Share

BAB 7. Perjalanan ke Hilir

Author: Hudi
last update Last Updated: 2023-07-07 17:44:23

Melihat celah yang terbuka, wajah dari Zhang Ji Long tampak tersenyum lebar saat ia merasakan angin segar menyapa kulitnya. Ia langsung bergegas menerobos celah dari batu besar yang selama ini menutupi gua dengan perasaan lega dan bahagia. Ia melangkah keluar dari gua, memasuki dunia yang luar biasa dan memancarkan semangat baru.

“Akhirnya aku bebas!!!”

Zhang Ji Long meluapkan kebebasannya dari Gua dengan berteriak keras yang menggema sampai jauh, suara teriakannya penuh kegembiraan membelah udara seperti deru sang elang yang memenuhi langit, menandakan kemenangan yang menggelegar dan semangat yang tak terbendung. Tangannya diterjang angin saat ia merentangkan lengan ke atas, merayakan kebebasan dan keberhasilannya.

Tak lama, terlihat Zhang Ji Long yang sudah bersiap untuk meninggalkan Gua yang telah ia tempati selama tiga tahun, tubuhnya terlihat sangat kuat dan berotot. Ia terlihat setengah telanjang karena semua pakaian yang diberikan oleh Kakeknya sudah terlalu kecil untuknya. Ia hanya memakai celana yang terbuat dari kulit binatang yang sudah usang yang selama ini menjadi selimut dan perlindungan setianya selama ia tinggal di dalam Gua. Ia tampak mengambil napas dalam-dalam, memandang sekeliling gua dengan rasa haru yang terpatri di matanya. Di hatinya terasa berat, karena gua itu telah menjadi tempat berlatih dan merasakan kedamaian selama tiga tahun. Kitab-kitab berharga yang ia baca menjadi saksi perjalanan menjadi seorang Pendekar Kultivasi. Dengan campuran perasaan sedih dan bersemangat, ia melangkahkan kakinya dengan mantap meninggalkan gua dengan pengharapan baru di dalam dirinya.

“Kakek, aku berjanji akan menjadi pendekar hebat, menghidupkan kembali kejayaan sekte Pedang Putih di negeri Oriental. Aku akan menaklukkan segala rintangan, melatih diri dengan keras, dan mempersiapkan diri untuk memimpin sekte ini menuju puncak kemuliaan yang baru."

Terlihat Zhang Ji Long berjalan menjauh meninggalkan Gua Gunung Es, dalam benaknya tampak api semangat menyala membara, ia berjanji akan mengembalikan kejayaan dari sekte Pedang Putih dan akan berusaha menjadi seorang Pendekar Kultivasi yang hebat. Ia berjalan tanpa arah yang pasti, mengikuti kehendak hatinya yang membimbingnya. Langkahnya turun dari Gunung Es penuh dengan ketidakpastian, namun juga penuh kebebasan. Ia merasakan hembusan angin yang menenangkan saat mengikuti aliran angin itu menuju ke petualangan yang belum diketahui.

“Aku tidak tahu arah setelah meninggalkan Gua Gunung Es ini, tapi aku akan mengikuti nurani hatiku dengan penuh keyakinan. Setapak demi setapak, aku akan menemukan takdirku. Seperti salah satu syair yang pernah aku baca dari Kitab. Percayalah, langkah yang penuh ketabahan, dan jiwa yang takkan pernah ragu akan membawa dirimu pergi ke arah yang benar."

Gunung Es menjulang tinggi dengan puncak yang menjulur ke langit. Dindingnya yang terjal dan licin menakutkan banyak orang, tetapi tidak bagi Zhang Ji Long. Dengan kualitas tulang tingkat ke-9 yang sempurna di Dunia Fana ini, tubuhnya memiliki kekuatan yang luar biasa. Setiap langkahnya di atas bebatuan licin, ia dengan sangat mudah menyesuaikan keseimbangannya. Tubuhnya terasa ringan, seolah-olah terhubung dengan alam sekitarnya. Kekuatan fisiknya memungkinkan dia untuk menghadapi tantangan Gunung Es tanpa kesulitan, menjadikannya seperti bayangan yang melintasi lereng dan lembah dengan lincah dan penuh keyakinan.

Namun, baru beberapa jam ia menuruni Gunung Es itu, tiba-tiba dari perutnya terdengar suara keras yang menandakan bahwa tubuhnya membutuhkan asupan makanan. Sensasi keroncongan mengguncang tubuhnya.

