Share

8. Berhenti Berbohong

Author: 5Lluna
last update Huling Na-update: 2025-10-22 19:37:15

Elian menatap lelaki yang duduk di sebelahnya dengan kening berkerut. Itu sudah dia lakukan agak lama, sampai Sebastian jadi ikut mengerutkan kening. Biar bagaimana, adu tatap itu rasanya tidak nyaman.

"Maaf menunggu lama."

Tiba-tiba saja Pierre muncul dan membuat dua orang yang saling tatap itu langsung menoleh. Lebih tepatnya, Elian yang langsung menoleh dan itu membuat Sebastian tersenyum.

"Apa aku mengganggu?" tanya Pierre dengan kedua alis yang terangkat.

"Sama sekali tidak." Elian dengan cepat menggeleng dan langsung beranjak dari duduknya.

"Kenapa kau malah berdiri?" tanya Sebastian dengan sebelah alis yang terangkat.

"Tadinya aku mau bermalam, tapi sepertinya tidak bisa." Elian menjelaskan pada pemilik rumah. "Aku harus pulang dan kerja lagi."

"Oh, sayang sekali." Pierre langsung terlihat kecewa. "Padahal aku mau ngobrol lama denganmu."

"Kalau kau buru-buru pulang karena aku." Tiba-tiba saja Sebastian ikut berdiri. "Biar aku saja yang pulang."

"Ini tidak ada hubungannya dengan kau." Elian langsung membantah. "Aku pulang karena memang ada yang mau dikerjakan."

"Ariana tidak bilang apa pun soal kerja," bisik Sebastian agar Pierre yang sudah tua tidak mendengar apa pun. "Jadi satu-satunya yang membuatmu tidak betah hanya aku, jadi tinggal saja."

"Pierre sepertinya benar-benar kesepian, jadi kau bisa tinggal saja," lanjut Sebastian masih dalam bisikan.

Elian langsung menoleh menatap pria yang dulu pernah merawat dan menyelamatkannya itu. Tatapan matanya memang terlihat lebih hampa, dibanding saat Elian baru datang tadi.

"Aku masih bisa mengganggumu lain kali, tapi dia tidak bisa terus menunggu kau datang," bisik Sebastian memberi nasihat dengan senyum tipis menghiasi wajah. "Pierre lebih baik jadi prioritas utamamu, terlepas status kalian yang tidak ada hubungan darah."

"Terima kasih," gumam Elian pelan, masih mau menerima nasihat yang masuk akal.

"Kalau begitu, Pierre." Sebastian kini mengulurkan tangan para pria tua itu. "Aku harus pergi sekarang, biar Elian bisa tinggal lebih lama."

"Oh, apa kalian satu kantor?" tanya Pierre tentu saja akan langsung menerima uluran tangan lelaki muda di depannya.

"Aku baru saja bergabung di kantor Elian beberapa waktu lalu." Sebastian tidak sungkan memberi tahu. "Kalau kau suka dengar musik, kapan-kapan datang dan kunjungi kantor kami. Aku akan membiarkanmu mendengar lagu baru kami."

"Nanti." Pierre mengangguk ceria. "Nanti aku akan mampir, jadi kau juga mampirlah ke sini kalau ada waktu di hari libur."

"Besok aku akan jemput Elian kalau tidak ada halangan, jadi nikmati waktu kalian dan sampai jumpa." Tidak mau membuang waktu lebih banyak lagi, Sebastian segera pamit.

Elian hanya bisa melihat lelaki itu lari menuju ke arah helikopter yang sedang parkir. Dia yakin kalau heli yang dipakai bukan punya perusahaan atau keluarga atasannya, jadi Elian tahu kedatangan Sebastian murni karena keinginan sendiri.

"Dia benar-benar baik ya." Tiba-tiba saja Pierre bersuara lagi, kali ini disertai dengan senyum yang sangat lebar. "Kau beruntung punya pasangan seperti dia."

"Pierre." Elian segera menegur. "Aku kan sudah bilang, dia itu bukan pacarku. Apalagi lebih dari itu."

"Tapi dia bilang sudah pernah ajak pacaran." Bukannya menyerah, Pierre malah terus mencecar. "Jadi kenapa kalian belum pacaran juga?"

"Pertama aku tidak suka dia." Elian dengan cepat menjauh dan memilih masuk ke dalam rumah kayu sederhana itu. "Kedua, dia bukan tipeku."

"Oke, lalu apa ada alasan yang ketiga?"

Elian tidak langsung menjawab. Dia malah berhenti melangkah di tengah-tengah rumah dan menarik, lalu mengembuskan napas beberapa kali. Seolah pertanyaan yang diucapkan Pierre sangat susah untuk dijawab.

"Apa ada alasan ketiga yang membuatmu menolak Sebastian?" Pierre sekali lagi bertanya.

