Home / Romansa / Lelaki Bisu Itu Suamiku / Bab 7. Mati Lampu

Share

Bab 7. Mati Lampu

Author: Linlin
last update Last Updated: 2024-11-04 20:50:59

Lyra tampak berguling di kasurnya, bergerak tak tentu arah. Entah mengapa ia merasa begitu gelisah malam ini, ya sebenernya kegundahan hatinya berasal dari pemadaman listrik serentak karena adanya kerusakan pada salah satu gardu.

Kenapa tidak menggunakan alat lain untuk menghidupi rumah? Ini tengah malam tidak semua orang tidur dengan lampu menyala dan tentu tidak semua penghuni rumah ini sadar dengan konsleting listrik yang terjadi.

Lyra menggigiti kukunya, ingin kembali ke kamar Devan! Tapi ego dan juga gengsinya terlalu tinggi, ia malu untuk datang ke kamar laki-laki itu dengan sendirinya. Karena ... 'kan dia duluan yang memulai pisah kamar ini, masa iya ia duluan yang ke sana, sungguh egonya akan terluka!

"Bunda ... Lyra mau pulang ...," rintihnya di dalam selimut, ya gadis ini memang takut gelap dan apalagi dia saat ini sendiri biasanya akan ada bunda atau ayahnya yang menemani, tapi kini ia benar-benar sendiri disini.

Lyra benar-benar kesal kemana juga perginya ponsel miliknya, kenapa saat dibutuhkan seperti ini benda pipih itu malah menghilang! Lyra sudah berusaha mencarinya tapi nihil ia malah beberapa kali menabrak kursi dan meja.

Hujan di luar juga tampak begitu deras juga suara petir di luar yang membuat Lyra semakin menyembunyikan dirinya di dalam selimut, dalam kondisi seperti ini Lyra merasa seperti di telan oleh kegelapan.

"Pengen ke kamar pak Devan, tapi malu lagi pula aku juga tidak tahu jalan, apalagi tidak ada senter juga mana hp juga gak tau di mana," gerutu Lyra seraya menahan tangisnya yang hampir pecah.

Tolong, ia sudah menahan mati-matian air matanya agar tidak keluar! Siapapun tolong segera datang dan tolong Lyra dari kegelapan juga gemuruh petir yang bersahut-sahutan di luar sana.

Lyra memejamkan tanya seraya memeluk erat sebuah guling, tapi samar-samar ia mendengar suara tangisan. Bulu kuduk gadis itu langsung meremang.

Semakin lama tangis itu semakin keras, memekakan telinga yang mendengarnya. Mata Lyra yang tadinya terpejam langsung melotot seketika ketika satu nama melintas di benaknya, putra kecilnya!

"Aiden! Ah! Dia pasti juga takut mendengar suara keras," ucap Lyra yang lantas bangun dari tidurnya.

Ketika ingin menuruni ranjang rasa takut kembali bersarang di hatinya, keringat dingin yang tadi sudah mulai reda kini kembali membasahi dahinya.

"Engga Lyra, jangan takut kasian Aiden, ayo kamu bisa!" katanya menyemangati dirinya sendiri.

Dengan perlahan Lyra menginjak kakinya di lantai, sontak hawa dingin langsung menjalar di sekujur tubuhnya. Dengan perlahan seraya meraba jikalau ada benda-benda di sekitarnya.

Walaupun dengan perlahan tapi Lyra akhirnya bisa menyentuh gagang pintu, ia tersenyum senang dengan perlahan ia memutar kenop pintu dan membukanya.

"Aaakhh!"

Teriakan langsung menggema di seluruh penjuru ruangan, Lyra memegang dadanya kaget saat tiba-tiba sosok laki-laki muncul di hadapannya bersamaan dengan kilat yang menyambar.

Orang di hadapan Lyra tak kalah kaget dengan gadis itu, ia bahkan terperanjat dan mundur beberapa langkah. Bahkan bayi kecil di dekapannya pun langsung menangis kencang mendengar teriakan juga suara petir itu.

Seakan tersadar Devan langsung melangkah maju dan mendekat ke arah Lyra yang masih syok, bahkan tubuhnya kini sudah dipenuhi keringat dingin.

