Home / Fantasi / Legenda Pendekar Biru / Bab 215 Buta Arah

Share

Bab 215 Buta Arah

Author: Pujangga
last update Last Updated: 2025-08-31 19:37:03

“Bagaimana sekarang prabu?” tanya raja Kancradaka, dia tahu Lintang akan menghadapi perang besar sehingga segera mengingatkannya.

“Aku dan dia akan pergi ke wilayah kerajaan Galatik. Kau bersiaplah jika suatu saat aku panggil untuk mengikuti perang,” jawab Lintang serius.

“Begitu rupanya, dengan senang hati teman,” angguk Raja Kancradaka.

Sementara Raja Angkala mengerutkan kening tidak mengerti, “Perang? Apa anda sedang memiliki masalah prabu?” tanya raja Angkala penasaran.

“Hihihi, benar! Aku sedang menyelesaikan kemelut besar di dunia manusia,” ungkap Lintang.

Mendengar itu, semua pasukan siluman buaya serentak berlutut siap menerima perintah Lintang.

“Kami siap menghadapi apa pun, bawa kami bersamamu gusti prabu,” tutur Patih Kora.

“Hahaha, tentu! Aku tentu akan membutuhkan bantuan kalian, tapi tidak sekarang,” Lintang tertawa merasa senang.

Dia cukup terkesan dengan kesetiaan dan kepedulian siluman buaya yang langsung rela mengabdikan hidupnya.

“Sekarang kalian perbaiki dulu alam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 588

    “Terimakasih pak pelayan, kalau boleh tahu kalian di sini menjual apa?” tanya Putri Purbararang.“Anda sepertinya bukan orang sini, Nona,” ujar pelayan bisa mengenali suara Putri Purbararang.“Aku memang seorang pendatang, makanya aku bertanya? Jika orang sini mungkin aku tidak akan pernah bertanya,” ketus putri Purbararang.“Ma-maafkan aku nona, sungguh aku tidak bermaksud ...,”“Cukup tuan, sekarang katakan, apa kau ingin menjawab pertanyaanku atau tidak?” tegas putri Purbararang.“Ba-baik nona, kedai kami menjual kudapan umbi bakar dan umbi kukus, silahkan masuk,” pelayan tadi terbata takut akan tekanan aura putri Purbararang.“Nah, seperti itu kan enak, baiklah! Bawakan aku kudapan umbi bakar ke meja yang ada di pojok sana,” ujar sang putri sembari menunjuk ke arah meja dekat jendela.“Ba-baik nona, segera,” angguk pelayan sebelum kemudian berlari untuk menyiapkan hidangan, sementara putri Purbararang berjalan menuju mejanya.Di sana terdapat banyak pengunjung, mulai dari saudagar

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 587

    “Cerewet!” Lintang menghentikan langkahnya.Wush! Tap!Lintang mendarat di sebuah hutan yang jauh dari wilayah istana kerajaan Galo.Wush! Tap!Putri Purbararang berhasil menyusul, dia juga ikut mendarat di samping Lintang dengan wajah masam karena merasa diacuhkan.“Kau pemuda menyebalkan!” keluh putri Purbararang.“Hahaha, lantas apa alasanku untuk bersikap lembut kepadamu? Bukankah kita tidak saling mengenal?” Lintang tertawa.“Cih! Aku juga tidak butuh sikap lembutmu,” ketus sang putri semakin kesal.“Dasar wanita!” umpat Lintang.“Mengapa kau pergi? Apa urusanmu di sini sudah selesai?” tanya putri Purbararang kemudian.“Selesai? Hahaha, tentu saja belum. Dasar bodoh! Aku pergi karena perasaanku sedang buruk di sana,” jawab Lintang.“Apa kau takut kepada mereka?” tanya Putri Purbararang seperti ingin menyelidik lebih dalam.“Apa kau melihat ada ketakutan di mataku?” Lintang malah balik bertanya.“Tidak,” putri Purbararang menggeleng.“Masalah desa Hotaya sepertinya tidak sesederha

