Beranda / Fantasi / Legenda Pendekar Biru / Bab 400 Benturan Batin

Share

Bab 400 Benturan Batin

Penulis: Pujangga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-07 11:34:05

Bab 400 Benturan Batin

Mendengar itu, senopati Darya pun lantas mulai bercerita mengenai sosok Prabu Karpala kepada Galuh. Membuat lelaki bertopeng tersebut langsung tertegun tidak bisa lagi berkata-kata.

Tubuh Galuh bergetar tak kuasa menahan kesedihan, sementara air matanya mulai mengalir merambat membasahi pipi.

Namun senopati Darya dan yang lain tidak mampu melihatnya karena Galuh masih mengenakan topeng penutup wajah.

Bersamaan dengan terguncangnya jiwa Galuh di alam bangsa Yada, Lintang juga di alam Seba merasakan hal yang sama.

Tubuhnya tiba-tiba saja tidak bisa digerakan entah mengapa, padahal dia saat itu sedang dalam pertarungan.

Seperti terkena sambaran petir yang sangat kuat, Lintang merasakan jantungnya berhenti berdetak, aliran darah membeku, serta hati teramat sakit seakan sedang ditusuk oleh ribuan duri tajam secara bersamaan.

Melihat lawannya hanya diam, 10 mahluk asing berwujud siluman setengah asap langsung mengayunkan tangan mereka berniat mengakhiri pertarungan.

M
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 616

    “Di mana Uwa penasehat, Romo? Mengapa beliau tidak kelihatan?” tanya Putri Purbararang heran.“Uwa sedang terluka parah, anakku. Dia terkena tapak racun Maha Patih Ore Bungoh. Tiada satu pun yang mampu memulihkannya,” ungkap Prabu Tapa Mukti dengan nada lirih.“Uwa ...,” putri Purbararang ikut merasa sedih dengan kondisi sang Penasehat.“Tunggu dulu! Di mana pendekar muda bertubuh biru? Mengapa dia tidak bersamamu Nanda?” tanya Prabu Tapa Mukti heran.Bahkan Maha Patih Rakbi Taji juga sudah sedari tadi mengedarkan pandangan mencari keberadaan Lintang. Akan tetapi sekeras apa pun dia mencoba, sosok Lintang tetap tidak ditemukan.“Hamba di sini, Tuan. Apa anda merindukanku?” Lintang tiba-tiba muncul di sisi putri Purbararang membuat semua orang yang ada di sana serentak melebarkan mata terkaget.“Di-dia? Ba-bagaimana bisa?” Maha Patih Rakbi Taji terbata karena kali ini dia tidak bisa membaca tingkat kanuragan Lintang.“Hahaha, kau memang penuh kejutan anak muda. Tidak heran, putriku ber

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 615

    Langit terlihat sangat gelap seakan bintang-bintang tidak berani menunjukan diri di sana.Udara terasa begitu dingin menyengat tubuh, membuat tiga mahluk asing menggigil mengedarkan pandangan.Sementara awan-awan hitam berarakan saling mengejar seperti waktu berjalan lebih cepat dari kebanyakan tempat.“Di mana kita? Mengapa udara di sini terasa sangat berat?” tanya Samhu tidak mengerti.“Mana aku tahu bodoh! Ini semua karena dirimu. Sial! Kita sepertinya tersedot masuk ke dalam portal yang pasukan musuh ciptakan,” umpat Madu Lanang kesal.“Krrrrrr!” Raja Kancradaka menggeram.Dia terpaksa harus terus menggunakan wujud Sthira akibat udara di tempat itu terlalu berbahaya.“Bedebah! Mengapa kalian menyalahkan aku? Bukankah sudah kuperingatkan kepada kalian untuk pergi!” bentak Samhu tidak terima.“Cih! Sekali bodoh, akan tetap bodoh!” Madu Lanang berdecak semakin kesal.“Sialan! Mari bertarung denganku!” Samhu menarik tongkatnya menantang Madu Lanang.“Siapa takut? Ayo maju!” teriak Mad

