Beranda / Fantasi / Legenda Tongkat Semesta / Bab 97 Perang Final And

Share

Bab 97 Perang Final And

Penulis: Pujangga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-11 18:34:57

Melihat semua rantai telah masuk ketubuh Lintang dan Asgar, Brahma Arya selanjutnya melemparkan ujung rantai ditangannya pada para pendekar yang sebelumnya sudah mengelilingi tubuh Asgar.

Seketika ujung rantai itu melesat dan menempel pada telapak tangan semua orang, “Tarik rantai itu dengan kuat dan jangan dilepaskan!” seru Brahma Arya.

Seperti perintah Brahma Arya, setiap pendekar yang mengelilingi Asgar dan Lintang segera menarik rantai tersebut dengan kuat, membuat Lintang berteriak keras karena ujung dari semua rantai itu menembus tepat di punggung Lintang.

Menyaksikan itu, Ki Ageng, Ki Cokro, Masayu, Kelenting Sari, Sugi, Madu Lanang, Bangga sora dan kelima temannya, langsung melonggarkan pegangan rantai karena tidak tega melihat Lintang.

Membuat Asgar kembali mengamuk dan semakin menyiksa Lintang, namun dengan tenang pemuda itu mengalirkan energi keemasannya pada kepala Asgar.

“Apa yang kalian lakukan? Jika kita gagal, maka kematian anak muda itu akan menjadi sia-sia,” seru Brahma Arya.

Mendengar itu dengan sangat terpaksa mereka kembali menarik rantai ditangannya, wajah Masayu dan Kelenting Sari telah basah berderai air mata, mereka sungguh tidak tega melihat penderitaan Lintang.

Begitu juga dengan Sugi dan yang lainnya, andai dapat berbagi rasa sakit, mereka rela berbagi itu dengan Lintang, namun semuanya hanya dapat pasrah karena tidak memiliki ikatan dengan Asgar.

Brahma Arya kembali membentuk segel tangan, menciptakan simbol aneh berbentuk lingkaran raksasa diatas langit.

“Sekarang!” serunya pada Lintang.

Lintang segera menggigit ibu jari tangannya hingga berdarah, dan darah itu dia teteskan pada kepala Asgar, membuat kesadaran Asgar seketika kembali, namun percuma saja, fortal gaib sudah terlanjur terbentuk dari simbol lingkaran raksasa di atas langit.

Tubuh Asgar dan Lintang perlahan memudar, dimulai dari ekor Asgar dan kaki Lintang.

Asgar terkejut menyaksikan pengorbanan Lintang untuk dirinya, dia memang terkadang kesal terhadap pemuda itu yang selalu saja berdebat disetiap perjalanan, namun disadari atau tidak, ikatan hati keduanya sudah terbentuk dan semakin dekat seiring banyaknya petualangan yang mereka lalui bersama.

Seketika Asgar menitikan air mata memandang Lintang penuh haru, “Maafkan aku karena telah menyusahkanmu,”ucap Asgar lirih.

“Apa yang kau katakan ular tengik, tidak ada yang harus dimaafkan, kita berdua adalah sampah di dunia ini, sudah sepantasnya keberadaan kita lenyap,” sergah Lintang yang juga meneteskan air mata.

Mendengar itu, para tetua, guru, dan semua murid perguruan Awan Selatan pun langsung tersentak membelalakan mata, kini mereka yakin bahwa itu adalah Lintang, Lintang yang selalu mereka anggap lemah, Lintang yang hidup seorang sendiri dan selalu mereka sakiti, dan Lintang yang selalu kesepian karena mereka tidak pernah mengakuinya.

Memang sulit dipercaya, namun itulah kenyataan, Lintang yang mereka anggap sampah di perguruannya kini tengah berkorban nyawa untuk menyelamatkan semua orang.

Membuat mereka tanpa sadar telah menitikan air mata, tetua Daeng yang paling bersedih mengetahui itu, dialah orang yang paling keras menentang keberadaan Lintang di perguruan, dan dia pula-lah yang kini memiliki hidup karena diselamatkan Lintang dari kematian.

Kumis tebal dan wajah sangarnya seketika luntur karena kesedihan, tetua Daeng dengan cepat berseru memanggil nama Lintang, perkataannya terbata dan sedikit tertahan karena dirundung kesedihan dan perasaan bersalah yang mendalam.

