Beranda / Fantasi / Legenda Tongkat Semesta / Bab 96 Perang Final Bagian 6

Share

Bab 96 Perang Final Bagian 6

Penulis: Pujangga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-11 18:33:58

“Oiii, Kakek tua, apa kau punya cara lain untuk menaklukan ular itu?” tanya Lintang.

“Dasar bocah tidak tahu diri, kau harus belajar sopan santun jika berbicara pada yang lebih tua,” umpat Brahma Arya.

“Bukankah kau sendiri juga menyebut dirimu tua, jadi apa salahku? sudahlah bagaimana?” tanya Lintang.

Mendengar ucapan Lintang membuat Brahma Arya memijat kening, dia telah salah berbicara pada anak itu.

“Ada satu cara, tapi ….” jawab Brahma Arya namun tidak selesai, kakek tua itu masih ragu untuk mengungkapkannya.

“Bagaimana?” tanya Lintang.

“Aku memiliki segel terlarang yang dapat mengirim ular itu kembali ke dunia-nya, namun memiliki syarat yang berat,” jelas Brahma Arya.

“Seberat apa syaratnya, Kakek tua?”

“Harus ada orang yang bersedia dikorbankan, orang itu harus yang memiliki ikatan batin dengan ular ini, dengan kata lain, kamulah orang itu, anak muda” ujar Brahma Arya, kemudian dia kembali menjelaskan.

Asgar dapat terbebas dari mantra pengekang milik suku Pukko jika dirinya kembali kedunia asalnya, namun segel pemindah milik Brahma Arya yang dapat mengirim Asgar kedunianya merupakan segel terlarang.

Dimana segel itu hanya dapat digunakan melalui ritual pengorbanan, dengan syarat, orang yang dikorbankan harus tulus dan memiliki ikatan batin dengan mahluk yang akan dipindahkan.

“Seperti itulah, apa kamu siap, anak muda?” tanya Brahma Arya kepada Lintang.

“Aku siap, Kakek tua,” jawab Lintang tegas.

“Dasar bodoh! Kau langsung menyanggupi saja tanpa tahu apa yang harus dikorbankan dari dirimu,” bentak Ki Ageng yang tiba-tiba sudah berada disana, bersama Dewi Rhuyi.

“Tidak apa-apa guru, jika pengorbanan ini dapat menyelamatkan banyak orang, maka nyawapun akan kukorbankan,” tegas Lintang, dia tahu Ki Ageng sangat peduli padanya, namun tidak ada pilihan lain untuk masalah ini.

Andaipun Lintang dapat menguasai ½ dari energi keemasan di dalam tubuhnya, dia tetap tidak mampu membunuh Asgar, ular itu saat ini terlalu kuat, jika dibiarkan, akan banyak nyawa menjadi korban.

Ki Ageng menatap Lintang dengan pandangan berkaca, dia tahu walau tanpa dipinta pun oleh Brahma Arya, Lintang pasti akan mengajukan diri, anak itu memang memiliki jiwa luhur dan kelembutan hati.

“Baiklah, apa bisa kita lakukan sekarang, Kakek tua?” tanya Lintang pada Brahma Arya.

“Belum bisa, kita selesaikan dulu perang ini, mereka harus mendapat ganjaran yang setimpal," jelas Brahma Arya seraya menatap sinis pada dua sesepuh golongan hitam.

Ranu Lawu dan Nyi Rampak pun terkejut melihat tatapan Brahma Arya, keduanya terlalu fokus memperhatikan tongkat semesta yang digenggam Lintang hingga lupa akan situasi.

“Celaka, kita terpojok,” gumam Ranu Lawu.

“Ayo pergi dari sini,” usul Nyi Rampak, dari manapun dia menganalisa situasi, posisi mereka tetap tidak akan menang.

“Benar, ayo!” seru Ranu Lawu, keduanya lantas melesat jauh ke atas langit berniat kabur meninggalkan peperangan.

Namun Brahma Arya yang melihat itu tidak bisa tinggal diam, dia segera membentuk segel tangan menciptakan pedang besar dari energi tenaga dalam, pedang itu kini berwarna merah kebiruan.

Selanjutnya kakek tua itu mendorong kedua tapaknya kearah Ranu Lawu dan Nyi Rampak, membuat pedang besar miliknya langsung melesat cepat menuju keduanya.

Tubuh Ranu Lawu dan Nyi Rampak seketika hancur terkena serangan pedang tersebut, keduanya tewas tanpa tahu siapa yang membunuhnya.