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 614

    Di tempat lain, Madu Lanang, Samhu, dan Raja Kancradaka lagi-lagi kembali bertarung melawan para prajurit peri kegelapan.Tetapi kali ini bukan karena ingin menyelamatkan penduduk, melainkan Samhu sendiri yang mencari masalah dengan mencegat rombongan pasukan musuh yang hendak melintas.Samhu melakukan itu karena ingin membalas dendam atas hancurnya sebuah desa yang pernah dia lewati.Di mana beberapa hari lalu, rombongan Madu Lanang tidak sengaja melintasi sebuah desa yang sudah porak-poranda. Semua penduduknya tewas dibantai secara mengenaskan.Sementara anak-anak dijadikan santapan sehingga hanya menyisahkan potongan kepala dan tulang.Sedangkan para gadis mati akibat pemerkosaan panjang oleh ribuan prajurit bejad.Hati Samhu begitu sakit menyaksikan hal itu. Sehingga ketika melihat ada pasukan musuh melintas. Dia langsung melesat terbang melayangkan pukulan tongkat.Wush! Trang! Trang! Trang! Buk! BUMMM.Puluhan prajurit peri kegelapan berhamburan menjadi serpihan daging terkena a

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 613

    “Dahulu, Mbo sempat mendengar bahwa di daratan apung bangsa Pohaci pernah terjadi bencana besar. Yaitu pertempuran berdarah demi mendapatkan sebuah pusaka yang dijuluki pusaka dunia atas,” ungkap Shanti Kinasih.“Pusaka tersebut katanya memiliki energi asing yang amat sangat mengerikan, bahkan mampu menewaskan bangsa Pohaci hanya dengan satu sentuhan. Mbo tidak tahu pasti entah seperti apa wujud senjata itu, namun yang jelas, dia memiliki aura berwarna Jingga,” sambung Shanti Kinasih.Lintang dan kawan-kawan awalnya hanya mendengarkan saja, begitu pula dengan pak tua Angsana, Surua, dan Tomoa.Akan tetapi setelah disimak secara seksama, Lintang tetap masih tidak mengerti, mengapa Jagat bisa berubah bentuk? Dan jika benar itu adalah Jagat, hal ini sungguh tidak masuk akal karena rentetan waktu antara kematian dirinya dengan kepergian Jagat sangat berbeda dengan cerita yang dipaparkan oleh Shanti Kinasih.“Apa mungkin Jagat mengalami penomena distorsi waktu di dalam batas ruang dan wakt

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 612

    “Inikah kekuatan bangsa Pohaci?” gumam Bawana hampir tidak percaya.Lintang yang mendengar itu hanya tersenyum, dia hendak menanggapi apa yang Bawana ucapkan. Tetapi belum sempat Lintang berbicara, Shanti Kinasih sudah kembali mengibaskan selendangnya, membuat 100.000 pasukan musuh tersisa lenyap menjadi serpihan.Namun lagi-lagi Korelumpe berhasil melarikan diri, dia menghilang dari wilayah desa Hotaya dengan menggunakan mantera pemindah yang diberikan pemimpin besar peri kegelapan.Bahkan Shanti Kinasih sekali pun tidak mampu mendeteksi jejak energinya, membuktikan bahwa pemimpin peri kegelapan memang bukan mahluk sembarangan.Bawana , Limo, Mayang, dan Jinggo bergegas melepaskan rantai besi yang mengekang para penduduk desa. Begitu pula dengan putri Purbararang. Bahkan Shanti Kinasih sekali pun turut membantu, dia melesat menghampiri pak tua Angsana, melepaskan belenggu rantai pada tangan dan kakinya.Sementara Lintang malah mematung dengan wajah tegang dipenuhi rasa ketidak percay

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 611

    “Hahahaha, kau pintar sekali, orang tua. Hahaha, cepat katakan?” Korelumpe tertawa terbahak bahak.Sedangkan Tomoa, Surua, dan semua penduduk berikut para pendekar penjaga melebarkan mata tidak percaya.“Jangan pemimpin! Mohon jangan katakan! Biarlah kami semua mati, asal pusaka itu tidak jatuh ke tangan mereka yang berhati jahat,” teriak Tomoa memohon.Buk! Aaaaa!Tubuh Tomoa terlempar menghantam tiang salah satu rumah di sisi alun-alun desa.“Berisik!” salah satu prajurit peri kegelapan mengumpat kesal setelah memukul tubuh Tomoa.“Cepat katakan!” bentak Korelumpe tidak sabar.“Ba-baik, ta-tapi apa ucapanmu bisa kupegang?” ujar kepala Desa memastikan.“Hahaha, tentu saja, orang tua. Korelumpe adalah pendekar yang tidak pernah melanggar janjinya,” Korelumpe tertawa.“Pu-pusaka yang kalian cari ada di bawah kediamanku. Masuk keruangan paling kiri, di sana ada tangga kecil menuju ruang bawah tanah. Na-namun siapa pun yang masuk ke sana, me-mereka tidak akan pernah keluar hidup-hidup,”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status