Share

Bab 4. Pertemuan Keluarga

Lyra dan Devan menghadiri pertemuan keluarga setelah pernikahan mereka. Mereka tiba di rumah keluarga nenek Devan dengan perasaan campur aduk. Lyra merasa canggung dan tidak nyaman dengan pertemuan keluarga ini, aknkah ia dapat diterima oleh keluarga Devan sepenuhnya atau tidak.

Ya, mereka hanya datang berdua karena kedua orang tua Devan sudah datang lebih awal, katanya mereka juga ingin menyambut pasangan baru ini.

Devan yang mengetahui kegugupan Lyra langsung menggenggam tangannya dengan lembut, ia juga mengetikan beberapa kata pada ponselnya. "Jangan takut, saya ada disampingmu selalu istriku." Tulis Devan.

Lyra menatap ke arah Devan dan mendapat anggukan kecil dari suaminya itu, ia pun menghela nafas sejenak, menetralkan rasa gugupnya. Dirasa sudah cukup mereka pun keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah dengan tangan Lyra yang masih ditengah oleh Devan.

Ketika mereka memasuki ruang keluarga, mereka disambut dengan senyuman hangat dari Renata, ibu Devan. Renata adalah seorang wanita yang elegan dan penuh perhatian. Dia berjalan mendekati Lyra dan memeluknya dengan penuh kasih sayang.

"Selamat datang, Lyra. Kami sangat senang melihatmu di sini," ucap Renata dengan senyum lembut.

Lyra tersenyum kaku dan menjawab, "Terima kasih, Mama. Lyra juga senang bisa hadir di sini."

Ervan, ayah Devan, juga mendekati mereka dengan senyuman hangat. Dia memberikan jabatan tangan pada Lyra dan memberikan tatapan penuh pengertian.

"Selamat datang, Lyra. Kami berharap kalian berdua bahagia dalam pernikahan kalian," ucap Ervan dengan suara tegas namun penuh kehangatan.

Lyra merasa sedikit lega mendengar kata-kata Ervan. Dia merasa bahwa keluarga Devan menerima kehadirannya dengan baik. Namun, dia masih merasa tegang karena kehadiran anggota keluarga lainnya.

Nenek Devan, seorang wanita tua yang bijaksana, duduk di kursi dekat jendela. Dia tersenyum lembut saat melihat Lyra masuk.

"Selamat datang, Lyra. Aku berharap kalian berdua menemukan kebahagiaan sejati dalam pernikahan kalian," ucap nenek dengan suara lembut.

Lyra merasa sedikit lebih tenang mendengar kata-kata nenek. Dia merasa bahwa nenek Devan memberikan dukungan dan harapan yang tulus.

Paman-paman Devan dan bibi-bibi juga hadir dalam pertemuan keluarga tersebut. Mereka memberikan ucapan selamat dan senyuman hangat pada Lyra. Keponakan-keponakan mereka, yang masih kecil, berlarian di sekitar ruangan dengan riang gembira.

Lyra mencoba untuk berinteraksi dengan anggota keluarga Devan dengan sebaik mungkin, meskipun dia masih merasa canggung. Dia berusaha menunjukkan rasa terima kasih dan menghormati mereka yang telah menyambutnya dengan baik.

Devan, yang memang tidak bisa berbicara karena kondisi medisnya, berusaha untuk mendukung Lyra. Dia berdiri di samping Lyra dan memegang tangannya dengan lembut, menunjukkan dukungan dan cinta tanpa kata-kata.

Renata melihat gestur itu dengan penuh kehangatan. Dia mengerti bahwa Devan tidak bisa berbicara, tetapi dia tahu bahwa cinta mereka berdua tidak terbatas oleh kata-kata.

"Lyra, kami sangat senang melihatmu menjadi bagian dari keluarga kami. Devan mungkin tidak bisa berbicara, tetapi cintanya untukmu tidak pernah diragukan," ucap Renata dengan suara lembut.

Lyra tersenyum terharu mendengar kata-kata itu. Lyra merasa nyaman dengan kedua orang tua Devan dan neneknya, juga beberapa paman dan bibi Devan. Yah, karena beberapa masih ada yang memandang sinis ke arah Lyra. 

Lyra paham menerimanya sebagai bagian dari keluarga besar memanglah tidak mudah. Pasti perlu sedikit pengertian agar ia benar-benar bisa diterima disini.

"Baik, sekarang ayo menuju ruang makan semuanya!" kata Renata dengan nada yang sedikit tinggi dan langsung diikuti oleh mereka.

Lyra bersama Devan pun mengikutinya langkah dari ibu mereka, mereka duduk tepat di sebelah Renata dan Ervan.