"Pak Devan?" lirih Lyra yang langsung berhamburan ke pelukan laki-laki itu sembari menetralkan deru nafasnya.

Devan menyandarkan ponsel yang ia bawa untuk penerangan ke arah nakas, mengarahkan cahaya itu ke arah mereka yang kemudian mengusap lembut bahu Lyra.

Ingin rasanya ia bersuara menanyakan keadaan gadis itu, ia tahu Lyra saat ini sangat ketakutan, entah karena pemadaman atau suara kilat yang bersahutan atau malah karena dirinya tadi?

Seakan tersadar dengan suara tangis bayi yang terhimpit di antara mereka, gadis itu sontak melepaskan pelukannya dan beralih untuk mengambil alih Aiden.

Dengan perlahan Devan memberikan putranya pada sang istri, ia lalu menatap khawatir ke arah Lyra yang langsung dibalas senyum simpul oleh gadis itu.

"Aku gak papa kok pak, jangan khawatir emm ... tadi cuma agak kaget aja," balasnya seraya meringis kecil, sedikit malu dengan tindakan yang terjadi tadi.

Devan menghembuskan nafas lega, ia mengambil satu ponselnya lagi yang berada di saku. Ia memang sengaja membawa kedua ponselnya agar bisa menjadi penerangan dan satu lagi untuk berkomunikasi dengan istri kecilnya.

"Maaf mengganggumu, tapi sedari tadi Aiden terus saja menangis dan aku tidak bisa menyenangkan. Jadi, aku membawanya ke kamarmu." Tulis Devan pada ponselnya.

Lyra membacanya dengan perlahan, anggukan kecil ia berikan. "Tidak masalah aku tadi juga ingin keluar saat mendengar tangisan Aiden, aku rasa dia takut dengan suara yang keras," balasnya lalu menatap putranya yang sudah kembali tenang dalam dekapannya.

Makhluk kecil itu tampaknya sudah mendapat kenyamanan pada sang ibu, terbukti ia kembali tertidur setelah Lyra menggendongnya dan sedikit menutup telinga putranya.

Devan mengangguk kecil, ia kembali mengetikkan sesuatu di ponselnya sebelum kembali menyodorkannya pada Lyra. "Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat sedikit kacau."

"Em, jujur, sebenernya aku sedikit takut dengan gelap dan suara kilat, apalagi aku sendiri ...," ucap Lyra dengan suara liris. Ia mengigit bibir bawahnya, sedikit malu untuk mengakui jika ia juga ketakutan saat ini.

Devan tersenyum simpul, ia kembali mengetikkan beberapa kata di ponselnya. "Kalau begitu mau aku temanin sampai pagi? Mungkin jika bersedia kau boleh kembali ke kamar kita, tenang saja aku tidak akan melakukan apapun tanpa seizinmu. Sepertinya aku juga membutuhkanmu saat Aiden terbangun dan menangis, aku tidak pandai mengurus bayi, tapi jika kau keberatan tidak masalah." Tulis Devan yang lalu kembali menyodorkannya pada Lyra.

Lyra membacanya dengan seksama, kebingungan kembali melandanya tapi melihat Aiden yang tertidur lelap di dekapannya dan membayangkan jika kejadian ini kembali terjadi, mungkin satu ranjang dengan suaminya bukanlah hal buruk.

Lagi pula mereka sudah menikah dan ia juga sudah bertekad untuk menjadi istri yang baik, jadi apa salahnya bukan? Bisa saja dengan seperti ini Lyra akan menjadi terbiasa dan bisa menerima Devan, walaupun saat ini pun ia sudah mulai menerima suaminya ini.

"Baiklah, aku akan pindah ke kamar utama," lirih Lyra yang menguat senyum simpul terbit dengan indah di bibir Devan.

Setidaknya beberapa kemajuan sudah ada dalam hubungannya, mungkin ini juga berkat kedatangan Aiden? Entahlah, intinya ia sangat bersyukur dengan kemajuan ini.