"Kau tahu apa itu." Pada akhirnya, hanya itu yang bisa Elian berikan sebagai jawaban. "Aku tidak perlu menjelaskan lagi padamu kan?"

Kali ini, giliran Pierre yang tidak langsung menjawab. Dia terlebih dulu menarik Elian untuk duduk bersama di sofa untuk tiga orang.

"Aku tahu apa yang ada di kepalamu dan hatimu." Pierre menunjuk dua hal yang dia maksud dengan telunjuk. "Tapi kau kan bilang semuanya sudah selesai dan penjahat itu sudah membayar. Lantas, apa lagi yang kau takutkan?"

"Banyak hal," jawab Elian tanpa perlu berpikir.

"Coba bilang padaku."

Elian menatap pria tua yang duduk di sebelahnya dengan ragu. Tidak yakin harus bilang apa.

"Aku takut dianggap lemah dan pada akhirnya menjadi korban lagi." Setelah berpikir sebentar, Elian pada akhirnya menjawab. "Takut kalau aku hanya dimanfaatkan saja. Takut nyawaku mungkin akan melayang."

Elian memegang leher yang tertutup dengan kain dari kaos turtle neck. Dia mengelus bagian itu dengan pelan, seolah ada sesuatu di balik kain dan harus disembunyikan dengan baik.

"Pengalamanmu memang sangat mengenaskan." Pierre mengangguk paham. "Aku yang cuma lihat sekilas saja merasa sakit, apalagi kau yang menjalani kehidupanmu. Tapi, bukan berarti kau harus terus membohongi diri sendiri kan?"

"Kau tidak perlu terus bersembunyi, Eli. Tidak perlu terus menutupi dirimu yang sebenarnya dan menyamar jadi orang lain. Semua sudah selesai, jadi sudah waktunya kau kembali jadi diri sendiri."

"Kembali jadi perempuan yang seutuhnya," lanjut Pierre dengan tatapan sendu.

5Lluna

Hola-hola. Tak bosan-bosannya aku nyapa dengan judul baru dan semoga suka ya.

| 1
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
ync
aku baru sempat baca loh ,...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   106. Kurang Darah

    "Leo sudah kembali." Ariana berucap pelan dan membuat Sebastian langsung berdiri.Lelaki dengan wajah kusut itu segera mendekati Leo. Sebastian bahkan menatap lengan Leo yang ditutupi dengan plester khusus."Aku berhasil donor, tapi katanya perlu waktu sampai bisa dipakai," ucap Leo terlihat kusut karena masih merasa khawatir. "Kenapa masih harus menunggu?" tanya Sebastian ikut mengerutkan kening. "Karena katanya harus tes dulu, apakah darahnya cukup bagus dan aku tidak kena penyakit." Leo sampai mengembuskan napas. "Padahal aku pikir sudah bisa menyelamatkan Elian.""Yang akan menyelamatkan Elian itu adalah tim dokter." Ariana yang masih duduk dengan perut buncitnya, langsung bersuara. "Kau memang membantu, tapi pada akhirnya yang menyelamatkan Elian adalah tim dokter dan Tuhan.""Aku rasa Ariana benar." Mau tidak mau, Sebastian ikut mengangguk, walau jelas sekali kalau dia masih merasa sangat cemas. "Jadi, dari pada kalian berdiri seperti orang bodoh di sana, sana pergi d

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   105. Golongan Langka

    Semua terjadi begitu cepat. Walau Sebastian tadi sudah berteriak keras, tapi nyatanya teriakan itu nyaris tidak berguna. Apalagi, Lexi rupanya bukan hanya penyanyi yang bagus, tapi dia juga pelari handal.Langkahnya begitu ringan saat berlari mendekati Elian yang jaraknya agak dekat dengannya. Jarak Hugo memang lebih dekat dengan Elian, tapi si pengawal tadi sempat terkejut dan terlambat bergerak. Wajar, karena Lexi memang terlalu tenang dan tidak ada yang melihatnya memegang pisau.Hugo masih sempat menarik tangan Elian, tapi itu pun tidak berguna. Pisau tetap saja menancap ke tubuh Elian."ELIAN!"Sebastian dengan cepat berlari ke arah sang istri. Dia membiarkan Lexi diringkus oleh para pengawal, yang awalnya harus mengawasi dan melindungi bintang utama konferensi. Bahkan Sebastian mendorong Lexi agar dia bisa lewat."Rasakan itu," pekik Lexi dengan tawa lebar, tidak melawan ketika dipegangi banyak orang. "Lebih baik kau mati saja. Aku tidak bisa bersama Sebastian, maka kau ju

