Masuk“Asgar, dinding batu macam apa itu?” tanya Lintang. Anantari mengangguk ikut membenarkan pertanyaan Lintang, dia sendiri pun memang ingin mengetahui-nya. “Batu ini disebut dengan prasasti, sebuah batu pesan dari masa lalu,” jawab Asgar. “Pesan?” seru Lintang dan Anantari bersamaan. “Benar, kau lihat saja di permukaan batu ini, di sana banyak terdapat simbol huruf,” jelas Asgar. “Benar juga, tapi aksara jenis apa itu? Mengapa aku tidak bisa membacanya,” ungkap Lintang. “Aku juga, kakang, banyak kitab di perpustakaan kerajaan Halimun Putih namun tidak ada tulisan seperti ini,” ungkap Anantari. “Kwii, kwii, kwii,” ungkap Limo. “Hahaha, itu memang merupakan aksara peradaban kuno, kalian tentu tidak akan dapat membaca-nya, ayo kita baca, aku sedikit mengerti huruf-huruf itu,” seru Asgar. “Hebat, tidak disangka kau juga ternyata merupakan cendikiawan, Asgar,” puji Anantari, membuat Asgar kembali besar kepala. “Hahaha, bukankah sudah kubilang, aku ini adalah penguasa dari semua
“Tuan Galuh, aku sudah berubah, tolong ampuni aku,” ucap Asgar dengan terbata.Mendengar itu Lintang, Anantari, dan Limo seketika melirik kepada Asgar, mereka terkaget melihat Asgar begitu sangat ketakutan.Baru pertama kalinya Lintang menyaksikan Asgar begitu ketakutan seperti ini, tidak seperti biasanya ular tengik itu bersikap demikian.Meski dalam situasi apapun, bahkan berada di ambang kematian sekalipun dia tidak pernah setakut ini.“Asgar, apa kau baik-baik saja?” tanya Lintang heran, dia segera mendekat menghampiri ular tengik tersebut.“Kwii, kwii, kwii,” Limo juga ternyata ikut mengkhawatirkannya, dia tidak pernah melihat Asgar sekacau itu sepanjang hidupnya.“Asgar,” seru Anantari.Namun yang ditanya oleh semua orang tetap tidak merespon, dia masih saja memandangi patung Galuh Wardana dengan penuh ketakutan.“Oii, berengssek, ada apa denganmu?” Lintang kembali bertanya saat tepat di depan Asgar.Namun yang ditanya masih tetap tidak merespon, Asgar hanya terus bergumam, Tuan
“Galuh?” seru Lintang dan Anantari bersamaan.“Kwii?” Limo mengikuti belakangan.Asgar memandang lurus kedepan dengan mata terbelalak, tubuhnya bergetar seperti menggambarkan ketakutan yang teramat sangat.Tidak disangka setelah ratusan tahun berlalu dirinya dapat kembali bertemu dengan sosok yang sangat dia takuti.Namun Lintang, Anantari, dan Limo tidak dapat melihat apa yang ular tengik itu lihat membuat Lintang sedikit kesal dan merasa telah di bodohi.“Dasar pembual, apa yang kau lihat di depan sana?” tanya Lintang ketus.“Kwii, kwii!” begitu juga dengan Limo.“Dasar buta, Apa kalian tidak melihatnya? Jelas sekali dia ada di depan kita, liha …. lah! Kemana perginya?”Sekejap Asgar berpaling ke arah Lintang namun saat menyapukan lagi pandangan ke arah depan, Galuh sudah tidak lagi berada disana.“Sial, apa ini hanya halusinasiku saja karena terlalu takut?” gumam Asgar dalam hati.Selanjutnya dia membenahi posisinya kembali agar terlihat gagah di depan semua orang. Seraya tersenyum
“Gumm, Gumm, Gumm.” terdengar kembali auman kura-kura raksasa yang semakin menjauh.“Oiii, terimakasih.” teriak Lintang.“Terimakasih sang penjaga,” teriak Anantari.“Kwi, kwii, wkii,” Limo juga berteriak, namun suaranya begitu kecil dan sumbang.Sementara Asgar melenggang tanpa suara, semenjak turun, dia berubah menjadi ular pendiam, membuat Lintang dan yang lain saling bertatapan seraya mengerutkan kening, selanjutnya mereka mengangkat bahu secara bersamaan.Tepat setelah rombongan Lintang turun, sang kura-kura segera kembali melesat ke tengah lautan kemudian sosoknya hilang di kejauhan.“Aku yakin kita akan bertemu lagi, jaga dirimu, dan terimakasih,” gumam Lintang dalam hati, pemuda itu tersenyum memandangi punggung kura-kura raksasa sebelum dia menghilang.“Ayo kita panjat dinding ini, Limo sebaiknya kau naik ke atas pundakku,” seru Lintang.Mendengar Lintang, Limo segera mengecilkan tubuhnya berubah menjadi beruang kecil yang lucu, dalam satu kali lompatan, dia kini telah berada
“Gumm, Gumm, Gumm!” Sang Gurita raksasa mengumpat panjang pendek mengutuki Si kura-kura.Dia sangat kesal karena ke-empat mahluk yang hendak di bunuhnya dibawa kabur oleh kura-kura raksasa.Limo, Asgar, Lintang dan Anantari kembali terseret arus deras di dalam tubuh sang kura-kura.Beruntung ketika masuk, Lintang segera menggenggam tangan Anantari dan membawanya naik ke atas permukaan tongkat semesta.Sementara Asgar meluncur cepat terseret arus tanpa dapat menahan tubuhnya, benturan demi benturan dia rasakan menghantam duri-duri tajam pada saluran tubuh sang kura-kura.Meski Asgar tidak terluka, dia tetap kesal dan terus berteriak mengumpati kura-kura raksasa tanpa henti.Namun berbeda dengan Asgar, Limo malah berjalan santai mengikuti arah laju Lintang dan Anantari, sedikitpun tubuhnya tidak terpengaruh oleh hukum alam perut kura-kura raksasa, membuat Lintang dan Anantari kembali melebarkan mata melihatnya.“Limo benar-benar aneh, dia masih memiliki energi meski berada di perut hewa
Rahasia asal usul Limo memang masih menjadi misteri, tiada yang tahu entah dari alam mana dia berasal.Jangankan orang lain, Lintang sendiri-pun yang memungut dan merawatnya sedari kecil tidak tahu menahu entah dari mana Limo berasal.Dia menemukan beruang itu tengah terluka parah di kedalaman hutan terlarang di wilayah perguruan Awal Selatan tempo dulu.“Apa mungki …!” gumam Lintang.“Aku juga berpikir demikian kakang,” ungkap Anantari.Keduanya saling berpandangan sebelum berakhir menatap Limo secara bersamaan.“Hahaha, sudah kubilang serangan kita pasti berhasil, benar kan Limo!” seru Asgar senang menepuk punggung Limo dengan ujung ekornya.“Kwi, kwi, kwiii,” ungkap Limo menanggapi Asgar.“Hahaha, aku tahu, aku tahu,” kembali Asgar tertawa.Mereka terlalu awal merayakan kemenangan yang sejatinya belum mereka dapatkan, di saat Asgar dan Limo sedang tertawa, kemudian Lintang dan Anantari sedang berbalik memandangi Limo, gurita raksasa yang marah dengan cepat melancarkan 7 serangan en