Lintang melirik kearahnya seraya tersenyum, “Tidak apa tetua, jagalah semua orang diperguruan untukku,” ucap Lintang berpesan kepadanya.

Mendengar itu, tangis tetua Daeng pun semakin menjadi, dia menundukan kepala karena terlalu malu terhadap Lintang, begitu juga dengan tetua yang lain.

Tubuh Lintang kini semakin memudar, setengah tubuh bagian bawahnya telah hilang ditarik fortal gaib milik Brahma Arya.

“Selamat tinggal teman,” ucapnya kepada Asgar.

“Selamat tinggal semuanya,” tutupnya pada semua orang, selanjutnya dia melemparkan caping bambunya ke arah Masayu.

“Jadilah pendekar yang kuat, dan lupakan aku,” pesan Lintang pada Masayu, selanjutnya seluruh tubuh pemuda itu lenyap tersedot kedalam fortal.

Membuat Masayu seketika berteriak histeris memanggil nama Lintang, semua orang menunduk menitikan air mata.

Hanya senyuman bodoh yang pemuda itu tinggalkan untuk semua orang, dia kini lenyap entah kemana.

Kelenting Sari tidak dapat menahan lagi berat tubuhnya, dia terduduk lemas menyaksikan kepergian Lintang.

Asgar terus menitikan air mata sebelum tubuhnya ikut menghilang, dia bertekad tidak akan memiliki teman lain setelah pemuda itu.

Kemudian fortal gaib dan seluruh rantai energi lenyap menjadi butiran cahaya, Brahma Arya menarik nafas berat setelah melakukan itu.

Perang memang selesai, bencana telah teratasi dan semua orang selamat dari bencana itu, namun yang membuat dia bersedih adalah sosok muda yang sangat berbakat di dunia persilatan ikut lenyap dalam bencana tersebut.

Sugi dan Bangga Sora langsung melesat menenangkan Masayu, sementara Kelenting Sari dibawa oleh Dewi Rhuyi.

Limo tertunduk lemas karena lagi-lagi harus berpisah dengan Lintang, selanjutnya dia menggaum keras meluapkan kesedihannya.

“Sudahlah bocah, hargai kepergiannya, dia memilih kematian hanya untuk menyelamatkan kita,” ucap Ki Cokro seraya menepuk pundak beruang itu.

Dia sendiri merasa sakit dengan kepergian Lintang, namun karena dirinya merupakan tetua sepuh, dia harus bisa menyembunyikan itu untuk menjaga generasi muda lain agar tetap tegar.

Selanjutnya Brahma Arya membawa semua mantan prajurit golongan hitam untuk jadi pengikutnya, dia memberikan dua pilihan, antara mati di eksekusi, atau menyatakan sumpah setia untuk menjaga perdamaian dunia, dan semua prajurit beserta tetua mereka menyatakan sumpah setia.

Dewi Rhuyi kembali membangun perguruannya, dia tetap tinggal mempertahankan pulau Es, sementara Ki Ageng memilih kembali keperguruan Awan Selatan.

Bersama Ki Cokro, dia membangun kembali perguruan itu di tempat semula, di wilayah Pegunungan Selatan.

Sugi memilih menjadi pengembara ditemani oleh Madu Lanang, pemuda itu meminta ijin kepada Ki Ageng untuk keluar dari perguruan.

Sementara Bangga Sora dan ke-lima temannya memilih ikut dengan Brahma Arya, mereka akan mengikuti jejak Lintang belajar ilmu pengobatan, dimana semua obat buatan Lintang yang tersisa akan diteliti dan dipelajari oleh tabib perguruan Lembah Suci milik Brahma Arya.

Selama berbulan-bulan, Masayu dan Kelenting Sari terus mengurung diri di tempatnya masing-masing , keduanya sangat terpukul sekali atas kepergian Lintang.

Dua tahun setelah kepergian Lintang, dunia persilatan mengalami perkembangan yang sangat pesat, banyak tabib-tabib muda berbakat yang terlahir dari perguruan Lembah Suci, dan yang paling terkenal dari semua tabib itu adalah Bangga Sora.