“Ahk!!! Aku sangat lapar sekali. Di Gunung Es ini apa yang bisa aku makan?! Mungkin aku tahan dulu saja, mudah-mudahan di bawah sana dapat aku temukan makanan.”

Tak lama kemudian, terdengar suara geraman dari balik semak-semak. Dalam cahaya senja yang redup di balik semak-semak itu, serigala kelaparan muncul dengan bulu menggigil. Matanya tajam memandang Zhang Ji Long dengan nafsu yang ganas. Mulutnya terbuka lebar mengungkapkan gigi-gigi tajam. Tubuhnya bergetar siap menerkam, mengisyaratkan kelaparan yang mendalam.

“Hmm, ini binatang apa yah? Kalau aku perhatikan ini seperti gambar anjing yang suka aku lihat di kitab-kitab Kakek … .”

“Kira-kira bisa aku makan tidak yah anjing ini?”

Mata Zhang Ji Long terpana melihat seekor serigala yang tidak pernah ia lihat di dalam gua, wajahnya seketika berubah menjadi bingung karena tidak tahu dengan binatang apa yang ada di depannya saat ini. Selain itu, karena perutnya yang sudah sangat lapar, ia sepertinya ingin menyantap serigala itu.

Tanpa menunggu lama lagi, serigala itu langsung melompat ke arah Zhang Ji Long dan berusaha untuk menerkamnya. Namun, baru saja serigala itu mendekat, Zhang Ji Long dengan sekali pukulan dapat melumpuhkan serigala itu dan membuat tubuh serigala itu terhempas ke tanah dengan mata yang menggantung, menandakan akhir ajalnya yang mendadak datang menjemput.

“Anjing ini mati? Mudah sekali.”

Zhang Ji Long duduk dengan penuh kepuasan, memegang sepotong paha serigala yang garing. Aroma daging panggang memenuhi udara. Api kecil membara dari kayu-kayu yang teratur tersusun, menyinari wajahnya yang terlihat sedikit lelah. Ia memanggang serigala itu dengan kayu-kayu yang ia bawa dari Gua.

“Daging anjing ini tidak lebih enak dari ikan yang aku dapat di Gua. Aku merindukan aroma ikan panggang.”

Setelah selesai dengan serigala panggangnya, Zhang Ji Long melanjutkan perjalanannya untuk menuruni Gunung Es ini, kakinya yang kokoh menapaki lereng Gunung Es. Setiap langkahnya membawa kehangatan ke dalam kedinginan Gunung Es. Pemandangan indah dari pegunungan yang menjulang tinggi dan lembah yang dalam menghiasi perjalanan menuju hilir Gunung Es tersebut.

Setelah tiga hari menuruni Gunung Es dengan setiap harinya hanya memakan daging serigala lapar yang selalu muncul menghadang Zhang Ji Long. Akhirnya, ia sampai di tengah gunung Es itu dengan suhu yang lebih hangat terasa. Ia terpesona oleh pemandangan yang tiba-tiba lebih hijau dari sebelumnya. Pohon-pohon menjulang tinggi, menghiasi lereng Gunung Es dengan dedaunan yang segar. Suara angin yang berdesir menyapa daun-daun yang bergoyang menciptakan suasana yang menyejukkan.

“Waah, indah sekali! Baru kali ini aku merasakan suasana sesejuk ini dengan warna hijau yang mulai muncul di beberapa tempat.”

Zhang Ji Long kemudian melanjutkan perjalanannya lagi.

Setelah beberapa jam berjalan, dari kejauhan ia seperti melihat sekumpulan rusa gunung. Namun, yang menarik perhatiannya adalah keberadaan tanduk yang terpancar dari kepala yang menurut Zhang Ji Long itu adalah anjing.

“Waah! Banyak sekali anjing disana! Ta-tapi kenapa mereka memakai tanduk di kepalanya! Pasti itu adalah binatang iblis. Aku tidak mau memakannya.”

Kruek!!

Kruek!!

Suara dari perut Zhang Ji Long terdengar lagi dengan sangat keras.

“Ternyata anjing iblis ini rasanya lebih enak daripada anjing berbulu lebat di atas gunung es.”