Ranu Lawu dan Nyi Rampak sudah terlalu banyak dosa untuk diampuni, dimana karena ambisi keduanya, ribuan manusia tewas menjadi korban, termasuk para tetua dan murid Brahma Arya sewaktu di Pulau Kehampaan, ditambah ribuan nyawa yang melayang akibat peperangan ini.

“Kalian layak menerimanya,” ucap Brahma Arya.

Menyaksikan pimpinan tertinggi mereka telah tewas, semua pasukan aliansi golongan hitam seketika berlutut, berikut Walang Codet dan para tetua lain.

Mereka memilih menyerah dan siap menerima hukuman, tidak ada yang mau mati dalam peperangan, baik yang menyerang ataupun yang di serang, keduanya bertarung hanya demi mempertahankan keyakinan.

Dengan lenyapnya Ranu Lawu dan Nyi Rampak, maka lenyap pula-lah keyakinan mereka, membuat perang besar ini berakhir dengan kemenangan golongan putih.

Dewi Rhuyi segera memerintahkan para tetuanya yang tersisa untuk mengumpulkan semua pasukan golongan hitam di suatu tempat, mereka akan membantu proses penyegelan Asgar.

Perang besar memang berakhir, namun bencana yang ditinggalkannya jauh lebih besar dari perang tersebut, dimana Asgar yang terkena mantra pengekang suku Pukko merupakan ancaman nyata bagi seluruh manusia.

“Berkumpul disini, tetap siaga, bisa saja ular itu menyerang kemari, dan untuk para tetua, kalian ikut aku,” jelas tetua Arimbi.

Wanita itu melesat bergabung dengan kelompok Ki Cokro yang sudah bersiap diposisi masing-masing, dimana sebelumnya mereka telah mendapatkan penjelasan dari Ki Ageng.

Kelompok Bangga Sora, Sugi, Madu Lanang, Kelenting Sari dan Masayu berada disisi yang sama, dimana semua orang yang masih memiliki tenaga dalam harus berkumpul mengelilingi tubuh Asgar.

Sementara yang lain mempersiapkan posisi, Lintang dan Brahma Arya tengah sibuk menahan serangan Asgar, keduanya membentuk kubah berlapis dari energi untuk mengurung ular tersebut.

“Apa semuanya sudah siap?” seru Brahma Arya bertanya kepada Ki Ageng.

“Sisi barat sudah siap,” jawab Ki Ageng.

“Bagaimana yang lain?” kembali Brahma Arya berseru.

“Sisi timur siap, kakang Brahma,” Dewi Rhuyi.

“Selatan siap, Sesepuh,” Ki Cokro.

“Utara juga siap, Sesepuh,” tetua Daeng Lambada, dia segera berkumpul saat diseru oleh Ki Ageng.

“Baiklah, kita mulai sekarang,” ucap Brahma Arya lantang seraya mengangguk kepada Lintang.

Kubah lapis pertama seketika lenyap karena Lintang menarik kembali energinya, dia segera masuk kedalam kubah ciptaan Brahma Arya dan terbang mendekati Asgar.

Terlihat Brahma Arya sedikit kesusahan menahan Asgar seorang diri, tetapi bagaimanapun dia tetap harus bisa menahannya.

Lintang dengan cepat mendarat mulus di atas kepala Asgar, selanjutnya dia mengangguk kearah Brahma Arya.

Kakek tua itu juga mengangguk, kemudian dia segera membaca mantra, setelah selesai, Brahma Arya dengan cepat menarik tangannya dari kubah raksasa membuat kubah tersebut seketika lenyap.

Selanjutnya dia segera membentuk segel tangan dan mengarahkannya kepada Lintang dan Asgar, dari dua telapak tangannya tiba-tiba muncul banyak rantai kecil berwarna merah dengan ujung runcing seperti anak panah.

Rantai itu dengan cepat meluncur kebawah menemus tubuh Lintang dan selanjutnya menancap ke tubuh Asgar membuat keduanya saling terikat.

Masayu dan Kelenting Sari langsung membelalakan mata menyaksikan itu, sebelumnya mereka tidak menerima penjelasan jika Lintang akan di korbankan, membuat keduanya berteriak keras memanggil nama ‘Lintang’. Namun percuma saja, Lintang sudah terlanjur terikat dengan tubuh Asgar.

