Beranda / Fantasi / Legenda Tongkat Semesta / Bab 241 Hutan Rambut

Share

Bab 241 Hutan Rambut

Penulis: Pujangga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-11 21:03:22

“Dunia macam apa ini, Tari? Apa di kitab yang kau baca tidak ada penjelesannya.” tanya Lintang.

“Entahlah kakang? Di kitab itu tidak menjelaskan tentang dunia perut hewan penjaga.” jawab Anantari.

“Hutan ini semakin lama terasa semakin panas, sementara kita belum menemukan jalan keluar, bedebah.” umpat Asgar.

“Aku juga belum pernah menemukan pepohonan jenis ini di dunia atas, dari pada sebuah pohon, semua tumbuhan disini lebih mirip dengan kaktus di gurun pasir.” ungkap Lintang.

“Dan tidak ada rerumputan sama sekali, kakang,” tambah Anantari.

Memang sejauh mata memandang, jalan yang mereka lewati hanyalah sebuah hutan berpohon aneh, batang pohon tersebut menjulang tingi ke atas, berdahan banyak namun tidak memiliki daun.

Disetiap permukaan kulitnya terdapat duri-duri halus yang tidak tajam, puncak pohonnya selalu bergerak pada arah yang sama meski tanpa diterpa angin, yaitu ke arah utara dan kembali ke arah timur, seperti itu seterusnya.

Semakin dalam Lintang menyusuri hutan aneh itu,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 245 Berlatih Jurus Baru

    Mendengar apa yang dikatakan Ki Cokro membuat Anantari semakin merona merah, dia sangat senang Ki Cokro mendukung Lintang untuk menikah.Lintang tidak mampu lagi berkata-kata, dia melirik ke arah Anantari kemudian berbalik ke arah Ki Cokro dan terus seperti itu sebanyak tiga kali, hingga Ki Cokro terus tertawa menyaksikan Lintang.Tidak pernah dia kira, tawa senang seperti ini akan membali lagi di usia senjanya, setelah tertawa dia menatap jauh keluar goa, tembus hingga kecakrawala di ketinggian langit.“Terimakasih engkau telah mengembalikan kebahagiaanku, wahai sang pemilik takdir.” gumam Ki Cokro dalam hati, tidak terasa air matanya kembali meniti, namun segera dia seka menggunakan punggung tangan karena tidak ingin dilihat Lintang.“Beberapa hari lalu dia mengunjungiku di sini, setelah kehilanganmu, hatinya begitu kosong sama halnya seperti Nimas Ayu,” jelas Ki Cokro dengan nada serius, ada kesedihan di balik nada itu, dimana dirinya merasa iba dengan kehidupan Kelenting Sari.“Ak

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 244 Kabar Kelenting Sari

    “Kwii, Kwii, kwi!” umpat Limo pada Asgar.“Bangssat! dasar beruang sialan,” umpat Asgar dari kejauhan, dia terus mengutuki Limo panjang pendek.Pukulan beruang tengil itu membuatnya terasa pusing dan sangat menyakitkan, terlihat di sudut bibir Asgar terdapat sedikit darah merah.Andai Asgar tidak memiliki energi semesta, kemungkinan dia akan tidak sadarkan diri setelah menerima pukulan itu.“Sial, padahal usianya masih muda, tapi mengapa kekuatan beruang tengil itu bisa sebesar ini,” gumam Asgar tidak percaya.Mendengar mereka Ki Cokro segera melepaskan pelukannya, selanjutnya dia tersenyum senang, suasana ini persis 90 tahun yang lalu, suasana yang sangat dia rindukan.“Dia memang seperti itu guru, mohon dimaklum,” ucap Lintang.“Hahaha, tidak apa-apa bocah, aku senang kalian ternyata masih hidup, tapi mengapa baru kembali? dan kemana kamu selama ini?” tanya Ki Cokro.“Ceritanya panjang, guru,” jawab Lintang seraya melayangkan senyuman bodoh, senyuman yang sudah lama hilang dari mata