Meskipun suasana di pertemuan keluarga semakin santai, ada sedikit konflik kecil yang muncul di antara anggota keluarga. Bibi Devan, yang terkenal dengan kepribadian yang tajam, mulai mengajukan pertanyaan yang agak menyinggung kepada Lyra.

"Bukankah kamu terlalu muda untuk menikah, Lyra?" tanya salah satu bibi dengan nada sinis.

Lyra merasa sedikit tersinggung oleh pertanyaan tersebut, tetapi dia mencoba menjaga ketenangan. "Umur bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan pernikahan, Bibi. Meskipun pernikahan kami diatur oleh keluarga, Devan dan saya saling menghormati dan berkomitmen untuk menjalani kehidupan ini bersama."

Namun, bibi Devan tidak berhenti di situ. Mereka terus mengajukan pertanyaan yang menantang dan mencoba menguji Lyra.

"Apakah kamu yakin bisa memenuhi harapan keluarga kami?" tanya bibi lainnya dengan nada meragukan.

Lyra merasa semakin tertekan oleh pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dia merasa bahwa keluarga Devan memiliki harapan yang tinggi terhadap pernikahan mereka, dan dia merasa perlu membuktikan dirinya.

Devan, yang bisu dan tidak dapat berbicara, mencoba untuk membantu dengan cara yang dia bisa. Dia mengambil secarik kertas dan menulis pesan singkat untuk Lyra, "Jangan khawatir, aku ada di sini untukmu. Kita bisa menghadapinya bersama."

Lyra tersenyum lega melihat pesan dari Devan. Dia merasa didukung dan diberi kekuatan oleh suaminya ini. Dengan penuh keyakinan, Lyra menjawab pertanyaan bibi-bibi Devan dengan sikap yang tenang dan bijaksana.

"Saya memahami bahwa keluarga Devan memiliki harapan yang tinggi terhadap pernikahan kami. Saya berjanji akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi harapan tersebut. Meskipun pernikahan kami diatur oleh keluarga, Devan dan saya saling menghormati dan berkomitmen untuk menjalani kehidupan ini bersama," ucap Lyra dengan tegas.

Kata-kata Lyra membuat bibi-bibi Devan terdiam sejenak. Mereka menyadari bahwa Lyra adalah seorang wanita yang kuat dan berkomitmen untuk menjaga pernikahan mereka. Mereka mulai melihat Lyra dengan sudut pandang yang berbeda.

Renata, yang melihat situasi tersebut, memutuskan untuk mengakhiri konflik kecil tersebut. Dia berdiri di tengah ruangan dan mengajak semua orang untuk bersatu kembali.

"Keluarga adalah tentang dukungan dan cinta. Mari kita fokus pada kebahagiaan Lyra dan Devan, dan mendukung mereka dalam perjalanan mereka sebagai pasangan yang baru menikah," ucap Renata dengan suara yang tegas namun penuh kelembutan.

Semua anggota keluarga merasa tersadarkan oleh kata-kata Renata. Mereka menyadari bahwa yang terpenting adalah kebahagiaan Lyra dan Devan, bukan ekspektasi mereka.

Pertemuan keluarga berlanjut dengan suasana yang lebih harmonis. Bibi-bibi Devan mulai mengubah sikap mereka dan mulai menerima Lyra sebagai anggota keluarga yang setara.

Lyra dan Devan merasa lega melihat perubahan tersebut. Mereka merasa bahwa mereka telah melewati konflik kecil dengan kekuatan cinta dan dukungan dari keluarga Devan yang lain.

Saat di dalam mobil Devan memberikan secarik kertas pada Lyra. "Bagaimana menurutmu tentang keluargaku?" 

"Huh, sebenarnya aku sedikit kesal tadi dengan bibimu tadi, tapi ya aku tau mereka hanya ingin menyakinkan apakah aku pantas untukmu atau tidak, dan aku senang bisa diterima baik oleh anggota keluargamu, Mas," ucap Lyra dengan sedikit memelankan pada panggilan terakhir.

Alis Devan terangkat, ia hendak menuliskan sesuatu kembali. "Bisa ulangi lagi, panggilanmu tadi?" tulisnya

Lyra hanya menggeleng singkat, dan Devan mendesah pelan karena tidak mendapatkan lagi panggilan itu. Ia pun menjalankan mobil menjauhi pekarangan rumah.

Lyra tampak terkekeh kecil melihat tingkah suaminya ini, ia pun mendekatkan bibirnya ke daun telinga Devan. "Mas...." Devan tersenyum kecil mendengarnya, ia lalu mengecup singkat pipi Lyra yang memang belum menjauhkan wajahnya tadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status