Terlihat Zhang Ji Long yang akhirnya memanggang rusa gunung tersebut, walaupun pada awalnya ia merasa ragu karena dianggapnya rusa itu adalah anjing iblis karena bertanduk. Namun, karena rasa lapar yang sudah melewati batasnya, ia tetap saja menyantap rusa itu.

Tiga hari berlalu …

Zhang Ji Long terkesima melihat air terjun untuk pertama kalinya. Ia berdiri takjub di tepi air terjun, memandang dengan mata terbuka lebar. Air terjun menjulang tinggi, memancarkan kekuatan alam yang luar biasa. Gemuruh air yang jatuh dengan deras menciptakan semburat kabut yang mempesona, mengisi udara dengan kelembutan dan keindahan yang memikat. Ia melompat dengan penuh semangat ke dalam sungai yang mengalir deras di bawah air terjun. Tubuhnya terhempas oleh arus air yang kuat, sementara tetesan air menyiraminya. Ia merasakan sensasi segar dan kebebasan saat tubuhnya bergerak di antara riak-riak air yang mengalir dengan kekuatan yang tak terbendung.

“Anak kecil! Siapa kamu?!”

Tiba-tiba datang seorang pria yang berteriak kepada Zhang Ji Long.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Silalahi Sabam
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 61. Mencari Petunjuk

    Guru Zi Feng merasa bahwa untuk menjaga kerahasiaan penyelidikan dan mencegah pelaku sebenarnya curiga, dia harus tetap memberikan hukuman kepada Li Wei dan teman-temannya. Ini adalah keputusan yang sulit, tetapi dia yakin bahwa ini adalah langkah yang tepat dalam menjaga keadilan dan mengungkap pelaku sebenarnya.Guru Zi Feng menyampaikan hukuman dengan suara lembut, dan para siswa, termasuk Li Wei dan teman-temannya, merasa lega mendengar kata-kata selanjutnya."Saya tahu bahwa ini adalah langkah yang tidak adil, tetapi ini adalah keputusan yang perlu kita ambil untuk menjaga kerahasiaan penyelidikan. Hukuman ini hanya untuk berpura-pura, agar pelaku sebenarnya tidak curiga," ujarnya dengan penuh kebijaksanaan.Li Wei, yang awalnya merasa kecewa oleh hukuman yang diberikan, sekarang merasa lega karena dia tahu bahwa Guru Zi Feng berada di pihaknya. Dia bersama dengan teman-temannya mengangguk sebagai tanda penghormatan kepada guru mereka.Zhang Ji Long dan Zhao Fang Jia juga merasa

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 60. Siapa Dalangnya?

    Ketika Zhang Ji Long dan Zhao Fang Jia hendak berjalan kembali menuju Guru Zi Feng untuk melaporkan kerusakan taman, Li Wei tiba-tiba menghentikan mereka dengan suara tenang. Dia tampak berusaha membela diri."Benar, bukan kami yang merusak taman ini," ucap Li Wei menjelaskan dengan wajah serius. "Kami baru saja dihukum oleh Guru Zi Feng. Kenapa kami harus mencari keonaran lagi? Kami tahu bahwa taman ini sangat berharga bagi guru kita."Zhang Ji Long dan Zhao Fang Jia terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Li Wei. Mereka menyadari bahwa Guru Zi Feng memang baru saja memberikan hukuman kepada Li Wei dan teman-temannya. Tindakan merusak taman yang indah ini pasti akan menambah kesulitan dalam kondisi mereka.Namun, Zhang Ji Long tetap tegas. "Kami mengerti itu, Li Wei, tetapi kami juga memiliki kewajiban untuk melindungi dan merawat taman ini. Kami tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan kami harus memberi tahu Guru Zi Feng tentang kerusakan ini. Biarkan dia yang menentukan apa yang

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 59. Taman yang Rusak

    Siang hari di Taman rahasia bagaikan pagi karena kabut putih yang lembut dan berembun menyelimuti setiap sudutnya.Kabut putih yang lembut dan berembun memberikan suasana ajaib kepada Taman Rahasia pada pagi yang cerah ini, seakan-akan dunia di dalam taman ini telah merembes keluar dari mimpi, kabut itu menjalari setiap batang tanaman dengan lembut, memberikan sentuhan kelembutan pada daun-daun yang diberkahi dengan tetesan embun. Cahaya matahari yang berusaha merayapi kabut tersebut menciptakan perpaduan kontras yang memukau, menciptakan panorama yang begitu memesona dan menenangkan, di tengah pesona kabut yang mengambang, aroma bunga-bunga taman pun semakin terasa. Setiap kelopak bunga menjadi seperti lukisan alami yang dilengkapi dengan detail embun yang gemerlap, dengan kabut lembut itu juga memberi kesan misterius pada patung-patung kecil yang tersebar di seluruh taman, seolah-olah memberi jiwa pada benda-benda bisu tersebut. Melangkah perlahan di lorong-lorong taman adik dari