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 243 Pertemuan

    “Kwi, kwi, kwii,”“Kau tidak mengingatku, bocah? Dasar sialan,”“Kwi, kwi, kwi,”“Aku tahu, bauku memang asing,”“Hahaha, mencoba membodohi hewanku, dia tidak akan tertipu anak muda, siapa dirimu dan ada perlu apa melewati wilayah kami?” kembali terdengar suara tanpa wujud entah dari mana, membuat Lintang dan Anantari sama-sama mengerutkan kening.“Oii, Bocah gendut, cepat serang dia,” seru suara tanpa wujud tersebut.Mendengar bagaimana cara suara itu memanggil Limo, Lintang menyeringai senang, tidak ada lagi yang memanggil Limo seperti itu selain gurunya.“Hahaha, ternyata sang legenda Si Hantu Ilusi, rupanya, mengapa tidak kau tunjukan wujudmu, pak tua?” Lintang tertawa mencoba menggoda gurunya.Membuat Ki Cokro di balik pepohonan menyipitkan mata memandangi Lintang, dari atas sampai bawah dia memperhatikan Lintang, tidak sedikitpun dia mengingat dan mengenalinya.Namun ketika pendangannya melirik ke arah Anantari, barulah Ki Cokro membelalakan mata.“Putri Kerajaan Daha? benarkah

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 242 Sahabat Dekat

    Asgar ternyata kurang dalam menyusuri goa tersebut, andai dia masuk lebih dalam, maka akan terlihat sinar Mentari.Dengan terseok Tongkat Semesta terus melaju hingga kembali mencapai lautan, mereka keluar dari samping kiri kura-kura raksasa hingga mahluk itu tidak menyadari bahwa Lintang dan teman-temannya meloloskan diri.Lintang dapat menyaksikan kura-kura raksasa tersebut terus berenang ke tengah Samudra, sementara dia masih melayang di atas tongkat semesta.Saat kura-kura raksasa telah menjauh, tongkat semesta seketika berubah kembali menjadi kayu biasa, membuat Lintang, Asgar, dan Anantari jatuh menghantam permukaan laut.Dia benar-benar telah kehilangan seluruh energinya, hingga tongkat semesta tidak lagi dapat berkomunikasi dengan Lintang, Jagat benar-benar kembali menjadi tongkat kayu biasa.“Terimakasih Jagat,” gumam Lintang.Dengan keluarnya dari tubuh kura-kura raksasa, seluruh energi milik Lintang pun kembali dapat di gunakan.Lintang memasukan Asgar dan Anantari pada dunia

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 241 Hutan Rambut

    “Dunia macam apa ini, Tari? Apa di kitab yang kau baca tidak ada penjelesannya.” tanya Lintang.“Entahlah kakang? Di kitab itu tidak menjelaskan tentang dunia perut hewan penjaga.” jawab Anantari.“Hutan ini semakin lama terasa semakin panas, sementara kita belum menemukan jalan keluar, bedebah.” umpat Asgar.“Aku juga belum pernah menemukan pepohonan jenis ini di dunia atas, dari pada sebuah pohon, semua tumbuhan disini lebih mirip dengan kaktus di gurun pasir.” ungkap Lintang.“Dan tidak ada rerumputan sama sekali, kakang,” tambah Anantari.Memang sejauh mata memandang, jalan yang mereka lewati hanyalah sebuah hutan berpohon aneh, batang pohon tersebut menjulang tingi ke atas, berdahan banyak namun tidak memiliki daun.Disetiap permukaan kulitnya terdapat duri-duri halus yang tidak tajam, puncak pohonnya selalu bergerak pada arah yang sama meski tanpa diterpa angin, yaitu ke arah utara dan kembali ke arah timur, seperti itu seterusnya.Semakin dalam Lintang menyusuri hutan aneh itu,

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 240 Seronok

    “Aku tahu, tapi tetap lah, dia belum jadi istriku, perbuatan ini sangat dilarang.” sergah Lintang.“Tapi kalau tuan tidak melakukannya, dia akan terus terbaring seperti itu, bukankah lebih baik dia tersadar dan kita bisa segera mencari jalan keluar.” jelas Tongkat Semesta.Lintang sedikit merenung memikirkan perkataan tongkatnya tersebut, jika dipikir, Jagat ada benarnya.“Baiklah, aku akan melakukannya.” ucap Lintang.Dangan ragu-ragu, dia pun mendekatkan bibirnya ke bibir Anantari, perlahan tapi pasti, Lintang mencium bibir Anantari seraya memejamkan mata, terasa basah dan hangat, kemudian dia tiupkan nafasnya sebanyak tiga kali.Selanjutnya dia berhenti dan kembali bangkit, ada perasaan asing di dada Lintang saat melakukan itu, jantungnya berdetak semakin kencang, pikirannya melayang jauh kemana-mana namun segera dia tepis kembali.“Sial, ada apa dengan diriku,” umpat Lintang.“Kenapa berhenti tuan? dia belum siuman.” terdengar suara Tongkat Semesta.“Melakukan hal seperti ini bagi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status