Begitu juga dengan Sugi dan Madu Lanang, keduanya hampir saja menerobos masuk menyelamatkan Lintang namun segera ditahan oleh Lintang dengan isyarat menggelengkan kepala.

Limo tidak dapat berbuat apa-apa karena sebelumnya Lintang sudah memberikan pesan suara kepadanya agar tetap menjaga Masayu untuk dirinya.

Sementara Ki Cokro dan Ki Ageng sudah sedari tadi meneteskan air mata walau tanpa sepengetahuan orang lain.

Bangga Sora yang mendengar Masayu berseru nama Lintang seketika membuka mata, dia sempat curiga dengan pendekar bercaping itu, namun masih belum yakin dimana tidak mungkin Lintang berubah menjadi pendekar sesakti itu, dimana dia tidak memiliki inti energi.

Dan sekarang dia sudah yakin bahwa itu adalah Lintang yang dia kenal, bersama 5 temannya dia juga ikut berseru memanggil nama Lintang.

Para tetua perguruan Awan Selatan masih belum yakin dengan pemikiran mereka, sangat tidak mungkin pemuda itu adalah Lintang yang mereka kenal.

**

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 271 Kelompok Manusia Aneh

    Hari masih terik dimana Sang Surya baru saja mencapai ketinggianSaat itu kubah energi yang berbentuk bundar terus saja meluncur membawa Lintang, Anantari, dan Limo menghantam daratan dengan sangat keras.Namun meski begitu, tubuh ketiganya tidak mengalami luka apapun, karena kubah energi sempurna milik Lintang memiliki kekerasan yang sangat kuat.“Sial, dia membuang kita, dimana ini?” umpat Lintang seraya menarik energinya kembali, membuat kubah energi seketika lenyap menjadi butiran cahaya.“Kwii, kwii, kwii,” teriak Limo dengan suara kecil yang tidak enak didengar.Limo berteriak mengumpati burung raksasa yang masih berputar-putar di angkasa, burung itu terus memekik, namun tidak ada seorang pun yang tahu entah apa yang dikatakannya.“Kweeak!”Seakan menjawab seruan Limo dia kembali memekik, tetapi setelah itu sang burung langsung melesat jauh ke-atas langit dan lenyap entah kemana.“Apa kau mengerti bahasanya Limo?” tanya Anantari.“Kwii, Kwii,” jelas Limo. Membuat gadis itu lang

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 270 Terdampar

    BUMMMM!Seperti sebuah batu meteor yang menghantam daratan, serangan itu menciptakan ledakan lebar yang menggema di ketingian.Gelombang energi dari serangan mereka mampu menghempaskan burung raksasa, hingga dia terlihat seperti kesakitan dan terdapat sedikit darah merah di salah satu sudut paruhnya.“Kweaak, kweeak,” terdengar kembali dia memekik keras.Entah apa yang dikatakannya, kemungkinan burung itu sedang mengumpat mengutuki kelompok Lintang yang berhasil memojokannya.“Ternyata energi Limo benar-benar mempan pada mereka kakang,” ungkap Anantari mendekati tempat Lintang.“Kau benar Tari, bagus Limo, kau hebat,” ucap Lintang seraya memuji Limo.“Kwii, Kwii,” ungkap Limo.“Ya, kami juga tidak mengerti, namun energimu bisa menembus pertahanan hewan penjaga.” jelas Lintang.Beruntung Asgar saat ini sedang tertidur, andai dia tahu Limo mendapatkan pujian, ular tengik itu pasti akan heboh dan segera membanggakan dirinya sendiri.“Kweeeaak!”“Bersiaplah, dia kembali datang,” seru Lint

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 269 Burung Punggung Biru

    “Apa kita akan menjelajahi dulu dunia di balik dataran es ini kakang?” tanya Anantari.Semua orang kini telah naik kepermukaan, Kuil Teratai Putih yang tiada lain adalah Candi prasasti Galuh Wardana sudah kembali tenggelam jauh kebawah lantai es setelah Lintang meneteskan darahnya.“Sepertinya kita harus kembali Tari, suatu saat, akan kujelajahi dunia yang luas ini bersamamu,” jawab Lintang, membuat Anantari sangat senang.“Oiii, mengapa kau kubur lagi candi itu?” tanya Asgar.“Tidak ada manfaatnya candi itu muncul di permukaan, tidak akan ada seorangpun yang mampu hidup di wilayah sedingin ini,” jawab Lintang pada Asgar.“Hahaha, baiklah, lebih bagus candi itu di kubur kembali, ayo pergi,” ajak Asgar pada semua orang, dengan sikap acuh setelah mendengarkan jawaban Lintang.“Oiii sialan, jadi untuk apa kau bertanya tentang Candi itu?” tanya Lintang mengerutkan kening.“Hahaha, hanya ingin tahu saja, memang tidak boleh?” Asgar tertawa terbahak-bahak.“Dasar ular gila, mahluk tidak jela