Bolehkan Devan minta, ia ingin rumah tangganya di selimuti kebahagiaan. Ia ingin bahagia dengan orang yang di cintainya, dan ia juga ingin membuat juga membuktikan jika Lyra adalah gadis yang tulus.

Tak seperti masa lalunya yang pergi begitu saja dengan kekurangan Devan.

Aku janji suatu saat aku akan menceritakan kebenaran tentangku padamu sayang, kebenaran yang selama ini aku sembunyikan hanya untuk melihat siapakah yang benar-benar ada di pihak ku–batin Devan seraya tersenyum ke arah Lyra yang masih menimang putranya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lelaki Bisu Itu Suamiku    Bab 10. Terlambat Untuk Kembali

    Laki-laki itu tersenyum hangat. "Long time no see honey."Lyra terdiam kaku, cinta pertamanya sekaligus mantan kekasihnya berdiri di hadapannya setelah kepergiannya empat tahun lalu. Matanya tiba-tiba memanas, sesak saat ia dirinya ditinggalkan oleh Mahesa ketika acara perpisahan sekolah kembali menyeruak dalam dirinya, membuat hati Lyra lagi-lagi seperti diremas begitu kuat. Seolah tersadar Lyra memejamkan matanya beberapa saat, mengenyahkan perasaannya yang kembali timbul akibat laki-laki di hadapannya ini.Ia segera mengambil dua plastik belanjaan miliknya. "Maaf, saya duluan, permisi." Dengan langkah cepat Lyra meninggalkan laki-laki itu.Seakan tersadar dari lamunannya Mahesa langsung mengejar Lyra, gadisnya itu pasti begitu kesal padanya karena kejadian beberapa tahun lalu."Lyra, aku bisa jelaskan semuanya. Tolong dengarkan penjelasanku dulu," ucap Mahesa seraya menyamakan langkahnya dengan gadis itu.Lyra tetap tak menggubris perkataan dari sosok laki-laki di belakangnya itu

  • Lelaki Bisu Itu Suamiku    Bab 9. Behind the secret

    Devan yang kini sudah berapa di ruangannya tampak begitu lesu, ayolah ia masih ingin berduaan dengan istri kecilnya tapi sang istri malah memaksanya untuk bekerja.Ketukan pintu terdengar beberapa kali sebelum berganti dengan suara pintu yang terbuka. Devan tak sekali pun mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang datang, ketukan sepatu pantofel yang beradu dengan lantai marmer tak sama sekali membuat Devan penasaran, tenang saja itu tak mungkin klien pasalnya ia tidak memiliki janji apapun."Lesu bener kayak belum dikasih makan aja," celetuk seorang laki-laki yang begitu familiar bagi Devan, ya siapa lagi kalau bukan Arya sahabat karibnya. Yang selama ini membantunya dalam rencana perjodohan ini.Baru kali ini Devan mengangkat kepalanya dari kedua lipatan tangannya, menatap malas ke arah pemuda itu."Ngapain kesini?"Bukannya langsung menjawab Arya malah berjalan ke arah sofa panjang yang ada di ruangan itu lalu membaringkan tubuhnya di sana."Jenuh di kantor, banyak kerjaan mau

  • Lelaki Bisu Itu Suamiku    Bab 8. Dibalik Kejadian

    "Tidur yang nyenyak sayang," lirih Lyra sebelum meletakan tubuh mungil Aiden di tempat tidurnya. Ia kemudian beralih menuju ranjangnya, senyum manis milik Devan menyambutnya di sana, dengan kikuk Lyra naik ke atas ranjang, sungguh Lyra ingin pergi saja dari suasana yang amat canggung ini! "Pak Devan tidak ingin tidur?" tanya Lyra sedikit ngeri melihat laki-laki itu yang sedari tadi hanya tersenyum memandanginya, takutnya jika laki-laki itu kerasukan sosok halus.Devan menatap tak suka ke arah Lyra, ia mengetikkan sesuatu pada ponselnya lalu memberikannya pada Lyra. "Bisakah kau memanggilku seperti sepulang dari rumah nenek? Saya bukan atasanmu yang harus kau panggil Pak, Lyra.""Jujur aku sedikit canggung memanggilmu seperti itu," kata Lyra mencurahkan isi hatinya."Tidak masalah, cobalah untuk menggunakannya kembali. Tidak nyaman jika kau memanggilku dengan sebutan Pak sedangkan kita sudah menikah, itu sedikit melukai harta diriku." Kata-kata yang Devan tulis membuat Lyra meringis

