membuat dia kesulitan melihat arah gerakan lawan.Hingga pada akhirnya, Balada terkapar tidak berdaya. Dia terlempar jauh setelah menerima tendangan keras dari Santana.“Hahahaha, sudah kukatakan. Kau tidak akan pernah mengalahkanku, Balada,” Santana tertawa senang.Begitu pula dengan Burok Lawe dan para pendekar lain.Awalnya Burok Lawe dan para pendekar tersebut segan terhadap Balada. Bahkan mereka sempat ketakutan dengan jurus pedang yang dikeluarkan lawan.Namun setelah melihat Balada kalah, rasa segan dan takut para pendekar itu sirna berganti kesombongan ingin menghabisi Balada dan adiknya.“Bag

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 14 Murka Balada

    Brak!Anak muda tadi jatuh tersungkur menghantam permukaan tanah, tapi dia dengan cepat kembali berdiri dengan mata berkilat penuh amarah.“Bangsat! Siapa ka-kau ...?” anak muda itu berteriak keras memaki yang menyerangnya.Namun ketika melihat Balada, dia mulai ragu hingga tidak mampu berkata-kata.Sementara semua temannya serentak melebarkan mata terkejut bukan buatan.Semua orang tahu bahwa Balada adalah pemuda yang jenius dalam bidang bela diri.Sosoknya sangat disegani oleh semua anak di desa Sunjaya. Termasuk oleh kelompok pemuda tadi.Mereka tidak tahu Balada telah pulang karena selama beberapa minggu ini, para pemuda itu bersembunyi di perguruannya takut perbuatan mereka terhadap Kusha tempo hari diketahui oleh saudagar Weda.Tapi ketika tidak ada kabar berita tentang Kusha, mereka pun kembali turun gunung untuk memastikan bahwa aksinya tidak pernah diketahui orang lain.Dan ternyata benar, mereka kembali menemukan Lintang di tepi sungai. Namun ketika akan kembali mencelakainy

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status