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 586

    Saat ini Lintang bersama Putri Purbararang telah berhasil memasuki wilayah istana. Mereka sedang mengedap-ngendap memata-matai kaputren raja.“Apa yang kita cari di sini? Mengapa kau tidak langsung sergap saja dan mintai keterangan dari rajanya. Dengan kesaktianmu, aku kira itu tidak akan sulit?” tanya Putri Purbararang tidak mengerti.“Polos boleh, tapi bodoh jangan!” jawab Lintang sembari menggeleng.“Cih! Siapa yang kau maksud bodoh? Dasar pecundang!” ketus putri Purbararang.Tidak ada yang pernah menghinanya seperti itu selain Lintang membuat putri Purbararang sangat geram.Namun entah mengapa dia tidak bisa sakit hati kepada Lintang, sehingga semarah apa pun, Putri Purbararang hanya bisa mengumpatnya tanpa mampu memberi tindakan.Padahal jika saja itu adalah orang lain, maka sudah barang tentu orang tersebut sudah tewas dibunuhnya sedari tadi.“Kita tidak bisa gegabah gadis galak. Sebuah kerajaan tetaplah kerajaan, di sana selalu saja ada orang-orang sakti yang tidak terduga,” un

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 585

    Kerajaan Galo adalah salah satu kerajaan terbesar di wilayah Peri Merah. Sebuah Nagari tempat di mana Rodo Walo kecil menyaksikan kekejaman pasukan kerajaan Sakuta dalam membantai desa dan keluarganya.Namun itu dulu, karena kejadian tersebut telah berlalu beratus-ratus tahun yang silam.Lebih tepatnya ketika Prabu Tapa Zala masih berkuasa, yaitu raja sebelum Prabu Tapa Mukti yang tiada lain adalah ayahnya, atau kakek dari putri Purbararang.Waktu itu Nagari Sakuta sedang menghadapi kemelut pelik dari serbuan bangsa Peri Kegelapan. Bahkan kemelut tersebut sampai merenggut nyawa permaisuri Purbaluwih, istri kesayangan prabu Tapa Zala.Di saat kondisi sedang kacau balau dan dibakar api dendam, Prabu Tapa Zala yang kala itu sedang berkabung menerima hasutan dari salah satu pendekar pengelana.Pendekar tersebut mengatakan bahwa penyebab terbunuhnya permaisuri karena adanya campur tangan ras peri merah, yaitu kerajaan Galo yang di masa itu sedang dipimpin oleh Raja Kopala Sugro.Tidak teri

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 584

    “Hahaha, itu tidak benar!” Lintang kembali tertawa.Kemudian dia menjelaskan bahwa kekuatan mata Lintang tidak sesederhana seperti apa yang dipikirkan putri Purbararang karena Lintang sendiri tidak tahu entah bagaimana cara menggunakannya.Kekuatan mata itu akan aktif dengan sendirinya seakan mengikuti kata hati terdalam Lintang.Kebetulan saat melihat Cololimbo, Lintang waktu itu sedang sangat ingin tahu mengenai identitas pria tersebut. Sehingga secara tidak terduga, penglihatan Lintang bisa menembus pakaian musuh.Seperti saat pertama kali dia bertemu dengan para pendekar bertudung, mata Lintang secara tidak sengaja mampu melihat warna rambut mereka seakan mata itu sengaja menunjukan kepada Lintang mengenai identitas lawan yang akan dihadapinya.Namun ketika kekuatan tersebut dicoba kepada putri Purbararang, mata Lintang malah mengalami buram sesaat seperti tidak menghendaki digunakan untuk berbuat nakal.Lintang sendiri tidak mengerti entah dari mana asal kekuatan itu, yang jelas,

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 583

    “Sekali pecundang memang akan terus menjadi pecundang. Dasar pembual,” ketus putri Purbararang.“Haih! Terserah dirimu saja, dasar gadis galak,” Lintang tidak mau kalah.“Aku punya nama sialan! Dasar pecundang!” teriak putri Purbararang.“Hahaha, punya nama ya! Jadi siapa namamu?” tanya Lintang.“I-itu ...,” Putri Purbararang bingung tidak tahu entah harus menjawab apa, “lupakanlah! Aku tidak mau memberitahu orang seperti dirimu,” kelit sang putri sembari membuang pandangan.“Perempuan memang sulit dimengerti, baiklah!” angguk Lintang sedikit kecewa, tetapi bagaimana pun, dia mau tidak memaksa orang lain.“Karena mayat-mayat itu sudah kau bereskan, jadi, ayo kita masuk! Aku tidak mau kau pergi dari pengawasanku,” seru Lintang.“Mengapa kau tidak lepaskan saja aku, pencundang? Bukankah aku sudah meminta maaf?” teriak putri Purbararang.“Hahaha, tidak semudah itu gadis galak! Kau sempat hampir membunuhku. Melepasmu sekarang sama saja dengan membongkar arah tujuanku, tidak-tidak! Aku tid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status