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 268 Musuh Kuat

    “Dewa? Kala Yuda?” tanya Lintang.“Benar, para dewa memanggilku dengan Kala, tapi ayahmu memanggilku Yuda,” jawab Kala Yuda.“Dari mana kau tahu aku ini adalah anaknya?” kembali Lintang bertanya.“Kegelapan dan cahaya, unsur yang saling bertolak belakang itu ada berdampingan dalam dirimu, hanya dia dan keturunannya yang memiliki itu,” jelas Kala Yuda.“Apa kau bisa membawaku untuk bertemu dengan-nya?” tanya Lintang.“Hahaha, tidak dalam bentuk jiwa, suatu saat kau akan tahu cara bagaimana bertemu dengannya.” ungkap Kala Yuda.“Seperti apa dia?” tanya Lintang cepat.“Sama sepertimu, bodoh, konyol, tidak suka menunggu, dan yang paling mirip dari kalian adalah tatapan mata itu,” jelas Kala Yuda.“Seperti apa kekuatannya saat ini?” tanya Lintang.“Sial, ternyata dia lebih cerewet dari pada ayah-nya,” gumam Kala Yuda dalam hati.“Dia adalah orang yang membunuh kaisar iblis sebelumnya, kaisar iblis di dunia-mu saat ini hanyalah keturunannya saja, makhluk itu adalah pangeran ke-7 bangsa ibli

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 267 Kala Yuda

    Anantari tengah berada di dunia antah berantah tepatnya di dalam dunia batin, di hadapannya ada sosok lelaki gagah yang tiada lain adalah jelmaan dari dewa Taya.Bertubuh tinggi kekar dengan pakaian sederhana, namun wajahnya sangat bersih sekali dan tampak mendamaikan.“Kehidupan tidaklah benar-benar hidup, dan kematian tidak benar-benar mati. Kenyataan adalah kekosongan, dan kosong adalah sebuah esensi dari keberadaan.” ucap Sang Taya pada Anantari.“Aku tidak mengerti sang maha tinggi?” ungkap Anantari.“Suatu saat kau akan mengerti, dunia tidaklah hampa, tapi kehampaan itu akan tetap ada, kau memiliki kebersihan hati, jagalah dia dengan segenap hidup-mu,” pesan Sang Taya.“Bagaimana cara aku memahaminya, Sang Taya?” tanya Anantari.“Dia akan membimbingmu menemukan pemahaman, sebagian kekuatanku telah kuwariskan padamu dan padanya, kalian adalah satu, dan satu memiliki banyak makna,” jawab Sang Taya.Semua ucapan yang Anantari dengar begitu sangat membingungkan, namun gadis itu tida

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 266 Sang Taya & Dunia Keemasan

    Meski masih diselimuti rasa ketidak percayaan, Lintang mulai memejamkan mata melakukan Tapa Brata, sebisa mungkin dia harus membuang permasalahan dunia untuk dapat mencapai kedamaian jiwa dan masuk pada alam yang dituju.Tidak ada waktu baginya memikirkan diri sendiri, dia harus berkonsentrasi memperkuat tubuh untuk persiapan menghadapi kaisar iblis.Dengan merasakan kepingan jiwa Sang pemilik energi keemasan, Lintang mulai menyebrangi tirai demi tirai batas dimensi alam batin.Anantari dengan setia menunggu Lintang di ruangan utama candi, lebih tepatnya Kuil Teratai Putih.Sampai saat ini, sudah genap dua hari Lintang bertapa, namun belum menemui perubahan apapun di tubuhnya.Meski tidak dapat masuk ke alam batin Lintang, Anantari dapat melihatnya dari tubuh fisik pemuda itu.Tidak ingin ketinggalan oleh calon suaminya, Anantari juga melakukan Tapa Brata masuk ke alam antah berantah yang sebelumnya dia sempat terkurung.Ada sesuatu yang hendak dia buktikan di dunia itu, dulu, Anantar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status