Tingkat kanuragan semua pendekar juga mengalami perkembangan pesat dibawah kepemimpinan Ki Ageng Jagat, dengan di dampingi Brahma Arya, dia menjadi pemimpin tertinggi dari semua perguruan golongan putih.

Namun saat masuk pada tahun ketiga, Kaisar iblis mulai gencar membuat kerusakan, mereka masih tetap mencari keberadaan Batu Jingga.

Suku Pukko juga kini berkembang semakin besar, mereka kerap berbuat ulah dengan menyerang banyak kerajaan kecil.

Kemudian banyak perguruan golongan hitam bermunculan dimana-mana, termasuk perguruan Neraka Hitam, mereka mulai menunjukan keberadaannya di dunia persilatan.

Itu semua membuat Ki Ageng dan Brahma Arya harus berpikir lebih keras untuk menegakkan perdamaian.

**

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iskandar Kairupan
bukan nya suku pukko sudah habis di bantai lintang....koq ada lagi...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 271 Kelompok Manusia Aneh

    Hari masih terik dimana Sang Surya baru saja mencapai ketinggianSaat itu kubah energi yang berbentuk bundar terus saja meluncur membawa Lintang, Anantari, dan Limo menghantam daratan dengan sangat keras.Namun meski begitu, tubuh ketiganya tidak mengalami luka apapun, karena kubah energi sempurna milik Lintang memiliki kekerasan yang sangat kuat.“Sial, dia membuang kita, dimana ini?” umpat Lintang seraya menarik energinya kembali, membuat kubah energi seketika lenyap menjadi butiran cahaya.“Kwii, kwii, kwii,” teriak Limo dengan suara kecil yang tidak enak didengar.Limo berteriak mengumpati burung raksasa yang masih berputar-putar di angkasa, burung itu terus memekik, namun tidak ada seorang pun yang tahu entah apa yang dikatakannya.“Kweeak!”Seakan menjawab seruan Limo dia kembali memekik, tetapi setelah itu sang burung langsung melesat jauh ke-atas langit dan lenyap entah kemana.“Apa kau mengerti bahasanya Limo?” tanya Anantari.“Kwii, Kwii,” jelas Limo. Membuat gadis itu lang

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 270 Terdampar

    BUMMMM!Seperti sebuah batu meteor yang menghantam daratan, serangan itu menciptakan ledakan lebar yang menggema di ketingian.Gelombang energi dari serangan mereka mampu menghempaskan burung raksasa, hingga dia terlihat seperti kesakitan dan terdapat sedikit darah merah di salah satu sudut paruhnya.“Kweaak, kweeak,” terdengar kembali dia memekik keras.Entah apa yang dikatakannya, kemungkinan burung itu sedang mengumpat mengutuki kelompok Lintang yang berhasil memojokannya.“Ternyata energi Limo benar-benar mempan pada mereka kakang,” ungkap Anantari mendekati tempat Lintang.“Kau benar Tari, bagus Limo, kau hebat,” ucap Lintang seraya memuji Limo.“Kwii, Kwii,” ungkap Limo.“Ya, kami juga tidak mengerti, namun energimu bisa menembus pertahanan hewan penjaga.” jelas Lintang.Beruntung Asgar saat ini sedang tertidur, andai dia tahu Limo mendapatkan pujian, ular tengik itu pasti akan heboh dan segera membanggakan dirinya sendiri.“Kweeeaak!”“Bersiaplah, dia kembali datang,” seru Lint

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 269 Burung Punggung Biru

    “Apa kita akan menjelajahi dulu dunia di balik dataran es ini kakang?” tanya Anantari.Semua orang kini telah naik kepermukaan, Kuil Teratai Putih yang tiada lain adalah Candi prasasti Galuh Wardana sudah kembali tenggelam jauh kebawah lantai es setelah Lintang meneteskan darahnya.“Sepertinya kita harus kembali Tari, suatu saat, akan kujelajahi dunia yang luas ini bersamamu,” jawab Lintang, membuat Anantari sangat senang.“Oiii, mengapa kau kubur lagi candi itu?” tanya Asgar.“Tidak ada manfaatnya candi itu muncul di permukaan, tidak akan ada seorangpun yang mampu hidup di wilayah sedingin ini,” jawab Lintang pada Asgar.“Hahaha, baiklah, lebih bagus candi itu di kubur kembali, ayo pergi,” ajak Asgar pada semua orang, dengan sikap acuh setelah mendengarkan jawaban Lintang.“Oiii sialan, jadi untuk apa kau bertanya tentang Candi itu?” tanya Lintang mengerutkan kening.“Hahaha, hanya ingin tahu saja, memang tidak boleh?” Asgar tertawa terbahak-bahak.“Dasar ular gila, mahluk tidak jela