  • Lelaki Bisu Itu Suamiku    Bab 7. Mati Lampu

    Lyra tampak berguling di kasurnya, bergerak tak tentu arah. Entah mengapa ia merasa begitu gelisah malam ini, ya sebenernya kegundahan hatinya berasal dari pemadaman listrik serentak karena adanya kerusakan pada salah satu gardu. Kenapa tidak menggunakan alat lain untuk menghidupi rumah? Ini tengah malam tidak semua orang tidur dengan lampu menyala dan tentu tidak semua penghuni rumah ini sadar dengan konsleting listrik yang terjadi.Lyra menggigiti kukunya, ingin kembali ke kamar Devan! Tapi ego dan juga gengsinya terlalu tinggi, ia malu untuk datang ke kamar laki-laki itu dengan sendirinya. Karena ... 'kan dia duluan yang memulai pisah kamar ini, masa iya ia duluan yang ke sana, sungguh egonya akan terluka!"Bunda ... Lyra mau pulang ...," rintihnya di dalam selimut, ya gadis ini memang takut gelap dan apalagi dia saat ini sendiri biasanya akan ada bunda atau ayahnya yang menemani, tapi kini ia benar-benar sendiri disini.Lyra benar-benar kesal kemana juga perginya ponsel miliknya,

  • Lelaki Bisu Itu Suamiku    Bab 6. Malaikat Kecil

    "Nyonya sudah biar kami saja, anda duduk saja di depan biarkan kami yang memasak," ucap salah satu pelayan yang khawatir karena nyonyanya ikut berkecimpung di dapur. Bukan apa-apa, sebenernya sebelumnya Devan sudah mewanti-wanti kepada mereka agar tidak membuat Lyra kelelahan. Itulah mengapa Devan memperkerjakan pelayan yang tidak di mansion nya, untuk juru masak dan bersih-bersih. "Gak papa Bi Astri, aku gak bakal kenapa-kenapa tau, aku cuma mau masakin buat mas Devan aja jadi tolong kalian bantu aku ya?" pinta Lyra dengan menatap dua pelayan yang berbeda umur tersebut seraya tersenyum tipis. Sore ini ia memang berniat untung memasakan makanan untuk sang suami, tekadnya sudah bulat untuk menjadi istri yang baik. Ya walaupun dalam hatinya sedikit ada ketidak relaan dalam pernikahan ini, tapi setidaknya ia harus berbakti pada suaminya. Jujur, ia juga tidak mau di cap sebagai istri durhaka, Lyra masih takut diazab. Ia benar-benar sudah bertekad untuk menerima Devan di hidupnya! S

  • Lelaki Bisu Itu Suamiku    Bab 5. Benteng Dingin

    Devan membuka matanya perlahan, menyesuaikan sorot cahaya yang mulai memasuki pupil matanya. Ia menoleh ke samping lalu menghela nafas pelan, meskipun sudah menikah tapi ia tetap tidur diranjang sendirian. Ia kira kejadian kemarin sudah menjadi awal baik untuk hubungan mereka tapi nyatanya semua tetap dingin. Mungkin pernikahan ini masih kurang bisa diterima oleh gadisnya, ia sadar mungkin Lyra memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi dan statusnya saat ini. Aku pikir setelah kemarin Lyra mulai membuka hati untukku, tapi memang nyatanya memenangkan hati sosok gadis seperti Lyra akan sedikit menyulitkan - batin Devan. Devan hanya bisa menghela nafas sabar, berharap agar pernikahannya ini dapat kembali mendatangkan kehangatan dirumah ini. Rumah yang telah dibangunnya dua tahun silam. Dengan langkah gontai Devan beranjak dari ranjang nyamannya menuju ruangan dingin untuk membersihkan diri. Tak memakan waktu lama, kini ia sudah siap dengan setelan formalnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status