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   104. Akhir Konferensi

    Beberapa jam sebelum konferensi pers. "Elian." Yang empunya nama langsung menoleh dengan ekspresi kesal ketika namanya dipanggil. Padahal tadinya Elian sangat buru-buru karena hari ini dia terlambat bangun, bahkan sampai membuat Sebastian harus berangkat duluan. Tapi sekarang langkahnya malah dihalangi. "Ada apa sih?" tanya Elian pada perempuan yang menghampirinya. "Ini ada kiriman untukmu." "Hah? sepagi ini?" tanya Elian kini dengan kening berkerut bingung. "Iya, aku juga bingung. Soalnya waktu aku datang, ini sudah ada di atas meja resepsionis," ucap perempuan yang menghampiri tadi. "Tapi yang penting sekarang sudah aku berikan padamu." Tanpa banyak bicara lagi, Elian langsung mengambil paket itu. Dia lagi buru-buru, jadi tidak banyak bertanya. "Apa yang kau bawa itu?" Leo menyambut Elian. "Aku sudah tunggu dari tadi loh." "Aku terlambat bangun dan mengacau di rumah," ucap Elian membanting kotak yang dia bawa ke atas meja. "Jadi, itu kiriman dari mana?" Leo kemb

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   103. Orang Mencurigakan

    "Hei, Nona. Butuh tumpangan?"Elian hanya bisa menggeleng, ketika mendengar suara yang sudah sangat dia kenali. Dia juga tidak perlu mencari arah datangnya suara, karena mobil Sebastian sudah terparkir di depannya dengan jendela terbuka."Aku tidak butuh tumpangan, tapi aku butuh makan," jawab Elian yang akhirnya membuka pintu mobil dan masuk."Bagaimana pertemuanmu dengan Sandy?" Sebastian langsung bertanya, setelah yakin istrinya sudah duduk dengan nyaman."Tidak terlalu buruk, tapi tetap saja menyebalkan." Elian mengedikkan bahu dengan santai. "Dia mengancam.""Mengancam seperti apa?" Sebastian yang kaget, tidak sengaja menaikkan intonasi suaranya.Tadi, Elian memang memberi tahu Sebastian soal ajakan Sandy. Itu pun dia lakukan saat sudah dalam perjalanan menunjuk ke tempat janjian. Biar bagaimana, Elian tetap mau suaminya tahu, tanpa perlu ikut campur. Untung Sebastian mau menjemput dan menunggu dengan tenang."Katanya kalau aku menolak permintaan dia hari ini, dia tidak b

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   102. Pendatang Baru

    Elian menatap Leo yang melangkah dengan canggung, sambil mengangguk kepala. Pembicaraan mereka sudah selesai dan kini Elian hanya bisa menatap lelaki yang sebenarnya adalah saudara kembarnya itu. "Kau yakin dengan keputusanmu itu?" Ariana bertanya dengan tangan terlipat di depan dada, sambil bersandar di pintu. "Yakin." Elian mengangguk pelan. "Tidak usah ditanya lagi." Sebastian ikut membela sang istri. "Elian juga pasti sudah berpikir dengan baik, sebelum memutuskan untuk tidak memberi tahu Leo." "Biar bagaimana, Leo mengenaliku sebagai Elian Vollen. Bukan Leonie Moretti, saudara kembarnya," lanjut Elian kini memilih untuk melanjutkan pekerjaan. "Lagian, dia sama sekali tidak kenal aku kan?" "Iya sih." Ariana mengangguk pelan. "Padahal tidak terlalu banyak yang berubah darimu, tapi dia masih tidak sadar juga. Apalagi sekarang kau sudah mulai berpenampilan sebagai perempuan." "Dalam pikiran Leo, adiknya Leonie sudah mati," balas Elian diikuti dengan embusan napas pelan. "

  • Lelaki Itu, Perempuan yang Kunikahi   101. Bicara Serius

    "Wah, coba lihat dia." "Apa itu benar Elian?" "Kalau diperhatikan lagi, dia kelihatan seperti Cara Delevingne ya." "Tampan dan cantik." "Sejak dulu dia memang begitu, tapi sekarang jadi lebih gila lagi." Elian berdehem pelan, saat dia masuk ke dalam lift. Itu dia lakukan karena dirinya bisa mendengar semua celotehan orang-orang di sekitar. Bahkan di dalam lift yang tidak banyak orang pun masih ada yang menatapnya dari atas sampai bawah sambil berbisik. "Kau kenapa?" Sebastian bertanya, sambil menatap sang istri. "Apa tenggorokanmu gatal? Gejala batuk?" "Tidak apa-apa kok." Elian dengan cepat menggeleng. "Mungkin kurang minum air." "Oh, aku bawa tumbler." Sebastian segera mengambil ransel yang tersampir di bahunya. "Minum saja dulu ini, lalu nanti aku akan belikan obat pelega tenggorokan." "Wah, kau lihat itu?" "Sebastian manis sekali ya." "Perhatian banget. Aku juga mau suami seperti itu." Mendengar suara bisikan di sekitarnya, Elian yang sedang minum itu sampa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status