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 58. Catatan Bahan Dapur

    "Maafkan kami, Tuan Pendekar, kami tidak menyadari siapa Anda sebenarnya," ujar Li Wei dengan suara penuh penyesalan kepada Zhao Ze Ling, mengakui ketidak pahaman mereka terhadap identitas sebenarnya.“Kami bersedia menerima konsekuensi dari perbuatan kami,” ucap Li Wei dengan rendah hati, menunjukkan kesiapan untuk menghadapi akibat dari tindakan mereka.“Biasanya aku akan langsung membunuh orang-orang bodoh seperti kalian!” gertak Zhao Ze Ling dengan tatapan tajam yang membuat udara terasa tegang, mengisyaratkan ancaman nyata atas tindakan kelompok "Lima Bayangan Malam"."Namun, kalian beruntung hari ini. Kalian tidak akan merasakan dampak dari ketidaktahuan dan kelancangan kalian, karena aku akan memberikan kalian kesempatan untuk menebus kesalahan ini," lanjut Zhao Ze Ling dengan suara dingin.“Aku kagum dengan keberanian kalian. Akan aku masukkan kalian ke dalam Sektek ku sebagai ‘Murid Luar’,” ucap Zhao Ze Ling dengan suara tegas, memberikan penghargaan atas keberanian mereka sa

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 57. Ketua Pengurus Perpustakaan

    Sementara itu, Zhao Fang Jia dan Zhang Ji Long tampak mengelilingi Perpustakaan yang terlihat sangat berantakan itu, bekerja sama dalam usaha untuk merapikan kerusakan yang terjadi semalam. Dengan tekad yang kuat dan rasa tanggung jawab terhadap Sekte Pedang Merah, mereka saling berkoordinasi dalam membersihkan, memperbaiki, dan mengatur kembali buku-buku serta artefak berharga yang tersebar. Meskipun situasi yang mereka hadapi tidak mudah, semangat mereka untuk menjaga integritas perpustakaan dan menghormati nilai-nilai sektenya tidak pernah pudar, membuktikan dedikasi mereka dalam menghadapi tantangan yang sulit.Zhao Fang Jia, dengan pandangan yang tajam dan hati yang penuh tekad, juga menyempatkan diri untuk mengamati secara rinci setiap sudut perpustakaan, mencari petunjuk yang mungkin bisa membantu mengungkapkan penyebab dari peristiwa semalam. Meski tidak memiliki bukti konkret, dia berusaha menggunakan nalurinya sebagai penjaga perpustakaan untuk melihat tanda-tanda atau pe

  • Legenda Penguasa: Pendekar Naga Putih    BAB 56. Kejutan di Perpustakaan

    Keesokan pagi tiba dengan kilatan kejutan yang melukiskan ekspresi wajah Zhao Fang Jia dan Zhang Ji Long. Mata mereka memandang ke sekeliling perpustakaan yang biasanya rapi dan tertata dengan penuh keterkejutan. "A-apa yang terjadi di sini?" gumam Zhao Fang Jia dengan suara gemetar, ekspresi kebingungannya semakin menguat saat ia mengeluarkan kata-kata tersebut. Matanya terus bergerak dari satu sudut perpustakaan yang berantakan ke sudut lainnya, mencoba menggambarkan dalam pikirannya apa yang mungkin telah terjadi semalaman, dengan suaranya terdengar lemah, mencerminkan kekagetan dan kebingungannya yang mendalam atas perubahan dramatis yang terjadi pada tempat yang biasanya ia jaga dengan sepenuh hati. Bibirnya sedikit bergetar, menandakan kegelisahan yang sulit diungkapkan, tergambar betapa ia merasa terkejut dan sedih melihat perpustakaan yang begitu dihormatinya dalam keadaan seperti ini, dan kerinduannya untuk mencari tahu penyebab dari peristiwa tak terduga ini.Sementara i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status