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 268 Musuh Kuat

    “Dewa? Kala Yuda?” tanya Lintang.“Benar, para dewa memanggilku dengan Kala, tapi ayahmu memanggilku Yuda,” jawab Kala Yuda.“Dari mana kau tahu aku ini adalah anaknya?” kembali Lintang bertanya.“Kegelapan dan cahaya, unsur yang saling bertolak belakang itu ada berdampingan dalam dirimu, hanya dia dan keturunannya yang memiliki itu,” jelas Kala Yuda.“Apa kau bisa membawaku untuk bertemu dengan-nya?” tanya Lintang.“Hahaha, tidak dalam bentuk jiwa, suatu saat kau akan tahu cara bagaimana bertemu dengannya.” ungkap Kala Yuda.“Seperti apa dia?” tanya Lintang cepat.“Sama sepertimu, bodoh, konyol, tidak suka menunggu, dan yang paling mirip dari kalian adalah tatapan mata itu,” jelas Kala Yuda.“Seperti apa kekuatannya saat ini?” tanya Lintang.“Sial, ternyata dia lebih cerewet dari pada ayah-nya,” gumam Kala Yuda dalam hati.“Dia adalah orang yang membunuh kaisar iblis sebelumnya, kaisar iblis di dunia-mu saat ini hanyalah keturunannya saja, makhluk itu adalah pangeran ke-7 bangsa ibli

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 267 Kala Yuda

    Anantari tengah berada di dunia antah berantah tepatnya di dalam dunia batin, di hadapannya ada sosok lelaki gagah yang tiada lain adalah jelmaan dari dewa Taya.Bertubuh tinggi kekar dengan pakaian sederhana, namun wajahnya sangat bersih sekali dan tampak mendamaikan.“Kehidupan tidaklah benar-benar hidup, dan kematian tidak benar-benar mati. Kenyataan adalah kekosongan, dan kosong adalah sebuah esensi dari keberadaan.” ucap Sang Taya pada Anantari.“Aku tidak mengerti sang maha tinggi?” ungkap Anantari.“Suatu saat kau akan mengerti, dunia tidaklah hampa, tapi kehampaan itu akan tetap ada, kau memiliki kebersihan hati, jagalah dia dengan segenap hidup-mu,” pesan Sang Taya.“Bagaimana cara aku memahaminya, Sang Taya?” tanya Anantari.“Dia akan membimbingmu menemukan pemahaman, sebagian kekuatanku telah kuwariskan padamu dan padanya, kalian adalah satu, dan satu memiliki banyak makna,” jawab Sang Taya.Semua ucapan yang Anantari dengar begitu sangat membingungkan, namun gadis itu tida

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 266 Sang Taya & Dunia Keemasan

    Meski masih diselimuti rasa ketidak percayaan, Lintang mulai memejamkan mata melakukan Tapa Brata, sebisa mungkin dia harus membuang permasalahan dunia untuk dapat mencapai kedamaian jiwa dan masuk pada alam yang dituju.Tidak ada waktu baginya memikirkan diri sendiri, dia harus berkonsentrasi memperkuat tubuh untuk persiapan menghadapi kaisar iblis.Dengan merasakan kepingan jiwa Sang pemilik energi keemasan, Lintang mulai menyebrangi tirai demi tirai batas dimensi alam batin.Anantari dengan setia menunggu Lintang di ruangan utama candi, lebih tepatnya Kuil Teratai Putih.Sampai saat ini, sudah genap dua hari Lintang bertapa, namun belum menemui perubahan apapun di tubuhnya.Meski tidak dapat masuk ke alam batin Lintang, Anantari dapat melihatnya dari tubuh fisik pemuda itu.Tidak ingin ketinggalan oleh calon suaminya, Anantari juga melakukan Tapa Brata masuk ke alam antah berantah yang sebelumnya dia sempat terkurung.Ada sesuatu yang hendak dia buktikan di dunia itu, dulu, Anantar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status